Benahi Perencanaan
Komite Paralimpiade Nasional Indonesia berjanji memperbaiki komunikasi dengan cabang olahraga Paralimpiade untuk mengatur perencanaan mengikuti kejuaraan di luar negeri.
JAKARTA, KOMPAS Kementerian Pemuda dan Olahraga mengkritik keras Komite Paralimpiade Nasional atau NPC Indonesia karena ada cabang olahraga dan atlet Paralimpiade yang ikut kejuaraan di luar negeri dengan dana mandiri.
Harusnya, NPC Indonesia membiayai cabang atau atlet tersebut. Masalah ini muncul karena perencanaan pembinaan prestasi yang belum berkesinambungan.
Seperti berita Kompas, Selasa (6/11/2018), tujuh atlet bulu tangkis Paralimpiade mengeluarkan dana pribadi untuk ikut kejuaraan internasional di Australia, 20-25 November.
Biaya mencapai Rp 30 juta per atlet. Kejuaraan itu mesti diikuti untuk mempertahankan peringkat dunia mereka dan pemanasan jelang kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020.
Tim basket kursi roda Indonesia juga mengeluarkan dana pribadi ditambah bantuan sponsor untuk ikut kejuaraan basket kursi roda 3 x 3 di Malaysia pada 23-26 November.
Menyikapi hal itu, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto, Selasa (6/11), di Jakarta mengatakan, tidak seharusnya cabang ataupun atlet-atlet itu keluar dana mandiri sebab mereka berlatih dan bertanding juga demi kepentingan prestasi negara, terutama pada masa mendatang.
”Keberangkatan mereka juga kan untuk kepentingan Indonesia. Harusnya, NPC Indonesia sebagai induk organisasi yang menaungi mereka mendukung keberangkatan tersebut,” ujar Gatot.
Dalam kesempatan itu, Gatot mengatakan, Kemenpora mempertanyakan di mana anggaran NPC Indonesia. Seusai Asian Para Games 2018, NPC Indonesia mengambil uang kontribusi dengan total 30 persen dari setiap bonus yang diperoleh atlet.
Uang kontribusi itu rinciannya ialah 5 persen untuk NPC kabupaten/kota, 10 persen untuk NPC provinsi, dan 15 persen untuk NPC pusat. Bonus prestasi Asian Para Games itu sudah disalurkan oleh Kemenpora kepada para atlet.
”Kemarin, katanya, uang kontribusi itu untuk operasional organisasi dan mengirim atlet ke sejumlah single event. Seharusnya uang itu digunakan untuk membantu atlet bulu tangkis dan basket kursi roda tersebut pergi ke kejuaraan internasional di luar,” kata Gatot.
Kendati demikian, Gatot menyampaikan, Kemenpora tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, selama ini Kemenpora belum sepenuhnya membiayai operasional NPC Indonesia. Akibatnya, Kemenpora tak bisa mengintervensi untuk mengetahui masuk-keluarnya dana.
Komitmen NPC
Sekretaris Jenderal NPC Pribadi menjelaskan, pihaknya memang berkewajiban mendanai atlet itu. Namun, atlet harus terlebih dulu melaporkan rencana keikutsertaan mereka kepada NPC Indonesia. Setelah itu, NPC Indonesia yang akan mendaftarkan atlet ke kejuaraan.
Dalam kasus ini, setidaknya, atlet bulu tangkis mendaftar langsung untuk mengikuti kejuaraan tanpa melalui NPC Indonesia. Mereka baru
memberi tahu pihak NPC Indonesia setelah melakukan pendaftaran.
”Mungkin hanya kurang komunikasi karena kemarin kami juga sedang sibuk-sibuknya mengurusi persoalan saat menjadi tuan rumah Asian Para Games,” ujar Pribadi.
Ke depan, Pribadi berharap atlet ataupun pelatih mendaftar ke kejuaraan melalui NPC Indonesia. Meskipun tidak sesuai prosedur, untuk kali ini NPC Indonesia berjanji mengganti semua pengeluaran tujuh atlet bulu tangkis yang berangkat ke Australia.
Dukungan NPC Indonesia tidak sama terhadap semua cabang. Seperti basket kursi roda, sampai saat ini permintaan untuk uji coba ke luar negeri belum direspons.
Pribadi mengatakan, NPC Indonesia menetapkan prioritas pemberian dana untuk mengikuti kejuaraan. Prioritas utama adalah cabang olahraga yang berpotensi lolos ke Paralimpiade 2020.
”Kalau basket memang belum, secara prestasi masih jauh. Untuk itu, masih perlu kami lihat dulu kebutuhannya seperti apa,” ujar Pribadi. (DRI/KEL)