LILLE, MINGGU - Marin Cilic menjadi penentu kemenangan Kroasia atas Perancis dalam final kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis. Ini membayar kegagalan Cilic dan kawan-kawan dalam final 2016.
Kroasia menaklukkan tuan rumah Perancis, 3-1, dalam final yang berlangsung di Stade Pierre Mauroy pada 23-25 November. Cilic menyumbangkan dua kemenangan termasuk ketika mengalahkan Lucas Pouille, 7-6 (3), 6-3, 6-3, Minggu (25/11/2018). Petenis peringkat ketujuh dunia itu juga meraih kemenangan pada hari pertama, Jumat, dengan mengalahkan Jo-Wilfried Tsonga.
Penonton di stadion, yang sebagian besar mendukung Perancis, terdiam ketika bola dari pukulan lob Cilic menjadi penentu kemenangan Kroasia. Cilic dikerubungi teman-temannya di lapangan.
Ini menjadi gelar kedua Kroasia dari tiga final setelah mereka juara pada 2005. Ketika itu, Kroasia masih diperkuat Mario Ancic dan Ivan Ljubicic, pelatih Roger Federer saat ini.
Dua tahun lalu, Cilic dan rekan-rekannya mendapat kesempatan emas ketika menjadi tuan rumah dalam final melawan Argentina. Cilic tampil gemilang dengan meraih dua kemenangan dan tiga kemenangan di semifinal melawan Perancis. Namun, mereka digagalkan Juan Martin Del Potro dan kawan-kawan. Kroasia kalah, 2-3.
Kunci kemenangan Kroasia atas Perancis kali ini adalah ketika mereka memenangkan dua nomor tunggal pada hari pertama, Jumat. Selain Cilic, satu angka lain disumbangkan Borna Coric. Mereka tak gentar meski Perancis didukung sebagian besar dari 20.000 penonton di stadion.
Nicolas Mahut/Pierre-Hugues Herbert, memperpanjang nafas Perancis dengan mengalahkan Ivan Dodig/Mate Pavic, 6-4, 6-4, 3-6, 7-6 (3), pada Sabtu. Usai memenangi pertandingan, Mahut yang menjuarai Perancis Terbuka bersama Herbert, berharap kemenangan mereka bisa membantu kemenangan tim.
"Masih ada dua pertandingan yang harus kami menangkan. Teman-teman saya bisa melakukannya. Meski itu tugas berat, semuanya masih bisa berubah. Semoga kemenangan kami hari ini bisa membantu," kata Mahut yang menang sembilan dari 11 kali penampilan dalam Piala Davis dari nomor ganda.
Kapten tim Perancis Yannick Noah menilai, kemenangan Mahut/Herbert didapat juga karena besarnya dukungan penonton. "Saat penonton terlibat, hasilnya positif bagi kami dan negatif untuk lawan," kata Noah.
Sebelum Mahut/Herbert bermain, Noah menangis ketika dia dan pemain-pemainnya menyanyikan lagi kebangsaan Perancis. Noah sangat menginginkan gelar juara pada tahun terakhirnya sebagai kapten tim Perancis sebelum digantikan Amelie Mauresmo pada 2019.
"Itu pertama kalinya terjadi pada saya. Pada diri sendiri, saya katakan bahwa ini mungkin akan menjadi momen terakhir saya untuk menyanyikannya," ujar Noah yang telah mengantarkan Perancis menjuarai Piala Davis pada 1991, 1996, 2001, dan 2017.
Namun, harapan Noah untuk menyempurnakan kariernya sebagai kapten tim Perancis tak tercapai. Kali ini, mereka takluk di kandang sendiri dalam laga perebutan gelar juara. (AFP/REUTERS)