SAO PAULO, SENIN Tim Ferrari menutup perburuan gelar juara dunia 2018, khususnya pada kategori konstruktor F1, dengan penampilan yang antiklimaks.
Start dari posisi kedua dan keempat di Sirkuit Interlagos, Brasil, Senin (12/11/2018) dini hari WIB, harapan terakhir mereka untuk menjadi juara dunia konstruktor musim ini pupus setelah Kimi Raikkonen dan Sebastian Vettel mengakhiri balapan di posisi ketiga dan keenam.
Hasil dari GP Brasil itu menjadi kegagalan tim F1 Ferrari untuk memperpanjang kompetisi perebutan gelar juara dunia konstruktor F1 2018.
Tim Mercedes akhirnya menggenapkan gelar juara dunia pebalap dengan gelar juara dunia konstruktor 2018, yang merupakan gelar juara dunia konstruktor kelima berturut-turut.
Kedua pebalap Ferrari, Kimi Raikkonen dan Sebastian Vettel, tidak hanya kalah oleh pebalap tim Mercedes, tetapi juga pebalap tim Red Bull. Raikkonen yang finis di posisi ketiga tertinggal dari Lewis Hamilton (Mercedes) yang memenangi balapan untuk ke-10 kalinya pada musim ini, dan Max Verstappen (Red Bull) yang secara tragis finis di posisi kedua akibat insiden dengan pebalap binaan Mercedes, Esteban Ocon.
Di atas kertas, seperti disampaikan pemimpin tim Mercedes, Toto Wolff, Ferrari idealnya bisa keluar sebagai pemenang karena saat memulai balapan mereka menggunakan ban soft. Jenis ban ini punya daya tahan lebih lama ketimbang ban supersoft yang digunakan para pebalap Mercedes ataupun Red Bull.
Dengan ban soft itu, Ferrari diperkirakan bisa menerapkan strategi hanya sekali mengganti ban, sementara Mercedes kemungkinan harus melakukan dua kali penggantian ban.
Akan tetapi, faktanya, baik Vettel maupun Raikkonen, malah sama-sama kesulitan mendapatkan daya cengkeram ban pada 10 putaran awal balapan mereka sehingga tertinggal dari para pebalap Mercedes dan Red Bull. Vettel malah harus melakukan dua kali penggantian ban.
”Sejujurnya, saya rasa bukanlah sebuah keuntungan memulai dengan ban soft. Ban supersoft malah bertahan lebih lama, lebih lama dari yang kami semua perkirakan. Namun, itulah yang terjadi, kami berharap untuk keuntungan, tetapi nyatanya malah kerugian,” kata Vettel dikutip Crash.net, Senin (12/11).
Aksi Ocon
Sementara itu, Direktur Balapan FIA Charlie Whiting mengkritik aksi Esteban Ocon yang bertarung melawan pemimpin balapan, Max Verstappen, yang membuat pebalap Red Bull itu kehilangan peluangnya untuk memenangi balap di Interlagos.
”Dia tentu diperbolehkan jika tidak mau disalip. Hal itu terjadi beberapa kali pada masa lalu. Namun, itu harus dilakukan dengan aman, intinya harus dilakukan dengan bersih dan tentu juga bukan dengan bertarung.
Anda tidak boleh bertarung ketika didahului. Jika anda mempunyai daya pacu lebih baik, normalnya orang akan mengatakan Ocon punya daya pacu, biarkan dia lewat.
Namun, tampaknya sangat disayangkan dia memutuskan untuk bertarung, dan itu sepenuhnya tidak bisa diterima,” kata Whiting.
Ocon kemudian dijatuhi hukuman berhenti di pit selama 10 detik atas aksinya itu. Akan tetapi, hukuman itu agaknya tidak cukup untuk Verstappen. Pebalap Red Bull itu kemudian mendatangi Ocon setelah balapan, memaki pebalap Force India itu, dan kemudian mendorong dadanya. Pebalap asal Belanda itu sangat kesal karena Ocon bersikeras dirinya tidak bersalah.
Akibat konfrontasi fisik itu, Verstappen dan Ocon lalu disidang oleh para pengawas balapan (steward). Verstappen kemudian dijatuhi hukuman harus melakukan pekerjaan pelayanan publik dua hari untuk FIA. (OKI)