JAKARTA, KOMPAS Selain Rifda Irfanaluthfi, pesenam artistik nasional Agus Adi Prayoko juga layak diberi kesempatan mengikuti kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Kualitas Agus, khususnya di nomor kuda-kuda lompat, sudah sejajar dengan pesenam elite dunia.
Agus memiliki peluang menembus kualifikasi. Dari perbandingan penampilannya dengan atlet papan atas dunia pada 2018, ia berpotensi besar meraih prestasi pada Olimpiade mendatang.
Pada Asian Games 2018, Agus tampil mengejutkan dengan meraih perunggu dalam nomor kuda-kuda lompat. Dengan kondisi cedera otot betis, ia melampaui atlet peraih emas Olimpiade asal Korea Utara, Ri Se Gwang, yang menempati peringkat kelima.
Sebulan setelah Asian Games, pada Kejuaraan Dunia Doha 2018 yang tidak diikuti Agus, Ri menyabet emas dalam kejuaraan yang merupakan etalase kekuatan pesenam dunia itu.
Indikasi lainnya, dari sisi nilai, Agus di Asian Games mendapatkan 14,350 saat kualifikasi dan 14,125 saat final. Nilai itu sudah cukup untuk menembus final atau delapan pesenam terbaik di Kejuaraan Dunia. Adapun nilai peserta final kuda-kuda lompat di Doha berkisar dari 13,883 sampai 14,933.
”Kalau bicara satu alat, di kuda-kuda lompat, basic saya dengan juara dunia (Ri) hampir sama semua,” kata Agus yang memang memiliki spesialisasi dalam alat tersebut.
Oleh karena itu, Agus berharap Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani) memberinya kesempatan untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade pada Kejuaraan Dunia Stuttgart 2019.
Ajang itu membuka pintu bagi atlet yang bermain hanya dalam satu alat. Tiga peringkat terbaik di setiap alat berhak lolos ke Olimpiade.
Agus mengaku tidak khawatir dengan usianya yang sudah mencapai 29 tahun. ”Dengan usia ini, saya yakin bisa kalau fokus ke satu alat saja. Kalau fokus pada enam alat, jujur saja tidak bisa,” ujarnya.
Pelatih Indra Sabarani mengatakan, usia anak asuhnya itu tidak berpengaruh banyak di nomor kuda-kuda lompat. Contohnya atlet berusia 43 tahun asal Uzbekistan, Oksana Chusovitina, yang masih mampu meraih perak dalam Asian Games lalu.
Indra pun menyiapkan sejumlah program untuk meningkatkan kualitas penampilan Agus. Salah satunya menambahkan gerakan twist atau berputar dari dua setengah menjadi tiga kali.
”Kalau tiga twist bisa jadi, akan lebih tinggi lagi dapat nilainya. Sebelumnya, gerakan itu sudah dipelajari, tetapi belum terlalu lancar” kata Indra yang melatih Agus sejak pertama terjun ke dunia senam itu.
Untuk menyempurnakan persiapan sebelum kualifikasi, Indra meminta PB Persani memfasilitasi anak asuhnya untuk mengikuti pemusatan latihan di luar negeri selama satu bulan serta sekali uji tanding sebelum tampil di Stuttgart.
Dengan pemusatan latihan di luar negeri, Agus bisa mendapatkan masukan dari pelatih asing. Selain itu, ia juga akan memiliki tempat latihan yang sesuai standar.
Sementara uji tanding internasional sangat dibutuhkan untuk pemanasan sebelum kualifikasi. ”Pemusatan latihan dan uji tanding ini sangat berpengaruh. Hal yang sama dilakukan sebelum Asian Games sehingga puncak penampilan Agus terlihat saat hari perlombaan,” kata Indra.
Satu kuota
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Persani Dian Arifin menyatakan sudah memasukkan rencana Agus ke Olimpiade dalam proposal anggaran 2019. Meski demikian, mereka masih harus menunggu persetujuan Kemenpora.
”Kemenpora kemarin hanya memberi kuota satu atlet untuk senam. Jadi, masih harus dilihat lagi,” katanya.
Sejauh ini PB Persani baru memastikan Rifda sebagai pesenam yang diproyeksikan ke Olimpiade. Rifda, menurut rencana, dapat program pelatihan jangka panjang di luar negeri dan kesempatan mengikuti beberapa kejuaraan, termasuk Kejuaraan Dunia. (KEL)