Pertaruhan di Derbi London
Tottenham Hotspur dan Chelsea bertempur memperebutkan supremasi di London, Minggu dini hari WIB ini. Derbi London ini menjadi peluang kedua tim memamerkan penampilan terbaik musim ini.
LONDON, JUMAT Derbi London antara Tottenham Hotspur dan Chelsea memang tidak sepanas derbi lain di Inggris. Namun, derbi London yang digelar pada Minggu (25/11/2018) dini hari WIB ini akan lebih sengit karena mempertaruhkan banyak hal di kedua kubu tim.
Bagi pendukung Spurs, Arsenal sebetulnya lebih dianggap rival bebuyutan sekota ketimbang Chelsea. Namun, anjloknya prestasi Arsenal dua musim terakhir membuat derbi London utara itu mulai kehilangan gereget.
Pandangan fans Spurs akan Chelsea pun berubah satu dekade terakhir.
Rivalitas keduanya memanas, terutama setelah pendukung ”The Blues” melatunkan syair lagu ”glory, glory” yang awalnya dipopulerkan oleh Spurs dan Manchester United.
”Pendukung Chelsea melakukannya sebagai ejekan. Koleksi trofi The Blues dari 2004 hingga sekarang menyamai semua trofi yang dimiliki Spurs sejak klub itu berdiri,” ungkap Jonathan Pierce, pengamat sepak bola Inggris.
Selama satu setengah dekade terakhir, Spurs memang berada dalam bayang-bayang The Blues. Sejak 2004, Chelsea meraih lima trofi Liga Inggris.
Sebaliknya, kali terakhir Spurs meraih trofi Liga Inggris adalah pada 1961.
Sejak itu, prestasi terbaik ”Lili Putih” di Liga Inggris adalah finis kedua di musim 2016-2017. Lagi-lagi, mereka harus mengakui supremasi Chelsea. Spurs finis di bawah Chelsea, juara saat itu.
Musim ini, situasi tidak jauh berbeda. Spurs masih di bawah Chelsea. Spurs di peringkat keempat, Chelsea ketiga. Namun, kali ini jarak kedua tim hanya terpaut satu poin.
Fans Spurs pun kali ini sedikit lebih optimistis. Koleksi 27 poin di 12 laga menjadi salah satu start terbaik Spurs sepanjang keikutsertaan mereka di Liga Inggris. Koleksi poin itu lebih baik tiga angka daripada dua musim lalu pada periode serupa saat mereka bersaing dengan Chelsea di puncak juara kompetisi itu.
Ada hal yang berbeda di Spurs musim ini. Mereka berkali-kali menang meski tidak tampil dalam performa optimal. Salah satunya terjadi pada laga kontra Crystal Palace dua pekan lalu.
Spurs, yang dulu kerap tampil meledak-ledak dan melumat tim raksasa seperti MU, Arsenal, dan Liverpool, kini kerap minimalis. Mereka hanya bisa menang 1-0 atas Palace, tim yang tengah terancam degradasi.
Musim ini, Spurs juga terlihat minder menghadapi barisan tim langganan enam besar Liga Inggris. Mereka kalah dari dua tim teratas, Liverpool dan Manchester City, di Stadion Wembley, markas Spurs yang juga akan menjadi lokasi laga nanti.
Bak ilusi
Tidak heran, Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino menyebut timnya bak mengalami ilusi soal penampilan kontradiktif musim ini. Di satu sisi, mereka mengemas poin lebih banyak dari musim-musim sebelumnya. Namun, di sisi lain, mereka inferior dari para rival.
Pochettino pun menjanjikan penampilan berbeda saat menghadapi Chelsea di Wembley. Menurut dia, laga ini ialah kesempatan Spurs menunjukkan mereka patut dipandang di Inggris.
”Kami mendorong para pemain hingga ke batas (maksimal) kemampuan mereka. Garis perbedaan antara mendapat cedera dan tidak kini sangat tipis,” ungkap Pochettino memperlihatkan komitmen para pemain.
Tingginya intensitas latihan Spurs di era Pochettino memang ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, itu meningkatkan performa dan kebugaran pemain. Namun, di sisi lain, risiko cedera pemain semakin tinggi.
Saat dikalahkan City dan Liverpool, misalnya, Spurs tidak bisa tampil dengan kekuatan penuh. Duo gelandang kreatif, Dele Alli dan Christian Eriksen, bergantian absen. Beruntung, pada laga kontra Chelsea keduanya bisa tampil bareng.
Hadirnya kedua motor serangan Spurs itu akan merepotkan Chelsea, salah satu dari tiga tim yang belum pernah kalah di Liga Inggris musim ini. Bagi Alli, misalnya, Chelsea adalah lawan favoritnya. Ia telah mencetak lima gol dari empat laga terakhir melawan The Blues.
Tak heran, legenda Spurs, Dimitar Berbatov, menjagokan bekas timnya itu bisa mengalahkan Chelsea. ”Laga ini akan berlangsung ketat karena kedua tim punya kualitas yang hampir sama.
Chelsea sangat brilian musim ini, begitu pula dengan Eden Hazard. Namun, Spurs memiliki Alli dan Eriksen yang bisa jadi pembeda,” ujarnya kepada Express.co.uk.
Meskipun demikian, tim tamu tidak kalah percaya diri mampu meraih tiga poin di laga ini. Sejak dipegang manajer Maurizio Sarri, Chelsea menjadi salah satu tim menawan dan sangat produktif di Liga Inggris.
Mereka mengemas 27 gol dari 12 laga. Koleksi gol itu hanya kalah dari pemuncak klasemen, City, yang membukukan 36 gol di Liga Inggris sejauh ini.
The Blues juga punya catatan menawan pada laga-laga tandang di Liga Inggris musim ini. Mereka hanya sekali kebobolan dari lima laga tandang di musim ini. Empat dari lima laga itu bahkan diakhiri dengan kemenangan.
Meskipun diperhitungkan sebagai tim London terkuat saat ini, ujar Sarri, timnya masih berada di bawah City. ”Saat ini, City lebih kuat daripada kami. Kami harus bekerja keras untuk memangkas selisih perbedaan itu,” kata Sarri pada jumpa pers Jumat malam.
Sarri benar adanya. The Blues belum pernah mendapat musuh sepadan di laga-laga tandang. Lawan yang dihadapi adalah tim-tim papan tengah, seperti Burnley, Newcastle United, Huddersfield Town. Kualitas mereka tentu berbeda dengan Spurs.
Namun, laman berita Football-London meyakini, Chelsea punya sedikit keunggulan dari Spurs. Salah satu hal yang menjadi motivasi Sarri di laga ini adalah ia ingin mengukir rekor.
Ia hanya butuh tambahan tiga laga tidak terkalahkan untuk melewati rekor eks manajer Jose Mourinho di musim 2014-2015. Saat itu, Chelsea tak terkalahkan pada 14 laga di liga. (BBC/JON)