Momen untuk Jadi Pahlawan
Para pemain tim nasional Indonesia berangkat ke Singapura untuk menjalani laga perdana Piala AFF 2018 dengan berbekal motivasi tinggi. Mereka ingin menyumbang obat pelipur lara bagi korban bencana alam.
CIKARANG, KOMPAS Tim nasional sepak bola Indonesia termotivasi untuk memberi hiburan dan kebanggaan, khususnya kepada warga di Tanah Air yang baru terkena musibah bencana alam, dengan menjuarai Piala AFF 2018.
Melalui turnamen di level Asia Tenggara ini, tim ”Garuda” bisa mendapatkan momentum untuk menjadi pahlawan.
Inilah cara para pemain tim nasional dalam memaknai Hari Pahlawan yang akan diperingati pada 10 November nanti. Kebetulan, Indonesia akan menjalani laga pertama Piala AFF melawan Singapura, Jumat (9/11/2018), di Stadion Nasional, Singapura.
”Piala AFF ini momen untuk para pemain menjadi pahlawan bangsa dan memberi obat kesedihan kepada mereka yang baru terkena musibah,” kata pelatih timnas Indonesia, Bima Sakti, setelah memimpin latihan di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Selasa (6/11).
Selasa pagi itu merupakan latihan terakhir timnas di Indonesia sebelum menghadapi Singapura. Pada Selasa petang, skuad Garuda sudah berangkat ke Singapura dan akan melanjutkan latihan di sana. Mereka akan memiliki waktu dua hari adaptasi sebelum menjalani laga perdana itu.
Sebelum berangkat ke Singapura, Bima mengaku bersepakat dengan para pemain untuk menjadikan keprihatinan yang terjadi di Tanah Air sebagai pelecut semangat untuk tampil maksimal di Piala AFF.
Penampilan yang gemilang, apalagi jika bisa meraih gelar juara, merupakan persembahan terbaik yang bisa mereka berikan untuk Indonesia.
Target untuk menjadi juara pun tidaklah mustahil bagi Indonesia. Dalam turnamen yang sudah berlangsung sejak 1996 ini, Indonesia belum pernah menjadi juara.
Prestasi tertinggi sampai saat ini adalah tampil sebagai pemenang kedua sebanyak lima kali. Terakhir, pada tahun 2016, Indonesia dikalahkan oleh Thailand pada laga final.
Di Grup B Piala AFF 2018, Indonesia akan kembali bertemu Thailand. Laga kontra Thailand tidak mudah karena merupakan laga tandang bagi Indonesia. Selain Thailand dan Singapura, tim Garuda juga akan melawan Timor-Leste dan Filipina.
Laga kontra Filipina bakal menjadi tantangan besar karena tim berjuluk ”Azkals” itu dilatih Sven-Goran Eriksson, mantan Pelatih Inggris dan sejumlah klub besar, seperti Lazio dan Manchester City.
”Kami berada di grup bersama tim-tim yang punya pelatih dengan nama besar. Namun, saya bangga dikelilingi para pemain yang hebat dan punya tanggung jawab besar,” ujar Bima.
Kesungguhan, semangat, dan kerja keras para pemain, bagi Bima, sudah merupakan modal yang sangat berharga untuk menghadapi turnamen ini.
Dengan tingkat kesulitan yang ada di Grup B ini, Bima pun meminta para pemain untuk fokus memikirkan laga demi laga. Saat ini para pemain tidak perlu terburu-buru memikirkan Thailand atau Filipina.
Pemain sayap Indonesia, Andik Vermansyah, mengatakan, para pemain punya cara sendiri untuk memfokuskan pikiran. ”Saya sudah bicara dengan teman-teman bahwa kami jangan sampai diadu dan jangan lihat komentar-komentar orang lain (di media sosial),” kata pemain yang kini membela Kedah FA, Malaysia, itu.
Saat ini, publik bisa bebas berkomentar di media sosial. Dengan kebebasan itu, cacian atau kritik pedas terhadap para pemain pun bermunculan. Sebagai pemain yang lebih senior, Andik pun meminta teman- temannya untuk mengabaikan hal itu.
”Saya pun berpesan kepada teman-teman, buatlah sejarah dalam pertandingan nanti,” ujar Andik. Apalagi komposisi timnas saat ini, kata Andik, sangat membara karena banyak diisi pemain muda yang sebelumnya menempa pengalaman bertarung di ajang Asian Games 2018.
Di Piala AFF kali ini, Bima membawa 23 pemain. Fisik dan mental para pemain saat ini juga dalam kondisi terbaik.
Bola mati
Pada latihan terakhir Selasa kemarin, Bima fokus mematangkan taktik bola mati, seperti tendangan bebas dan tendangan pojok. ”Di Singapura nanti, kami tidak bisa melatih itu (bola mati) dan akan lebih fokus mematangkan organisasi bertahan dan menyerang,” ujar Bima.
Menurut Bima, penguasaan teknik bola mati sangat penting dan menjadi tren dalam sepak bola modern. Dalam beberapa laga internasional, Indonesia masih kerap kecolongan karena tidak bisa memanfaatkannya atau tidak bisa mengantisipasi kemampuan bola mati lawan.
Timnas Indonesia U-19 telah membuktikan manfaat penguasaan bola mati tersebut. Pada laga kontra Qatar di Piala Asia U-19, Indonesia bisa mengatasi ketertinggalan gol melalui tiga tendangan bebas. Meskipun demikian, Indonesia tetap kalah 5-6.
Oleh karena itu, Bima pun mencoba membiasakan para pemainnya untuk bisa memanfaatkan bola mati dengan baik. Selasa kemarin, tim berlatih memanfaatkan bola dari tendangan pojok untuk mencetak gol. Selain itu, beberapa pemain berlatih mengeksekusi tendangan bebas.
Banyak pemain yang tendangannya masih melenceng. Namun, Bima mengatakan bahwa pemain masih harus berlatih rutin dengan intensitas yang lebih tinggi. (DEN)