JAKARTA, KOMPAS – Kementerian Pemuda dan Olahraga akan memberikan bantuan anggaran kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 kepada atlet-atlet potensial. Anggaran difokuskan untuk nomor lomba yang berpeluang lolos kualifikasi. Hasil Asian Games 2018 menjadi salah satu acuan dukungan dana dari pemerintah.
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Mulayana mengatakan, saat ini pihaknya sedang menghitung kebutuhan dasar untuk meloloskan atlet ke Tokyo 2020. “Berdasarkan penghitungan sementara, dibutuhkan anggaran dua miliar rupiah per orang untuk meloloskan atlet ke Olimpiade. Anggaran dipakai antara lain untuk honor, akomodasi, dan training camp (pemusatan latihan) di luar negeri,” ujarnya di Jakarta, Minggu (11/11/2018).
Menurut Mulyana, anggaran untuk nomor lomba prioritas akan diberikan Kemenpora melalui pengurus cabang olahraga. Namun, dia meminta pengurus cabang mengajukan nama-nama atlet yang berpotensi lolos ke Olimpiade. Mereka akan didukung habis-habisan untuk mengikuti pelatnas dan rangkaian kejuaraan di luar negeri yang termasuk dalam seri kualifikasi Olimpiade
Berdasarkan penilaian Kemenpora, ada 96 nomor pertandingan dari 10-12 cabang olahraga yang berpotensi untuk mendapatkan bantuan anggaran kualifikasi. Atlet pada 30 nomor dari 96 nomor itu, diharapkan dapat lolos ke Olimpiade. Cabang olahraga yang mempunyai atlet potensial antara lain, bulu tangkis, angkat besi, panjat tebing, taekwondo, panahan, karate, tenis, atletik, renang, dan senam.
Di cabang atletik, atlet yang diproyeksikan lolos ke Olimpiade dari nomor lari 100 meter putra, estafet 4x100 meter putra, lari gawang putri, dan loncat jauh putra. Di angkat besi, atlet yang diunggulkan adalah Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg), Sri Wahyuni Agustiani (49 kg), Deni (69 kg), dan Triyatno (73 kg).
Penilaian Kemenpora itu berdasarkan hasil yang diukir atlet di Asian Games 2018. “Tetapi, hasil Asian Games tidak menjadi satu-satunya acuan. Atlet harus menunjukkan konsistensi prestasi pada ajang olahraga tunggal agar bisa mendapatkan bantuan anggaran kualifikasi Olimpiade,” tegas Mulyana.
Prioritas anggaran
Untuk mendukung pelatnas, Kemenpora mempunyai anggaran Rp 500 miliar untuk dipakai sepanjang 2019. Meninggat minimnya anggaran, alokasi dana pertama-tama dipakai untuk meloloskan atlet ke Tokyo 2020. Setelah itu, dana digunakan untuk persiapan SEA Games 2019.
Di cabang angkat besi, misalnya, Kemenpora memperkirakan hanya ada empat atlet yang berpotensi lolos Olimpiade. Oleh karena itu, Kemenpora akan mendukung keempat atlet ini untuk mengikuti rangkaian kejuaraan yang termasuk dalam seri kualifikasi Olimpiade.
Berdasarkan aturan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), atlet harus masuk dalam peringkat delapan dunia atau lima benua untuk lolos Olimpiade. Untuk berangkat ke Tokyo, atlet juga wajib mengikuti minimal enam kejuaraan di bawah bendera IWF dalam waktu 18 bulan. Menurut Mulyana, pihaknya membuka peluang cabang olahraga mengusulkan tambahan nama. “Asalkan hal itu didukung dengan prestasi atlet,” katanya.
Pelari gawang Indonesia Dedeh Erawati (tengah) meraih emas lari gawang putri pada Pekan Olahraga Solidaritas Islam 2013 di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (28/9). Dedeh menjuarai nomor ini dengan catatan waktu 13,54 detik.
Pelari nasional senior Dedeh Erawati mendukung rencana pemerintah untuk memberikan bantuan anggaran kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. “Kalau di Asian Games 2018 pemerintah bisa memberikan bonus kepada atlet, sekarang saatnya menunjukkan kepedulian dengan memberikan anggaran pembinaan untuk lolos Olimpiade,” ujar Dedeh.
Menurut Dedeh, ada regulasi kualifikasi yang berbeda di bandingkan Olimpiade sebelumnya. Perubahan itu, misalnya, atlet harus mempunyai poin peringkat dunia pada periode klasifikasi yang sudah ditentukan. “Sebagai atlet, kami senang kalau ikut banyak kejuaraan karena bisa menjadi ajang untuk mengukur penampilan diri sendiri,” katanya.
Namun, itu butuh dukungan anggaran yang besar. Dengan adanya bantuan yang langsung dari pemerintah untuk nomor lomba prioritas, menurut Dedeh, hal itu dapat memberikan kepastikan dukungan untuk atlet. Namun, hal itu perlu diiringi dengan pengawasan ketat agar anggaran yang diberikan melalui cabang olahraga benar-benar dipakai untuk meloloskan atlet potensial ke Olimpiade.
Adapun Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, dukungan untuk tim angkat besi tidak hanya diperlukan untuk meloloskan atlet ke Olimpiade. Tim angkat besi membutuhkan dukungan untuk membidik medali emas Olimpiade. “Dukungan itu antara lain dengan membangun lingkungan kepelatihan yang dapat menunjang penampilan atlet, seperti nutrisi dan tim pendukung,” ujarnya.