Arsenal Dekati Target
Arsenal tengah merunut jejak keemasannya di era 2000-an dengan membekap Bournemouth 2-1. Kemenangan itu menjadikan Arsenal semakin dekat dengan target utamanya di masa transisi ini.
LONDON, minggu Arsenal menjaga tren positif kebangkitan di bawah asuhan manajer barunya, Unai Emery, berkat kemenangan 2-1 atas Bournemouth di Liga Inggris, Minggu (25/11/2018) malam. Kemenangan itu membuat Arsenal tidak terkalahkan di 17 laga di semua kompetisi sekaligus mendekat ke target utamanya musim ini.
Meskipun sempat kesulitan meladeni permainan militan tuan rumah, ”The Gunners” mampu menang berkat gol bunuh diri pemain Bournemouth , Jefferson Lerma, dan gol striker Pierre-Emerick Aubameyang. Tiga poin di laga itu membuat tim tamu kini hanya berjarak satu poin dari peringkat keempat, target utamanya musim ini.
Arsenal hanya kalah satu poin dari tim sekotanya, Chelsea, yang kini menghuni peringkat keempat. ”Laga ini sangatlah sulit. Namun, kami bisa membawa pulang poin penuh. Kami berharap terus melanjutkan momentum ini,” ujar Aubameyang seusai laga itu.
Kontras dengan Arsenal, Chelsea menelan kekalahan perdana di Liga Inggris musim ini seusai dibekap tim tetangga, Tottenham Hotspur, 3-1, di Stadion Wembley. Akibat kekalahan itu, ”The Blues” disalip Spurs di peringkat ketiga.
Kekalahan itu menjadi alarm peringatan bagi Chelsea, tim yang tengah bertransformasi bersama manajer barunya, Maurizio Sarri. Chelsea kehilangan karakter khasnya, yaitu bermain menekan mulai dari lini depan.
Alih-alih menekan, The Blues nyaris menghabiskan energinya di laga itu hanya untuk bertahan dan membendung serangan bergelombang dan agresif Spurs. Tim tuan rumah bahkan bisa saja unggul lima gol atau lebih jika Harry Kane, Dele Alli, dan Son Heung-min tampil lebih bengis.
Meskipun jumlah penguasaan bola mereka hanya 40 persen, Spurs lebih banyak menciptakan peluang gol. Total sembilan tembakan tepat ke arah gawang dibuat Spurs, sementara Chelsea hanya dua kali mengancam.
”Kami bermain sangat buruk dari berbagai faktor, baik itu fisik, mental, teknik, maupun taktik. Para penyerang gagal menekan dengan baik, pemain tengah tidak bisa melindungi pertahanan, dan lini belakang bak bencana. Kami harus melakukan perbaikan,” ujar Sarri seusai laga itu.
Mark Ogden, analis sepak bola Inggris, menilai, Spurs mengekspos masalah instabilitas di Chelsea yang gejalanya telah terlihat. Sempat berlari kencang di awal musim, laju The Blues melambat saat memasuki akhir tahun yang padat.
Mereka hanya dua kali menang di lima laga terakhir di Liga Inggris. Selain ketergantungan gol atas Eden Hazard, pemain tersuburnya di musim ini, skuad Chelsea saat ini dinilai belum kompatibel dengan ”Sarrismo” alias gaya bermain menekan agresif ala Sarri. Chelsea butuh striker yang lincah dan punya daya jelajah luas plus bek tengah yang cepat.
Kedua sektor itu menjadi kelemahan Chelsea pada laga kontra Spurs. Striker Alvaro Morata kembali memperlihatkan inkonsistensinya di tengah kondisi ”senyapnya” Hazard. Gol The Blues justru disumbangkan Olivier Giroud, striker pengganti yang satu-satunya keunggulannya adalah sundulan atau duel di udara.
Adapun lini pertahanan Chelsea kocar-kacir di laga itu. Duet David Luiz dan Antonio Rudiger bak patung yang berkali-kali dilewati Son dan Alli.
Chelsea pun diragukan mampu menjadi kandidat juara Liga Inggris musim ini. Peringkat keempat sekaligus tiket ke Liga Champions musim depan dianggap target realistis mereka.
”Sarri membutuhkan taktik B (alternatif) selain pola baku 4-3-3 ketika situasi berjalan tidak lancar seperti saat menghadapi Spurs,” ujar Ogden kepada ESPN.
Sarri sependapat dengan saran itu. ”Saya harus melakukan sesuatu yang berbeda guna mengubah jalannya laga. Namun, malam ini, itu tidak penting. Hari ini, 11 pemain mereka lebih baik dari 11 pemain kami,” katanya.
Di kubu sebaliknya, Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino sangat gembira timnya bisa memperlihatkan penampilan terbaiknya di musim ini itu. Ia berharap penampilan kontra Chelsea menjadi cetak biru untuk laga-laga selanjutnya.
”Sikap dan tekad para pemain malam ini sangat fantastis. Tantangan berikutnya adalah bagaimana terus menjaga penampilan itu sepanjang musim ini. Dengan mental yang tepat, kami adalah tim yang mampu bersaing,” ujar Pochettino kemudian.
Kemenangan itu disambut sukacita fans Spurs. Untuk kedua kali beruntun, Spurs membekap dan membuat Chelsea berada di bawah mereka. Kebahagiaan itu diwujudkan dengan nyanyian glory, glory, hallelujah—lagu pengingat masa keemasan tim ”Lili Putih” itu pada 1960-an.
Mengerucut
Meskipun persaingan peringkat ketiga dan keempat kini kian sengit, perburuan gelar juara Liga Inggris kini kian mengerucut ke dua tim, yaitu Manchester City dan Liverpool. City melumat West Ham 4-0 dan Liverpool menang 3-0 atas Watford.
Berkat kemenangan itu, ”The Reds” terus menempel City, tim pemuncak klasemen, dengan selisih hanya dua poin. Liverpool pun mencetak sejarah baru. Koleksi 33 poin dari 13 laga adalah capaian terbaik tim itu sepanjang sejarah di Liga Inggris.
”Tiga puluh tiga poin adalah brilian, luar biasa. Selisih gol kami juga sangat baik. Menyenangkan bisa membuat rekor itu di klub yang punya sejarah hebat seperti ini. Namun, musim belum berakhir. Rekor itu tidaklah menghasilkan (trofi) apa pun,” ujar Manajer Liverpool Juergen Klopp tetap mawas diri.
(BBC/Reuters/JON)