JAKARTA, KOMPAS - Lomba lari Borobudur Marathon bakal hadir lagi pada 18 November mendatang. Pada gelaran ketujuh ini, Borobudur Marathon berupaya meningkatkan citranya agar kelak diperhitungkan sebagai salah satu agenda lomba lari dunia. Selain terus memperbaiki sisi penyelenggaraan, lomba yang mulai digelar sejak 2012 itu juga untuk meningkatkan promosi wisatanya.
Borobudur Marathon 2018 akan diikuti 10.000 peserta. Komposisinya, 30 persen peserta 10K, 40 persen half marathon, dan 30 persen maraton. Secara komposisi, ada penurunan pada peserta 10K dan peningkatan pada peserta half marathon dan maraton. Tahun 2017, peserta 10K mencapai 70 persen.
”Ini menunjukkan kualitas ajang ini semakin meningkat sehingga pelari-pelari berkualitas lebih banyak ikut. Apalagi tidak sembarang pelari yang bisa ikut half marathon ataupun maraton,” ujar Lukminto Wibowo, General Manager Event Kompas sekaligus Komite Penyelenggaraan Borobudur Marathon, setelsh audiensi bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya di Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Sejak 2017, jumlah peserta dibatasi 10.000 orang. Hal itu demi menjaga kualitas penyelenggaraan. Dengan jumlah sebanyak itu, panitia bisa lebih optimal dalam mengelola lomba. Apalagi kapasitas lokasi, terutama infrastuktur jalan di Borobudur dan sekitarnya, sangat terbatas.
Dengan slot terbatas, peserta berlomba untuk mendaftar. Slot 10K habis dalam tiga jam, slot half marathon habis dalam lima jam, dan slot maraton habis pada hari ke-21 setelah pendaftaran dibuka pada 8 Juni.
Pada tahun-tahun sebelum 2017, peserta bisa mencapai 15.000-20.000 orang. Namun, banyaknya peserta justru menurunkan kualitas penyelenggaraan. Sebab, sebagian besar peserta justru bukan pelari, melainkan massa yang digerakkan sehingga hampir semuanya tidak sanggup menyelesaikan lari.
Kualitas yang semakin baik sejak tahun lalu turut meningkatkan antusiasme peserta asing dan Nusantara. Peserta asing meningkat dari 178 pelari dari 27 negara pada 2017 menjadi 205 pelari dari 30 negara tahun ini. Peserta Nusantara, terutama luar Jawa Tengah, naik dari 3.700 orang pada 2017 menjadi 7.000 orang tahun ini.
Bahkan, berdasarkan survei klub maraton dunia Globerottes pada tahun ini, Borobudur Marathon 2018 terpilih sebagai tempat reuni pelari dunia. Pertemuan itu dilakukan pada 17 November.
”Borobudur Marathon bisa menjadi salah satu lomba lari elite dunia asalkan penyelenggaraan terus ditingkatkan. Apalagi lomba ini punya keunikan dari sisi wisata,” kata Agus Hermawan, pegiat lari yang pernah finis di ajang Berlin Marathon (Jerman), Tokyo Marathon (Jepang), dan Gold Coast Marathon (Australia).
Tonjolkan wisata
Borobudur Marathon berupaya menonjolkan corak berbeda ketimbang lomba lain. Ajang itu ingin tampil dengan keunikan pariwisata yang kental. Sekitar 26.000 warga setempat, termasuk di dalamnya ada 1.000 perangkat desa dari 19 desa, dan 200 pelajar-guru dari 35 sekolah, dilibatkan dalam penyelenggaraan. Mereka akan menyajikan tarian, kuliner khas, dan buah-buahan di daerah itu.
”Borobudur Marathon telah memberikan dampak besar bagi perekonomian wilayah Magelang, setidaknya memicu perputaran uang sekitar Rp 14 miliar pada dua hari penyelenggaraan tahun 2017,” ujar Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno.
Arief Yahya mengapresiasi ajang tersebut. ”Sekarang, Borobudur Marathon telah menjadi sepuluh besar agenda pariwisata nasional,” katanya.