Regenerasi di Manila

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Regina Ananda (16) berlatih senam artistik di Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (7/11/2018). SKO Ragunan menyiapkan empat atlet senamnya guna mengikuti seleksi senam artistik untuk SEA Games 2019.

PB Persani menyiapkan pesenam muda untuk tampil pada SEA Games 2019. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses regenerasi atlet.

JAKARTA, KOMPAS Persatuan Senam Indonesia menjadikan SEA Games Manila 2019 sebagai momentum regenerasi. Mereka memproyeksikan pesenam muda mendampingi atlet andalan Rifda Irfanaluthfi.

”Kami harus mempersiapkan atlet muda secepat mungkin. Jujur saja, saat ini kami hanya mengandalkan Rifda untuk berprestasi,” kata Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani) Dian Arifin saat dihubungi Rabu (7/11/2018).

Dua tahun terakhir, tim nasional senam putri diisi Rifda (19), Armartiani (20), Tasza Devira (20), dan Amalia Fauziah (22). Dari empat atlet itu, hanya Rifda yang berprestasi dalam nomor individu pada SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.

Dengan pertimbangan itu, PB Persani akan memprioritaskan atlet muda berpotensi untuk tampil di SEA Games 2019. Atlet itu akan dibekali pengalaman bertanding dan latihan intensif agar mampu bersaing.

”Kebetulan tahun depan ada beberapa atlet berpotensi yang masuk usia 16 tahun. Kami juga berkaca pada Kejuaraan Dunia, tim-tim bagus rata-rata atletnya berumur 16-18 tahun,” ucap Dian.

Atlet berpotensi itu antara lain Muthia Nur Cahya (16) dan Yogi Novia Lailla Rahmadhani (15). Muthia telah bergabung di tim nasional Asian Games 2018 sebagai cadangan. Dia dan Yogi telah berprestasi di ASEAN School Games 2018.

PB Persani tidak menutup pintu bagi Tasza, Amalia, dan Armartiani. Mereka masih bisa membuktikan diri pada Kejuaraan Nasional pada Maret 2019 yang menjadi ajang seleksi menuju SEA Games.

Meski memprioritaskan atlet muda, PB Persani tetap mengincar prestasi maksimal di Manila. Mereka bertumpu kepada Rifda yang pada SEA Games 2017 meraih 1 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Harapan pada peraih perak senam lantai Asian Games 2018 itu semakin besar karena pada awal 2019 Rifda menjalani program persiapan menuju kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.

Sebelumnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga menginstruksikan cabang olahraga untuk memprioritaskan regenerasi pada SEA Games. Keterbatasan dana untuk prestasi olahraga menjadi penyebabnya.

Pelatih Sekolah Olahraga Ragunan Wahid Wahyuni, yang melatih Yogi dan Muthia, menilai, sudah waktunya bagi anak asuhnya turun pada kejuaraan internasional. Selain berpotensi, mereka berada pada umur emas.

”Kalau secara teknik dan kekuatan, Yogi dan Muthia sudah bisa mengimbangi seniornya. Tinggal dibekali lagi dengan pemusatan latihan di luar negeri untuk menyempurnakannya,” ujar Wahid setelah sesi latihan di GOR Ragunan, Jakarta.

Menurut pelatih yang sempat melatih Rifda itu, persoalan utama atlet Ragunan adalah minimnya jam bertanding. Mereka belum pernah mengikuti kejuaraan internasional.

Untuk itu, Yogi dan Muthia membutuhkan uji coba di luar negeri sebanyak mungkin. ”Percuma kalau kemampuan bagus, tetapi saat berlomba mentalnya tidak siap,” kata Wahid.

Hal itu dirasakan Muthia saat turun pada babak kualifikasi nomor beregu Asian Games 2018. Muthia yang tampil di nomor kuda-kuda lompat sempat melakukan kesalahan. ”Ya, waktu itu masih tegang banget karena pertama kali tampil di ajang besar,” ucap atlet asli Makassar itu.

Sementara itu, Yogi lebih pengalamannya. Kejuaraan terbesar yang pernah diikuti adalah ASEAN School Games, kejuaraan antarpelajar di Asia Tenggara. Selebihnya, ia hanya mengikuti kejuaraan nasional ataupun Pekan Olahraga Provinsi.

Yogi dan Muthia mengaku sangat siap jika diminta untuk membantu tim senam. Mereka bahkan menargetkan untuk meraih medali dalam SEA Games pertama mereka itu. (KEL)