Manchester United kini cenderung produktif dan berbahaya pada menit-menit akhir laga. Pelatih Jose Mourinho pun membangkitkan memori tentang skuad ”Setan Merah” versi Sir Alex Ferguson.
TURIN, KAMIS Kemenangan Manchester United atas Juventus, 2-1, dalam laga Grup H Liga Champions di Stadion Allianz, Turin, Kamis (8/11/2018) dini hari WIB, menunjukkan kejelian Pelatih MU Jose Mourinho. Ketika laga tinggal sekitar 10 menit, Mourinho memasukkan dua pemain yang mampu mengubah permainan dan mempersembahkan kemenangan bersejarah.
Kedua pemain MU itu adalah Juan Matta dan Marouane Fellaini. Saat itu, MU masih tertinggal 0-1 setelah bintang Juve, Cristiano Ronaldo, mencetak gol indah pada menit ke-65. Pemain berjuluk CR7 itu mencetak gol pertamanya di Liga Champions untuk Juventus.
Hingga pertengahan babak kedua, aura kemenangan Juve sudah sangat terasa di Stadion Allianz. Tim penguasa Liga Italia selama tujuh musim terakhir tersebut begitu dominan. Mereka menguasai bola hingga 54 persen dan melancarkan tembakan percobaan total sebanyak 21 kali, sedangkan MU hanya 9 kali.
Akan tetapi, situasi berubah ketika Mourinho melihat penyerangnya, Alexis Sanchez, tidak efektif dan menggantinya dengan Fellaini pada menit ke-79. Pada saat yang sama, Mata masuk menggantikan Ander Herrera.
Mata kemudian mencetak gol melalui tendangan bebas pada menit ke-86. Sekitar tiga menit kemudian, Fellaini yang memiliki tinggi 194 sentimeter meloncat di depan gawang Juve dan membuat bek Leonardo Bonucci salah mengantisipasi bola hingga melakukan gol bunuh diri.
Meski Mata yang mencetak gol, Mourinho lebih berterima kasih kepada Fellaini. ”Fellaini menawarkan pilihan untuk bangkit,” kata Mourinho, seperti dikutip laman Sky Sports.
Pelatih Juventus Massimiliano Allegri juga mengakui bahwa pemain MU asal Belgia itu cukup merepotkan. Tubuh jangkung Fellaini membuat bek Juve kesulitan memenangi duel-duel udara di area pertahanan.
”Dengan adanya Fellaini, seharusnya kami tidak membiarkan mereka mendapat bola mati,” ujar Allegri.
Kenangan 1999
Kemenangan MU di Turin tersebut juga mengingatkan euforia MU saat menjalani Liga Champions musim 1998-1999. Pada laga kedua babak semifinal, juga melawan Juventus di Turin, MU tertinggal dua gol, lalu membalikkan keadaan dan menang 3-2.
Hal yang sama terulang ketika MU tampil di babak final melawan Bayern Muenchen. MU melalui Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer membuat Bayern menangis. Bayern yang sudah unggul 0-1 akhirnya kalah 1-2 pada menit-menit akhir. MU kemudian meraih gelar treble pada musim itu.
Pada era itu, ketika masih dilatih Sir Alex Ferguson, MU dikenal sebagai tim yang mampu membuat kejutan pada menit- menit akhir. Karena itu, muncul istilah ”Fergie Time” yang mengacu pada nama panggilan akrab Ferguson, Fergie. MU pada masa Ferguson (1986-2013) memiliki karakter pantang menyerah sebelum wasit membunyikan peluit tanda laga berakhir.
Kini, 19 tahun kemudian, Mourinho mereplika karakter tersebut. Surat kabar Daily Telegraph mencatat bahwa dari 26 gol yang dicetak MU dalam semua laga kompetitif musim ini, sebagian besar tercipta pada menit ke-76 hingga ke-90, yaitu sebanyak delapan gol. Pada 15 menit terakhir babak pertama, MU juga tampil produktif dengan mencetak total tujuh gol.
Salah satu contoh yang epik adalah ketika MU menjamu Newcastle United pada laga Liga Inggris, awal Oktober lalu. Ketika tertinggal dua gol pada babak pertama, MU bangkit dengan mencetak tiga gol pada menit ke-70, ke-76, dan ke-90.
Pertahankan rekor
Melalui kemenangan atas Juve malam itu, MU turut mempertahankan rekor kemenangan di Turin. Sejak kemenangan tahun 1999 itu, MU kini memenangi ketiga laga tandangnya di Turin. Pada 2003, MU bahkan menggilas Juve, 3-0, melalui dua gol Ryan Giggs dan satu gol dari Ruud van Nistelrooy.
Uniknya, pada pertemuan pertama musim ini di Old Trafford, kandang MU, Juve justru bisa menang 1-0. Di kandang sendiri, MU justru tidak bisa memanfaatkan menit-menit akhir.
Hal itu yang membuat Ronaldo sulit menerima kekalahan pada pertemuan kedua di Turin. Menurut Ronaldo, timnya terus tampil menekan dan seharusnya bisa mengulang kesuksesan seperti di Old Trafford. ”MU tidak layak memenangi laga ini. Kemenangan mereka adalah hadiah dari kami,” ujarnya.