JAMBI, KOMPAS — Maraknya pemerkosaan terhadap anak dengan melibatkan pelaku berusia di bawah umur disebabkan minimnya pendidikan seksual. Ironisnya, pendidikan seksual dan reproduksi masih belum dianggap sebagai prioritas.
Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jambi Helfi menilai kasus pemerkosaan yang merebak belakangan merupakan puncak dari gunung es. Kasus sudah banyak terjadi sejak lama, tetapi baru belakangan terungkap ke publik. Sebagian korban pemerkosaan adalah anak. Begitu pula pelakunya, yakni kalangan remaja.
Helfi menilai para remaja itu justru merupakan korban terlalu derasnya arus informasi. Pornografi lewat media daring cenderung tak mampu disaring kesadaran anak. ”Sehingga ada kecenderungan anak meluapkan dorongan darinya kepada orang-orang di sekitarnya ataupun orang yang dianggap lebih lemah,” katanya.
Pendidikan seksual dan reproduksi sebenarnya sudah diusulkan untuk masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Namun, usulan tak mendapatkan respons dari pemangku kebijakan karena dianggap belum perlu. ”Ini yang sangat kami sayangkan. Padahal, pendidikan seks seharusnya sudah menjadi prioritas,” ujarnya.
Khusus di Jambi, pihaknya mengusulkan pendidikan seksual dan reproduksi masuk ke dalam muatan lokal. Pihaknya juga menggandeng sembilan pengelola sekolah untuk memasukkan pendidikan itu lewat jam ekstrakurikuler. Pelaksanaannya didukung pendanaan PKBI. Kini, setelah pendanaan berakhir, tinggal empat sekolah yang masih terus melaksanakannya.
Diperkosa penolong
Pekan ini, Kepolisian Daerah (Polda) Jambi menangani lagi dua kasus terbaru pemerkosaan anak. Wakil Direktur Kriminal Umum Polda Jambi Ajun Komisaris Besar Syarif Rahman mengatakan, untuk kasus terbaru, seorang remaja korban kecelakaan lalu lintas diperkosa oleh penolongnya sendiri.
Syarif menceritakan, korban berinisial MDH (16) mengendarai motor menuju kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi di Sengeti, Muaro Jambi. Dalam perjalanan, motornya terpeleset dan ia pun terjatuh. Pelaku datang menolong korban. Dengan motor tersebut, ia membawa korban ke sebuah warung makan dengan maksud ingin mengobati luka.
Di warung, ia memesankan minuman yang diduga dibubuhi obat. Setelah minum, korban tak lama kemudian merasa pusing. Pelaku membawa korban dengan motornya ke sebuah rumah tak jauh dari warung. Pelaku berinisial RA (22) lalu mengajak empat temannya. Mereka pun bergantian memperkosa MDH.
Dari seluruh pelaku, baru RA yang hingga kini berhasil ditahan. Empat lainnya masih dalam pencarian.
Korban lainnya, OCH (13), yang juga diperkosa secara bergantian. Awalnya, korban bertemu dengan pelaku yang berinisial AA di sekitar kantor Gubernur Jambi di Kota Jambi. Mereka lalu menuju Desa Anak di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari.
Di sana, ternyata sudah ada tujuh teman pelaku. Karena merasakan firasat tidak baik, korban meminta pulang, tetapi ditolak. AA dan teman-temannya malah bergantian memperkosa korban.
Menurut Syarif, para korban didapati dalam kondisi depresi berat. Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Sosial untuk mendampingi dan memulihkan trauma mereka. ”Kondisi para korban ini depresi berat dan butuh pemulihan fisik ataupun psikis,” katanya.