SANTIAGO, SENIN - Pecatur Indonesia, Samantha Edithso (10), kembali membuka peluang menjadi juara dunia setelah merebut kemenangan pada babak ketujuh Kejuaraan Catur Kadet Dunia 2018 di Santiago de Compostela, Spanyol, Senin (12/11/2018). Samantha mengalahkan Elif Zeren Yildiz dari Turki dan naik ke posisi kedua klasemen.
Di kategori putri U-10, Samantha mengumpulkan enam poin dari tujuh laga. Jumlah itu sama dengan Zhou Yafei dari China di posisi pertama dan Olesia Vlasova dari Rusia di posisi ketiga.
”Pada laga kedelapan, Samantha akan menghadapi Vlasova yang baru mengalahkan Zhou Yafei pada babak ketujuh. Laga itu akan berat, tetapi Samantha dapat melaju ke posisi puncak jika mampu memenanginya,” kata Eka Putra Wirya, anggota Dewan Pembina Percasi.
Setiap pecatur harus menjalani 11 babak pada ajang itu. Dengan persaingan yang ketat, Samantha harus memenangi empat babak tersisa untuk memastikan gelar juara di tangan.
Pada babak ketujuh, Samantha yang memainkan buah catur hitam harus menjalani laga yang panjang melawan Yildiz. Pecatur yang didukung oleh Ekatama Group itu memainkan gajah pada petak hitam untuk menguasai bidang diagonal panjang.
Samantha juga menguasai lajur A dengan benteng untuk menekan sayap raja Yildiz. Yildiz berulang kali melakukan serangan balasan dari sayap raja, tetapi Samantha dapat menangkisnya.
Pada langkah ke-55, Samantha sudah unggul posisi dan tiga bidak dibandingkan dengan Yildiz. Pada langkah ke-63, Yildiz akhirnya menyerah karena rajanya sudah terjepit.
Pada kategori terbuka U-12, pecatur Indonesia, Aditya Bagus Arfan, menelan kekalahan kedua pada babak ketujuh. Kekalahan itu membuat poin yang dikumpulkan Aditya masih empat poin dan posisinya terlempar dari urutan ke-37 menjadi urutan ke-61.
Pecatur yang didukung United Tractors itu menghadapi Richard Stalmach dari Ceko pada babak ketujuh. Aditya yang memainkan buah catur hitam melakukan pembukaan yang bagus dan mulai unggul sampai sepuluh langkah awal.
Pada pertengahan laga, Aditya mengambil beberapa langkah pasif sehingga memungkinkan lawan balik menekan. Tekanan itu membuat Aditya panik dan melakukan kesalahan langkah yang memperburuk keadaannya.
Keadaan semakin buruk saat Aditya mengalami krisis waktu pada langkah ke-40 sehingga harus melangkah dengan cepat. Kondisi tersebut membuat Aditya semakin terpojok dan akhirnya menyerah pada langkah ke-68.
”Beberapa langkah sia-sia pada pertengahan laga sangat merugikan Aditya karena membuat lawan memiliki momen menyerang. Ini harus diperbaiki Aditya,” kata Kristianus Liem, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Percasi. (ECA)