Saatnya Patahkan Kutukan
Indonesia bertekad menjuarai Piala AFF untuk pertama kali dan mengakhiri ”kutukan” spesialis pemenang kedua. Para pemain bersemangat mewujudkannya.
Jakarta, Kompas Tim nasional sepak bola Indonesia dibayangi ”kutukan” hanya mampu menjadi pemenang kedua pada ajang Piala AFF. Indonesia menargetkan dapat merebut gelar juara Piala AFF Suzuki 2018 untuk pertama kali dan mematahkan kutukan itu.
Turnamen dua tahunan itu digelar pertama kali pada 1996 dan Indonesia sudah menembus final sampai lima kali, yaitu pada 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016. Namun, ”Tim Garuda” tidak pernah satu kali pun menjadi juara.
”Pada Piala AFF tahun ini, peluang kami menjadi juara cukup besar. Kutukan pemenang kedua itu hanya anggapan orang. Tidak ada kutukan itu. Kami sudah melakukan persiapan dengan lebih baik agar dapat menjadi juara.
Kami tidak mau lagi dipermalukan karena kita ini bangsa yang besar,” kata Bima Sakti, pelatih timnas Indonesia, dalam acara jumpa penggemar untuk mempromosikan Piala AFF di Jakarta, Minggu (4/11/2018).
Menurut Bima, para pemain yang dipilih untuk memperkuat timnas Indonesia sudah dimatangkan dalam kompetisi. Mereka juga menjalani pelatihan dan sebagian di antaranya tergabung dalam timnas U-23 pada Asian Games 2018.
”Para pemain Indonesia dalam kondisi yang sangat termotivasi dan memiliki semangat yang sama untuk menjadi juara. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan pada saat berlatih dan saat bertanding. Dalam latihan, tim pelatih membantu mereka bersikap disiplin, tetapi tetap menikmati permainan,” kata Bima.
Selain latihan, mental para pemain juga ditempa agar siap menghadapi tekanan dan persaingan yang paling sengit. Dalam pertarungan yang memiliki tekanan tinggi, faktor mental sering menjadi penentu.
Sebagai mantan pemain timnas, Bima sering berbagi pengalaman dan perasaan kepada para pemain. Ia selalu meyakinkan para pemain untuk berjuang sebaik-baiknya guna menjadi juara dan tidak menyesal seumur hidup.
Ketika menjadi pemain, Bima pernah membela Indonesia sampai ke final Piala AFF yang saat itu disebut Piala Tiger, tetapi gagal menjadi juara. Hal itu cukup ia sesali dan ia ingin menebusnya saat menjadi pelatih.
Grup B
Pada Piala AFF Suzuki 2018, Indonesia berada di Grup B bersama Thailand, Filipina, Singapura, dan Timor Leste. Indonesia akan menjadi tuan rumah pada laga melawan Filipina dan Timor Leste. Pada tiga laga lain, Indonesia akan menjalani laga tandang.
Laga pertama bagi Indonesia akan digelar melawan Singapura di Stadion Nasional, Kalang, Singapura, Jumat (9/11). Dua laga kandang akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno melawan Timor Leste pada Selasa (13/11) dan kontra Filipina pada Minggu (25/11).
Dua tim teratas setiap grup akan melaju ke semifinal. Karena itu, penting bagi Indonesia untuk memenangi setiap laga.
”Laga pertama melawan Singapura harus kami menangi karena sangat penting untuk mengangkat kepercayaan diri para pemain. Kemenangan pertama juga penting untuk mengamankan posisi di klasemen,” kata Bima.
Ia menyatakan tidak takut berhadapan dengan Filipina meskipun negeri itu menghadirkan pelatih Sven-Goran Eriksson. Eriksson pernah melatih sejumlah klub besar dunia, seperti Lazio, Roma, dan Manchester City, serta tim nasional Inggris, Meksiko, dan Pantai Gading.
”Didier Deschamps (pelatih timnas Perancis) mengatakan, tidak ada pelatih yang bisa menjamin kemenangan tim. Pelatih hanya bisa membuat tim berlatih dengan bagus dan bermain lebih bagus. Itu yang saya lakukan sekarang,” kata Bima.
Rekam jejak
Seperti Bima, para pemain Indonesia juga memiliki semangat besar untuk menjadi juara. Mereka juga ingin mengakhiri paceklik gelar juara.
”Kami memiliki rekam jejak yang bagus di AFF dengan lima kali mencapai final. Saya yakin dengan kemampuan tim pelatih dan rekan-rekan sesama pemain. Kami akan berusaha membawa Piala AFF ke ibu pertiwi,” kata Andritany Andriansyah, kiper timnas Indonesia.
Andritany mengatakan terus mempersiapkan mental dan memotivasi diri dan rekan-rekan untuk tampil di turnamen besar. Pemain tidak boleh gugup menghadapi lawan mana pun karena mereka akan membuat kesalahan jika gugup.
”Saya menekan rasa gugup dan mengubahnya menjadi motivasi. Saya sangat ingin merebut kemenangan. Kemenangan adalah segalanya karena untuk Indonesia,” katanya.
Andritany yang sudah berulang kali membela timnas mengatakan tidak takut melawan tim mana pun karena percaya pada kemampuan diri sendiri dan rekan-rekan.
”Kami akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik. Kami yakin, hasil tidak akan mengkhianati perjuangan kami,” kata Andritany.
Pemain sayap Indonesia, Febri Hariyadi, juga bertekad memberikan yang terbaik bagi Indonesia. ”Tidak ada lawan yang terlalu lemah. Semua lawan berat sehingga kami akan memberikan permainan terbaik pada setiap pertandingan agar dapat meraih kemenangan,” kata Febri. (ECA)