Target Lolos Olimpiade
JAKARTA, KOMPAS - Hasil yang dicapai tim angkat besi Indonesia pada Kejuaraan Dunia di Turkmenistan menjadi pijakan guna memperbaiki performa para lifter untuk lolos ke Olimpiade 2020.
Setelah Kejuaraan Dunia 2018, Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia mempunyai tugas berat untuk meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo 2020.
Berdasarkan aturan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), atlet yang berhak tampil di Olimpiade Tokyo harus menempati peringkat delapan dunia atau lima Asia.
Manajer tim nasional angkat besi Indonesia, Sonny Kasiran, mengatakan, Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI) menargetkan dapat meloloskan enam atlet ke Olimpiade Tokyo, atau lebih sedikit dari Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan tujuh
atlet.
Namun, sejauh ini baru empat lifter yang berpeluang karena termasuk dalam peringkat delapan besar pada Kejuaraan Dunia 2018. Mereka harus menjaga konsistensi penampilannya pada 6-8 kejuaraan kualifikasi Olimpiade yang akan diikuti pada 2019 dan 2020.
”Sementara yang belum dapat (peringkat) harus didukung agar ranking-nya bisa naik,” kata Sonny Kasiran di Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Pada Kejuaraan Dunia IWF 2018 yang bergulir di Ashgabat, Turkmenistan, lifter Eko Yuli Irawan menjadi satu-satunya yang jadi juara dan mencetak dua rekor dunia. Selain itu, hanya Sri Wahyuni (peringkat ke-7), Deni (ke-8), dan Acchedya Jagaddhita (ke-8) yang memenuhi target masuk dalam peringkat delapan besar dunia.
Lima lifter lainnya terlempar dari posisi 10 besar. Mereka adalah Yolanda Putri (peringkat ke-22), Surahmat (ke-14), Rahmat Erwin Abdullah (ke-14), Syarah Anggraini (ke-14), dan Triyatno (ke-14). Adapun lifter kelas +86 kg, Nurul Akmal, dijadwalkan bermain di Grup B hari Sabtu.
Setelah bersaing di Asian Games 2018, kata Sonny, atlet Indonesia belum mencapai puncak penampilannya. Angkatan lifter putri andalan Sri Wahyuni, misalnya, belum kembali ke Asian Games. Karena itu, atlet diminta berlatih lebih keras menghadapi kejuaraan selanjutnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah nutrisi. Masih ada pelatih dan atlet yang belum memahami pentingnya pemilihan makanan untuk menunjang penampilan. ”Beberapa atlet masih makan untuk memenuhi kesenangan sendiri. Ini juga akan jadi evaluasi kami,” ujarnya.
Berdasarkan kesepakatan IWF, kualifikasi Olimpiade mengalami perubahan. Apabila di Rio 2016 memakai kualifikasi tim negara, selanjutnya di Tokyo 2020 menggunakan kualifikasi individu. Atlet yang tampil di Tokyo 2020 harus punya peringkat dunia dan mengikuti minimal enam kejuaraan di bawah bendera IWF dalam periode klasifikasi 18 bulan.
Kejuaraan IWF terbagi dalam beberapa level. Kejuaraan Dunia dan kejuaraan tingkat benua, seperti Kejuaraan Asia, mempunyai poin peringkat paling tinggi. ”Kami berusaha agar atlet bisa mendapatkan peringkat pada setiap kejuaraan yang diikuti,” ujar Sonny.
Tantangan
Eko Yuli Irawan menilai, sistem kualifikasi Olimpiade yang baru menjadi tantangan dan peluang bagi tim Indonesia. ”Kalau dulu siapa saja bisa berpartisipasi, sekarang hanya atlet-atlet potensial yang tampil di Olimpiade. Ini memang berat, tetapi menunjukkan kualitas lifter yang sesungguhnya,” kata Eko.
Dengan banyaknya seri kualifikasi yang harus diikuti, Eko bakal menerapkan strategi mengatur berat badan demi mengamankan tiket ke Olimpiade. Pada kejuaraan dengan poin peringkat tinggi, Eko akan bermain pada kelas utamanya, 61 kg.
Namun, pada kejuaraan-kejuaraan lain dia akan mencoba tampil pada kelas yang lebih tinggi agar tidak perlu menjalani diet ketat. Poin kejuaraan akan diakumulasi untuk menentukan peringkat.
Berdasarkan perhitungan Eko, dengan menjadi juara di dua seri Kejuaraan Dunia dan satu seri Kejuaraan Asia, dirinya bisa mengamankan tiket ke Olimpiade.
”Beruntung, setiap menghadapi kejuaraan ada momentum yang mendukung penampilan saya. Menjelang Asian Games, misalnya, ada bulan puasa sehingga saya tidak perlu diet ketat. Momentum ini yang bikin saya bisa selalu tampil prima,” katanya.
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Mulyana mengatakan, untuk meloloskan atlet ke Olimpiade dibutuhkan anggaran yang besar.
Karena itu, anggaran akan difokuskan untuk mendukung atlet yang berpotensi lolos Olimpiade. Mereka yang berpotensi ke Olimpiade akan didukung habis-habisan untuk mengikuti kejuaraan seri kualifikasi di luar negeri.
Di angkat besi, misalnya, kemungkinan besar hanya ada empat atlet potensial yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
”Keempat atlet ini akan kami dukung menjalani enam kejuaraan wajib menjelang Olimpiade. Jadi, tidak bisa sepuluh orang lagi yang didukung,” kata Mulyana. (DNA)