Surahmat Siap Tempur
Kejuaraan Dunia 2018 menjadi ajang kualifikasi pertama cabang angkat besi menuju Olimpiade 2020. Dua lifter Indonesia, Surahmat dan Yolanda Putri, menunjukkan kesiapan mereka untuk bersaing.
ASHGABAT, KAMIS Ketika tampil di Asian Games 2018, Surahmat memang hanya merebut medali perunggu angkat besi kelas 56 kilogram putra. Namun, prestasi itu sungguh berarti bagi Surahmat karena dia tampil sebagai lifter non-unggulan.
Kini, pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 di Ashgabat, Turkmenistan, Surahmat berharap kembali membuat kejutan. Lifter berusia 30 tahun itu akan bermain di Grup B kelas 61 kg, Jumat (2/11/2018) ini. ”Secara fisik dan mental, saya sudah siap tempur. Hasil di Asian Games memberi semangat,” ujarnya dari Ashgabat, Kamis (1/11).
Di Ashgabat, Surahmat ditargetkan dapat menembus posisi delapan besar dunia sebagai salah satu syarat lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Namun, persaingan tidak mudah mengingat dirinya harus berhadapan dengan lawan-lawan tangguh, termasuk sesama lifter Indonesia peraih tiga medali Olimpiade, Eko Yuli Irawan.
Surahmat juga harus bersaing dengan dua juara dunia 2017, yaitu Francisco Antonio Mosquera Valencia dari Kolombia dan Thach Kim Tuan (Vietnam). Di kelas ini juga ada dua lifter China, Qin Fulin dan Li Fabin.
Dengan peta persaingan ini, Surahmat memasang target realistis, yaitu bisa melakukan angkatan melebihi latihan, yakni 267 kg. ”Saya tak mau menjadikan target delapan besar dunia sebagai beban. Saya baru satu bulan berlatih, jadi angkatan belum maksimal. Tahun depan semoga bisa mengejar masuk delapan besar dunia,” ujarnya.
Tantangan berat
Bagi Surahmat, perubahan kategori berat badan dalam Kejuaraan Dunia menjadi tantangan terberatnya. Sejak delapan tahun lalu, Surahmat bermain di kelas 56 kg. Selain menyumbang perunggu Asian Games, dia juga berpengalaman merebut emas Islamic Solidarity Games dan perak SEA Games 2017.
Sekarang kelas andalan Surahmat dicoret pada kejuaraan yang berada di bawah naungan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF). Surahmat harus menurunkan berat badan untuk masuk ke kelas yang lebih rendah, 55 kg, atau menaikkan berat badan ke 61 kg.
Lifter asal Aceh itu kemudian memutuskan naik kelas karena 55 kg tidak dimainkan di Olimpiade Tokyo 2020. ”Selain itu, saya sayang dengan badan saya. Kalau saya terlalu memaksa diet ketat, rawan cedera,” ujarnya.
Namun, menaikkan berat badan rupanya tidak menjamin adanya peningkatan jumlah angkatan. Apalagi, setelah Asian Games, dia hanya punya waktu latihan sebulan.
Jumlah angkatan total Surahmat dalam latihan pekan lalu baru 267 kg (snatch 117 kg, clean and jerk 150 kg). Jumlah angkatan ini masih lebih rendah dibandingkan dengan pencapaiannya di Asian Games, yaitu 272 kg (snatch 119 kg, clean and jerk 153 kg). ”Dengan naiknya berat badan, kecepatan gerakan saya justru berkurang. Saya masih harus beradaptasi dengan kelas baru,” ujarnya.
Debut Yolanda
Di kategori putri, Indonesia mengirimkan Yolanda Putri untuk bersaing di kelas 49 kg. Lifter berusia 18 tahun ini akan menjalani debut pada Kejuaraan Dunia. Dia tampil pada kelas yang sama dengan lifter andalan Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani.
Tampil perdana pada Kejuaraan Dunia membuat Yolanda merasa gugup. ”Saya jadi atlet termuda. Lifter lain sudah berpengalaman dan sudah sering tampil pada kejuaraan. Ini bikin saya deg-degan,” ujarnya.
Sejak setahun terakhir, Yolanda bergabung dengan pelatnas angkat besi. Lifter asal SKO Ragunan itu dipercaya memperkuat tim pada Asian Games 2018.
Ketika itu, Yolanda tampil kurang maksimal karena gugup. Hasilnya, Yolanda menempati peringkat ke-10 dari 12 lifter di kelas 48 kg, dengan total angkatan 162 kg (snatch 72 kg, clean and jerk 90 kg).
Asian Games memberi pelajaran bagi Yolanda untuk tampil lebih tenang. ”Saat itu saya tampil buru-buru, kurang konsentrasi. Sekarang saya harus lebih yakin, lebih fokus, dan tampil lebih rileks,” ujarnya.
Dukungan keluarga menjadi motivasi terbesar Yolanda untuk tampil pada Kejuaraan Dunia. Ia ingin menunjukkan penampilan terbaik, terutama untuk ayahnya yang baru keluar dari rumah sakit karena sakit stroke.
Pada hari pertama kejuaraan, kemarin, di Grup C dan D dilombakan kelas 55 kg putri; Grup B kelas 55 kg putra; dan Grup C kelas 61 kg putra.
Dalam pembukaan, Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdimuhamedow mengucapkan selamat berlomba. ”Dengan kemauan dan kemampuan, atlet harus menunjukkan tujuan utama olahraga Olimpiade, yaitu persaingan yang adil pada Kejuaraan Dunia,” ujarnya, dikutip dari laman resmi kejuaraan, ashgabat2018. (DNA)