Untuk memastikan peringkat Indonesia tidak turun di ajang SEA Games 2019, Kemenpora perlu mempunyai strategi jitu. Menggabungkan atlet senior dan yunior menjadi pilihan.
JAKARTA, KOMPAS Kementerian Pemuda dan Olahraga diminta menyusun strategi yang jelas terkait dengan pencapaian prestasi Indonesia di SEA Games 2019. Penggabungan atlet senior dan yunior sebagai kontingen tim ”Merah Putih” menjadi jalan tengah yang ditawarkan cabang olahraga agar prestasi tidak terjun dari posisi sebelumnya.
SEA Games 2019 akan bergulir di Filipina, 30 November-10 Desember mendatang. Dalam pesta olahraga negara-negara di Asia Tenggara itu, Kemenpora berencana mengirimkan atlet-atlet yunior sebagai usaha untuk meregenerasi atlet.
Namun, sejumlah cabang mengusulkan agar kontingen Indonesia terdiri dari penggabungan atlet senior dan yunior. ”Jika pemerintah benar-benar menginginkan atlet yunior untuk cabang senam, jangan dituntut medali,” kata Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani) Dian Arifin, Kamis (22/11/2018), di Jakarta.
Menurut Dian, kehadiran atlet-atlet yunior dalam ajang multicabang olahraga memang penting untuk proses regenerasi atlet. Namun, agar prestasi tim Indonesia tidak melorot dari peringkat sebelumnya, perlu ada penggabungan atlet senior terbaik dan yunior yang baru masuk ke tim.
Di SEA Games Kuala Lumpur 2017, Indonesia menempati peringkat kelima dengan perolehan 38 medali emas, 63 perak, dan 90 perunggu. Tuan rumah Malaysia meraih juara umum dengan koleksi 145 emas, 92 perak, dan 86 perunggu.
Kemampuan atlet yunior, menurut Dian, sebenarnya bisa terasah dengan mengikuti kejuaraan-kejuaraan tingkat nasional. Sementara atlet-atlet senior seharusnya bersaing di ajang yang lebih tinggi, seperti SEA Games dan Asian Games.
Regenerasi atlet akan sulit berjalan jika atlet- atlet elite masih bersaing di tingkat nasional. ”Namun, apakah daerah menerima prinsip pembinaan seperti ini. Semua saling terkait dalam proses pembinaan,” ujarnya.
Tim angkat besi Indonesia mendukung rencana pemerintah untuk menurunkan atlet-atlet yunior ke SEA Games 2019 sebagai proses regenerasi atlet. ”Namun, pertanyaannya adalah apakah atlet-atlet yunior sudah siap mengamankan medali emas?” kata manajer tim angkat besi, Sonny Kasiran.
Agar dapat mengamankan prestasi, menurut Sonny, perlu ada pelatnas berkesinambungan yang diikuti atlet-atlet senior, yunior, dan remaja. Hal ini dibutuhkan agar jurang pencapaian atlet tidak terlalu timpang.
Dari catatan Kompas, pelatnas seperti ini pernah berjalan ketika lembaga Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) masih berjalan. Saat itu, Satlak Prima membagi atlet menjadi jenjang utama, muda, dan pratama, seperti Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Emas.
Pembagian atlet didasarkan pada usia, pencapaian pada cabang olahraga yang digeluti, dan prestasi. Atlet akan mendapatkan promosi dan degradasi sesuai prestasi. Satlak Prima lalu dibubarkan pada 2017.
Sampai sekarang hanya ada 11 atlet elite angkat besi yang mendapatkan SK Pelatnas dari Kemenpora dan didanai negara. Untuk memastikan regenerasi berjalan, tim angkat besi menambah empat lifter yunior.
Namun, pendanaan dijalankan secara mandiri menggunakan dana PB PABBSI. ”Di daerah masih ada beberapa atlet yunior yang potensial. Namun, karena tidak ada pelatnas khusus untuk senior dan remaja, jadi yang bergabung sementara hanya empat atlet,” ujar Sonny.
Sonny berharap, selanjutnya ada pelatnas berkesinambungan antara atlet senior dan pelapis. Apalagi, pekan depan tim angkat besi Indonesia akan menggelar kejuaraan nasional sehingga potensi atlet-atlet daerah bisa terpantau.
Sementara itu, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyatakan, Kemenpora tetap pada pendirian awal untuk mengirimkan atlet yunior ke SEA Games. Hal itu akan dituangkan dalam bentuk peraturan menteri untuk mewajibkan semua cabang olahraga menampilkan atlet muda dalam ajang dua tahunan itu.
Menurut Gatot, peraturan menteri itu akan mengatur hak dan kewajiban cabang. Apabila cabang tidak mengikutsertakan atlet yunior dalam SEA Games, bisa mendapatkan sanksi.
”Sanksinya, misalnya, cabang tersebut tidak dapat menerima hak untuk memperoleh bantuan pemerintah dan anggaran yang lain. Namun, ini semua masih dibahas,” kata Gatot. (DNA)