Berburu Tiket ke Tokyo
Tim nasional bulu tangkis terus bergeliat memburu tiket untuk tampil di Paralimpiade Tokyo 2020. Tim renang paralimpiade juga menyusun strategi guna mencapai limit waktu ke Tokyo.
JAKARTA, KOMPAS Tren positif ditunjukkan tim nasional bulu tangkis paralimpiade setelah sukses di Asian Para Games 2018. Mereka berhasil meraih 6 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu dalam turnamen Australia Terbuka 2018 yang dijadikan pemanasan sebelum kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020.
Dalam final Australia Terbuka, Minggu (25/11/2018), atlet nasional meraih emas di enam nomor. Emas diraih Leani Ratri Oktila di nomor tunggal putri SL4, Ratri/Khalimatus Sadiyah Sukohandoko di ganda putri SL3-SU5, Ratri/Dwiyoko di ganda campuran, Dwiyoko/Fredy Setiawan di ganda putra SL3/SL4, Fredy di tunggal putra SL4, dan Suryo Nugroho di tunggal putra SU5.
Bagi Ratri, hasil ini sangat positif di balik persiapan minim menuju Australia. ”Belum kembali ke performa terbaik karena belum ada persiapan khusus setelah Asian Para Games kemarin,” ucap peraih 2 emas dan 1 perak di Asian Para Games itu.
Hasil itu membuat Ratri semakin kokoh di peringkat pertama dunia Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dalam nomor tunggal putri dan ganda putri.
Sebenarnya Ratri juga berada di peringkat pertama ganda campuran. Namun, di Australia, ia tidak berpasangan dengan tandem tetapnya, Hary Susanto, yang berhalangan tampil karena cedera otot kaki.
Dengan tetap berada di peringkat pertama dunia, Ratri akan diuntungkan pada turnamen awal 2019 atau saat dimulainya pencarian poin Paralimpiade Tokyo. Ratri akan mendapatkan posisi unggulan dan akan cenderung mendapatkan lawan yang ringan di babak awal.
Hasil kurang memuaskan didapatkan juara dunia tunggal putra SL3, Ukun Rukaendi. Setelah kalah di final Asian Para Games, Ukun kembali gagal menaklukkan atlet India, Pramod Bhagat. Atlet berusia 48 tahun itu kalah 16-21, 18-21.
Pelatih bulu tangkis Yunita Ambar yang mendampingi timnas mengatakan, penampilan Ukun akan dievaluasi. Ke depan, Ukun harus menjaga stamina dan fisik lebih baik. Secara teknik, atlet Jawa Barat itu tidak perlu diragukan lagi.
”Secara keseluruhan, penampilan enam atlet yang berangkat masih terjaga meskipun baru saja mengikuti Asian Para Games bulan lalu. Ke depannya, kami akan pikirkan event mana yang akan diikuti untuk mencari poin ke Paralimpiade,” tambah Yunita.
Renang
Timnas renang paralimpiade mulai menyusun strategi agar bisa tampil di Paralimpiade Tokyo 2020. Pekan ini, tiga perenang, yaitu Jendi Pangabean (S9), Fajar Nur Hardianto (S7), dan Rianti (S6), berangkat menjalani kamp latihan di Korea Selatan.
Mereka juga akan berlomba di sejumlah kejuaraan internasional guna mengumpulkan poin peringkat dunia dan menembus limit waktu yang ditetapkan.
Koordinator pelatih tim renang paralimpiade Indonesia, Dimin BA, mengatakan, saat ini pihaknya sedang merancang program untuk memastikan atlet tampil di Paralimpiade Tokyo.
”Kami menjadikan limit waktu di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016 sebagai acuan karena belum ada pengumuman limit waktu yang harus ditembus atlet menuju Tokyo 2020,” kata Dimin dari Solo, Minggu (25/11).
Berdasarkan limit waktu Paralimpiade Rio, ada lima perenang putra dan dua perenang putri Indonesia yang berpotensi tampil di ajang olahraga multicabang empat tahunan itu. Perenang putra itu meliputi Jendi, Zaki Zulkarnain (S10), Guntur (S8), Marinus M Yowei (S13), dan Muhammad Bejita (S14). Adapun dua perenang putri adalah Syuci Indriani (S14) dan Laura Aurelia Dinda (S5).
Dalam aturan sebelumnya, atlet hanya dituntut menembus limit waktu demi tampil di Paralimpiade. Namun, untuk Tokyo 2020, para perenang juga dituntut mempunyai poin peringkat tinggi yang didapat dari sejumlah ajang kualifikasi individu dalam seri kejuaraan dunia.
”Salah satu kejuaraan yang kami incar adalah seri dunia di Berlin, Jerman, Juni mendatang. Secara waktu penyelenggaraan, kejuaraan ini sesuai dengan periodesasi latihan atlet,” katanya.
Pelatnas renang tim Indonesia akan mulai bergulir pada awal Januari. Ada 35-40 atlet yang diproyeksikan mengikuti pelatnas. Mereka akan disiapkan untuk membela Indonesia pada ajang ASEAN Para Games 2019 dan Paralimpiade 2020.
Saat ini, atlet-atlet berlatih mandiri di daerah masing-masing. Sementara tiga atlet yang terpilih, yaitu Jendi, Fajar, dan Rianti, akan menjalani kamp latihan di Incheon atas undangan Pemerintah Korea Selatan.
Jendi berharap agar selama berada di Korsel dirinya mendapatkan ilmu yang bisa diterapkan di Indonesia. ”Saya tidak punya target khusus, hanya menjalani program latihan yang diberikan tim Korsel,” katanya.
”Untuk Paralimpiade Tokyo, saya fokus bermain di nomor 100 meter gaya punggung. Secara limit waktu sebenarnya saya sudah lolos. Namun, saya harus mengumpulkan poin agar masuk peringkat dunia,” imbuhnya.
Sementara itu, Syuci akan menghadapi tantangan berlatih dan belajar pada waktu bersamaan. Bulan depan, perenang berusia 17 tahun yang meraih empat emas Asian Para Games itu akan menjalani ujian sekolah di SMA Olahraga 3 Pekan Baru. (KEL/DNA)