Federer Menuju Gelar Ke-100
Bersaing dalam arena tenis profesional sejak 1998, Roger Federer tinggal membutuhkan satu gelar juara untuk menuju gelar ke-100. Peluang itu bisa didapat di Paris atau London.
PARIS, KAMIS Roger Federer mengejar gelar juara ke-100 selama 20 tahun berkarier di arena tenis profesional. Jika gagal didapat pada ATP Masters 1000 Paris, dia mengincar gelar juara Final ATP di London, Inggris, pada 11-18 November.
Maestro tenis asal Swiss itu mengumpulkan 99 gelar juara, termasuk trofi yang didapat pada ATP Basel Swiss, pekan lalu. Jika memperoleh gelar ke-100, Federer memperkecil selisih dengan Jimmy Connors sebagai petenis dengan gelar juara terbanyak, 109 gelar, pada era Terbuka. Connors meraih gelar itu pada 1972-1996.
Federer tinggal membutuhkan tiga kemenangan di Paris, pekan ini, setelah mengalahkan Fabio Fognini, 6-4, 6-3, pada babak ketiga, Kamis (1/11/2018) atau Jumat dini hari waktu Indonesia.
Salah satu pertandingan akan dijalani pada Sabtu dini hari WIB dalam perempat final melawan Kei Nishikori (Jepang). Dari delapan pertemuan sebelumnya, Federer enam kali mengalahkan Nishikori, termasuk pada pertemuan terakhir dalam perempat final Shanghai Masters, Oktober.
Jika menang atas Nishikori, peraih 20 gelar juara Grand Slam itu akan bertemu Novak Djokovic atau Marin Cilic pada semifinal. ”Jika bisa dicapai (meraih gelar ke-100) pada pekan ini, itu bagus. Jika tidak, rasanya tidak terlalu buruk.
Saya hanya akan menikmati pertandingan di sini supaya bisa tampil maksimal di London,” kata Federer.
Petenis yang saat ini berperingkat ketiga dunia itu mengincar gelar juara Final ATP, turnamen yang hanya diikuti delapan petenis terbaik 2018. Dia menjadi petenis dengan gelar juara Final ATP terbanyak, yaitu enam gelar pada 2003, 2004, 2006, 2007, 2010, dan 2011.
Mendapat gelar juara ke-100 menjadi salah satu motivasinya untuk terus bermain tenis meski telah berusia 37 tahun. Namun, dia juga menyadari, hal itu tidak akan mudah dicapai. Apalagi, Federer mengurangi turnamen yang diikuti dalam tiga musim terakhir.
Sejak 2016, petenis yang mengawali kariernya sebagai ball boy itu absen di Perancis Terbuka (Grand Slam di lapangan tanah liat) untuk menjaga kondisi fisiknya.
”Saya berpikir untuk mendapat gelar ke-100 sejak beberapa tahun lalu, tetapi tampaknya tidak mudah. Selain telah mengurangi turnamen, saya juga memiliki keluarga yang harus menjadi prioritas.
Namun, meraih gelar juara menjadi alasan saya untuk tetap bermain, selain karena saya menyukai tenis dan demi penggemar,” tuturnya dalam www.tennisworldusa.org.
Terkait dengan rekor Connors, Federer menyadari, dia tidak akan bisa menyamainya. Hal yang sama dikatakan mantan petenis AS, James Blake.
”Saya menyukai Roger. Menurut saya, dia adalah petenis terbesar sepanjang sejarah. Akan tetapi, 109 tampaknya terlalu banyak untuk Federer,” kata Blake yang aktif menjadi petenis profesional pada 1999-2013.
Selain Federer, hingga saat ini petenis yang telah mendapat tempat di Final ATP adalah Djokovic, Rafael Nadal, Alexander Zverev, Juan Martin del Potro, dan Kevin Anderson. Namun, seperti diberitakan media di Argentina, Del Potro tidak akan tampil di London karena cedera lutut kanan.
Cedera otot perut Nadal, yang membuatnya batal tampil di Paris, membuat petenis Spanyol itu diragukan tampil di London. ”Saya belum bisa memastikan tentang London. Saya akan melihat dulu perkembangan kondisinya hari per hari,” kata Nadal yang lima kali batal tampil dalam Final ATP karena cedera, yaitu pada 2005, 2008, 2012, 2014, dan 2016.
Batalnya Del Potro ke London membuka peluang bagi Nishikori (peringkat ke-9 daftar peringkat Final ATP) untuk tampil di sana. Sementara jika Nadal tak jadi bermain, peluang akan dimiliki John Isner yang tersingkir pada babak ketiga.
Dua petenis lain yang hampir pasti lolos ke London adalah Dominic Thiem dan Marin Cilic. Thiem tampil melawan juara bertahan, Jack Sock, pada perempat final Paris Masters. Pada laga lainnya, Zverev bersaing dengan Karen Khachanov.
Pencapaian fenomenal
Djokovic, yang akan menggeser Nadal di puncak peringkat dunia mulai 5 November, menilai, itu menjadi pencapaian fenomenal. Apalagi, prestasi itu dicapai setelah Djokovic menempati peringkat ke-22 dunia pada Mei.
”Saya sangat-sangat senang dan bangga. Lima bulan lalu rasanya sangat tidak mungkin bisa mencapai posisi seperti sekarang. Saya berharap bisa mempertahankannya hingga akhir tahun,” kata Djokovic yang pernah menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir 2011, 2012, 2014, dan 2015.
Djokovic mencapai posisi tersebut setelah meraih empat gelar dari lima final sejak pertengahan musim 2018. Djokovic menjadi yang terbaik di Wimbledon, Cincinnati Masters, AS Terbuka, dan Shanghai Masters. Selain itu, dia tampil pada final dalam turnamen pemanasan Wimbledon. (REUTERS/IYA)