Akankah London Jadi Panggung Djokovic?
No fear. No doubt. No turning back. No quitting. No limit. Novak. World No 1.
"Tak ada rasa takut. Tak ada keraguan. Tak akan berbalik ke belakang. Tak akan berhenti. Tak ada batasan. Novak. Nomor satu dunia".
Kata-kata itu menyertai video Novak Djokovic yang diunggah dalam akun media sosialnya. Video yang terdiri atas cuplikan foto-foto Djokovic itu dibuat sponsornya, Lacoste.
Sejak pertengahan 2018, Djokovic telah kembali menjadi dirinya yang dulu, sebelum mengalami masa frustasi karena cedera siku kanan selama setengah musim terakhir 2017. Itu adalah Djokovic yang garang dan tak kenal takut.
Keberanian dan keyakinan telah membawanya meraih empat gelar juara sejak Juli 2018, termasuk Grand Slam Wimbledon dan AS Terbuka.
Hasil tersebut membawanya kembali ke puncak peringkat dunia pada November ini setelah berada pada posisi ke-22 pada Mei. Itu menjadi peringkat terendah yang dia tempati sejak 2 Oktober 2006 ketika berusia 19 tahun.
Kini, Djokovic punya satu tugas lagi menjelang musim 2018 berakhir, yaitu di arena Final ATP yang akan berlangsung di The O2 Arena, London, Inggris, 11-18 November. Ini adalah turnamen di pengujung musim yang hanya diikuti delapan petenis putra terbaik 2018.
Jika juara, ini akan menjadi gelar juara penyempurna bagi Djokovic. Dia pernah menjadi petenis nomor satu dunia akhir tahun sekaligus menjuarai Final ATP pada 2012, 2014, dan 2015.
"Melihat kembali apa yang telah saya lalui tahun lalu, pencapaian saya pada tahun ini cukup fenomenal. Tentu saja saya sangat senang dan bangga," kata Djokovic dalam laman resmi ATP.
Petenis yang menjalani operasi siku pada Januari 2018 ini mengungkapkan, seandainya lima bulan lalu ada yang mengatakan bahwa dia akan kembali menjadi nomor satu dunia, itu akan sulit dilakukan. "Meski di sisi lain, saya selalu percaya bisa kembali, tetapi rasanya saat itu sulit dilakukan. Apalagi, dengan cara saya bermain dan apa yang saya rasakan di lapangan," lanjutnya.
Presiden dan Ketua Eksekutif ATP Chris Kermode memuji penampilan Djokovic. Dia menilainya sebagai salah satu momen kelahiran kembali di olahraga yang patut dihargai. Djokovic pun terpilih sebagai nomine peraih penghargaan ATP Comeback of The Year selain Kei Nishikori, Jason Kubler, dan John Millman.
Petenis Serbia itu bisa menyamai rekor Roger Federer jika menjuarai Final ATP kali ini, yaitu sebagai peraih gelar terbanyak turnamen tersebut. Federer berada di puncak dengan enam gelar, diikuti Djokovic, Pete Sampras, dan Ivan Lendl, masing-masing, dengan lima gelar juara.
Absennya Rafael Nadal dan Juan Martin Del Potro di London, karena cedera, mengurangi pesaing Djokovic. Dominasi atas petenis lain sejak babak penyisihan grup, yang diperlihatkan melalui statistik pertemuan, juga menjadi modal bagi petenis berusia 31 tahun itu.
Akan tetapi, Djokovic tetap harus waspada untuk tak mengulang hasil pada ATP Masters 1000 Paris, pekan lalu. Itu menjadi final keenam dalam tujuh turnamen terakhirnya, namun Djokovic takluk dari petenis yang tak diperkirakan juara, yaitu petenis muda Rusia, Karen Khachanov (22).
Khachanov dan petenis muda Kroasia, Borna Coric (21), menjadi petenis cadangan yang akan tampil jika ada petenis cedera dan tak dapat melanjutkan turnamen.
Dalam penyisihan grup, Djokovic akan bersaing dengan Alexander Zverev, Marin Cilic, dan John Isner pada Grup Gustavo Kuerten. Hanya Zverev yang memiliki rekor pertemuan imbang dengan Djokovic, sedangkan Cilic dan Isner lebih sering kalah. Meski demikian, Cilic selalu memberi perlawanan ketat pada Djokovic.
Pada Grup Lleyton Hewitt--grup dinamai dengan nama mantan petenis yang pernah menjuarai Final ATP--persaingan akan terjadi antara Federer, Kevin Anderson, Dominic Thiem, dan Kei Nishikori. Hampir semua statistik pertemuan membuat Federer menjadi favorit juara grup tersebut.
Dengan pencapaiannya pada enam bulan terakhir, Djokovic pun menjadi favorit juara. Namun, dengan format round robin dalam penyisihan grup (setiap petenis berhadapan dengan petenis lain dalam grup yang sama), siapapun memiliki peluang, setidaknya untuk lolos ke semifinal, termasuk Kevin Anderson.
Meski telah berusia 32 tahun, Anderson akan menjalani debut pada turnamen yang memperebutkan hadiah total 8,5 juta dollar AS (Rp 124,7 miliar) itu. Begitu pula John Isner (AS).
Anderson dinilai sebagai pahlawan Afrika Selatan setelah menjadi finalis AS Terbuka 2017 dan Wimbledon 2018. Dia mengangkat reputasi tenis di Afrika Selatan yang lebih mengenal sepak bola dan kriket.
Di London, Anderson bisa membuat kejutan seperti yang terjadi pada semifinal Wimbledon. Anderson menyingkirkan Federer setelah kalah pada dua set awal.
Analis tenis untuk Sky Sports, Annabel Croft, menilai, Cilic akan menjadi kompetitor tangguh lain bagi Djokovic dan Federer. "Cilic senang main di dalam ruangan, pergerakannya bagus dan dia agresif. Servisnya juga keras. Saya yakin dia akan mendapat hasil yang bagus di The O2," ujar Croft dalam media Inggris, Express.
Meski menilai akan terjadi kejutan, Croft menyebut Djokovic sebagai kandidat kuat juara. "Mungkin akan ada yang berbeda dalam turnamen nanti, tetapi persaingannya tidak terlalu terbuka. Novak tentu saja menjadi favorit, yang lain harus berjuang keras untuk mendapatkan posisi teratas," ujar Croft.
Mantan petenis Inggris, Greg Rusedski, juga mengunggulkan Djokovic. Namun dia berpendapat, Federer memiliki kesempatan yang sama jika tampil rileks. "Jangan kesampingkan Federer karena dia sangat menginginkan gelar lain tahun ini," katanya.
Djokovic, yang akhir musim lalu tak lolos ke London, kini datang dengan semangat baru. Dia pun bagai terlahir kembali. Akankah gelar Final ATP menjadi penyempurna kariernya pada 2018?