IBL dan PP Perbasi harus memperketat pengawasan pada pemain, ofisial, dan tim pada musim baru IBL 2018-2019 untuk mencegah berulangnya skandal pengaturan skor.
JAKARTA, KOMPAS Skandal pengaturan skor Liga Basket Indonesia atau IBL musim 2016-2017 masih membayangi citra basket nasional. Musim baru IBL 2018-2019 yang akan berlangsung mulai 30 November menjadi pembuktian pulihnya marwah liga.
Skandal terjadi pada musim pertama setelah IBL kembali menjadi pengelola liga menggantikan Liga Basket Nasional (NBL) milik PT DBL Indonesia. Sembilan pemain dan ofisial salah satu tim terbukti terlibat mengatur skor pertandingan pada musim reguler IBL.
Pihak IBL menghukum mereka dengan larangan berpartisipasi di liga seumur hidup. Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) melarang oknum itu terlibat dalam kegiatan basket di Tanah Air selama 2-5 tahun.
Direktur IBL Hasan Gozali menilai, hukuman itu membuat oknum menjadi jera. ”Pastinya jera. Mereka tidak bisa lagi terlibat selamanya. Ada yang sampai dipecat dari pekerjaannya di luar basket karena kejadian ini,” katanya saat ditemui hari Rabu (21/11/2018) di Jakarta.
Efek positif terlihat pada musim 2017-2018, IBL tidak menemukan indikasi pengaturan skor. Semua pertandingan tahun lalu dari musim reguler hingga final play off berjalan normal tanpa kecurigaan.
Namun, beban untuk memulihkan citra masih ditanggung IBL pada musim baru. Terjadinya pengaturan skor lagi akan menghilangkan sepenuhnya kepercayaan pada olahraga basket.
Untuk itu, IBL berkomitmen mengawasi semua pemain dan ofisial, juga setiap pertandingan dalam satu musim. Mereka akan menginvestigasi jika terjadi kejanggalan dalam sebuah laga. ”Kami selalu sosialisasi. Mengingatkan kalau hukumannya sangat berat. Jangan coba-cobalah,” kata Hasan.
Kepala Bidang Hukum PP Perbasi George Fernando Dendeng juga memperingatkan pemain asing terkait dengan pengaturan skor. Meski tidak terikat dengan sanksi di Indonesia, PP Perbasi akan bersurat kepada Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) jika mereka terbukti terlibat.
”Kami akan menjelaskan kepada FIBA, pemain itu melanggar peraturan pelaksana dengan terlibat game fixing. FIBA akan melarang pemain itu bermain di mana pun,” kata George.
Sejauh ini belum ada oknum lain yang terbukti ikut mengatur skor pada 2016-2017. Padahal, Perbasi sempat mengumumkan indikasi keterlibatan belasan pemain, lokal maupun asing.
Lebih profesional
IBL berbenah menjadi lebih profesional pada musim baru. Salah satunya soal kepemimpinan wasit yang menjadi sorotan tajam musim lalu. Terutama pada laga semifinal antara Stapac Jakarta dan Pelita Jaya.
Pada detik-detik akhir laga, wasit memutuskan bola dikeluarkan pemain Stapac. Dalam rekaman ulang setelah laga, bola terlihat menyentuh pemain Pelita Jaya sebelum keluar dari lapangan. Kejadian itu membuat Stapac kehilangan momentum dan gagal ke final.
Mengevaluasi hal itu, IBL memperkenalkan IBL instant review atau rekaman ulang langsung saat laga. Sebelumnya hanya wasit yang berhak menggunakan fitur itu. Musim ini, Direktur IBL juga bisa meminta instant review jika melihat kejanggalan.
Untuk pertama kali hadir juga rookie draft atau pengundian memilih pemain baru yang berasal dari Liga Mahasiswa. Menariknya, urutan memilih didasarkan pada peringkat terbawah hingga tertinggi musim sebelumnya.
”Kami ingin kekuatan antartim lebih merata,” ujar Hasan. Manajer Stapac Jakarta Gagan Rahmat mengatakan, rookie draft ide yang bagus, tetapi belum berjalan efektif. Sistem pengundian itu membuat banyak pemain terbaik mahasiswa mengundurkan diri karena takut masuk tim papan bawah. (KEL)