Atlet Berlatih Mandiri
Walau pelatnas NPC Indonesia berakhir seusai Asian Para Games, sejumlah cabang menggelar latihan mandiri untuk menjaga kemampuan dan mental atlet.
JAKARTA, KOMPAS Kendati secara resmi pelatnas Komite Paralimpiade Nasional atau NPC Indonesia berakhir seusai Asian Para Games 2018 pada 6-13 Oktober, sejumlah cabang berinisiatif kembali memulai pelatihan secara mandiri. Bahkan, beberapa akan mengikuti sejumlah kejuaraan dengan pendanaan yang juga secara mandiri.
Bagi mereka, pelatihan tidak boleh putus agar kemampuan dan mental tidak menurun. Padahal, kemampuan dan mental itu sedang di puncak setelah ikut Asian Para Games lalu. Adapun pelatnas NPC Indonesia baru dimulai lagi awal 2019 atau menanti anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2019.
Salah satu cabang itu adalah bulu tangkis Paralimpiade. Tujuh atlet bulu tangkis Paralimpiade nasional sedang mempersiapkan diri mengikuti Kejuaraan Internasional Australia pada 20-25 November.
Mereka berinisiatif ikut kejuaraan itu dengan dana mandiri sebagai batu loncatan menuju pencarian poin Paralimpiade Tokyo 2020 yang dimulai awal 2019.
Ketujuh atlet itu adalah Suryo Nugroho, Fredy Setiawan, Dwiyoko, Hary Susanto, Ukun Rukaendi, Leani Ratri Oktila, dan Khalimatus Sadiyah. Atlet yang baru melakoni Asian Para Games tersebut berangkat ke kejuaraan terakhir Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada 2018 dengan dana pribadi.
Suryo yang tampil dalam klasifikasi SU-5 atau keterbatasan tubuh atas memutuskan berangkat ke Australia karena ingin mempertahankan peringkat dunia. Saat ini ia berada di peringkat kedua dunia di bawah atlet Malaysia, Cheah Liek Hou.
”Saya ingin mempertahankan peringkat agar tetap berada di posisi unggulan untuk menghadapi penghitungan poin dalam kualifikasi Paralimpiade,” kata peraih satu emas dan dua perak di Asian Para Games itu saat dihubungi hari Senin (5/11/2018).
Kejuaraan di Australia belum masuk dalam penghitungan poin kualifikasi Paralimpiade 2020. Perhitungan poin baru dimulai pada kejuaraan mulai 1 Januari 2019 hingga 29 Maret 2020.
Dengan masuk peringkat unggulan, Suryo dan kawan-kawan akan lebih mudah mengoleksi poin kualifikasi pada awal 2019. Mereka akan cenderung bertemu lawan-lawan lebih ringan pada babak awal.
Kejuaraan di Australia juga dijadikan sebagai pemanasan sebelum fase kualifikasi. Seperti Suryo, ia hanya akan fokus pada tunggal putra karena tidak ada nomor ganda putra SU-5 di Paralimpiade 2020.
”Target saya bisa ikut 6-8 kejuaraan tahun depan,” lanjut atlet yang berangkat ke Australia dengan merogoh kocek pribadi senilai Rp 30 juta itu.
Berbagai upaya dan inisiatif dilakukan atlet nasional untuk menuju Paralimpiade Tokyo yang merupakan ajang pertama yang mempertandingkan bulu tangkis karena kualifikasi menuju Tokyo sangat ketat.
Hanya 44 atlet putra dan 46 atlet putri dari total 14 nomor yang berhak lolos atau paling banyak delapan orang per nomor.
Dalam mempersiapkan diri ke Australia, ketujuh pebulu tangkis itu langsung menggelar latihan mandiri setelah Asian Para Games selesai. Mereka harus berlatih bersama karena pelatnas belum dimulai kembali.
Ratri mengatakan, dirinya hanya beristirahat dua hari setelah meraih dua medali emas dan satu perak pada Asian Para Games. ”Sebenarnya masih capek, tetapi harus siap,” kata atlet peringkat pertama dunia dalam tiga nomor, yakni tunggal putri SL-4, ganda putri SL3-SU5, dan ganda campuran SL-3/SU-5, ini.
Bawa nama klub
Pelatihan mandiri juga dilakukan tim basket kursi roda Indonesia pada pertengahan November. Mereka berlatih untuk persiapan ikut kejuaraan basket kursi roda 3 x 3 di Malaysia pada akhir November.
Pelatihan dan rencana ikut tanding ke Malaysia itu tidak mengusung nama tim Indonesia walau para atletnya adalah pemain-pemain timnas Indonesia.
Mereka latihan dan ke Malaysia dengan membawa nama klub Jakarta Swift Wheelchair Basketball, klub milik kapten timnas basket kursi roda Indonesia, Donald Santoso.
Kebijakan itu diambil karena pergi ke suatu kejuaraan dengan membawa nama negara harus seizin NPC Indonesia. Adapun latihan dan pergi ke kejuaraan itu atas inisiatif sendiri.
Persiapan itu juga dilakukan untuk kepentingan tim Indonesia, terutama menatap ASEAN Para Games 2020.
”Pelatnas semestinya tak boleh putus sebab kemampuan dan mental atlet bisa menurun. Padahal, mereka sedang mendapatkan momentum untuk terus berkembang setelah ikut Asian Para Games.
Jadi, memilih latihan dan pergi ke kejuaraan di Malaysia secara mandiri adalah pilihan baik. Hal itu akan turut mengasah mental bertanding anak-anak,” ujar pelatih timnas basket kursi roda Indonesia di Asian Para Games, Fajar Brillianto. (KEL/DRI)