Dari Tidur Bersama Raket, Hingga Ditolak Masuk PB Djarum
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
Pernah tidur bersama raket dan berkali-kali ditolak masuk klub bulu tangkis PB Djarum menunjukkan perjalanan Leo Rolly Carnando menjadi juara dunia yunior 2018 tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, perjalanan sulit itu telah menempa mentalnya menjadi juara dunia yunior.
Leo bersama Indah Cahya Sari menjadi juara dunia bulu tangkis yunior di nomor ganda campuran setelah menjalani final sesama rekan senegara di Markham Pan Am Venue, Ontario, Kanada, 18 November 2018. Leo/Indah menggungguli senior mereka, Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
“Saya senang bisa menjadi juara. Saya dan Indah baru dipasangkan selama sebulan. Meskipun belum banyak penyesuaian, saya berusaha menerapkan permainan individu yang terbaik,” kata Leo.
Leo mengatakan, sejak usia dua tahun dia sudah terbiasa tidur bersama raket. Dia memang sudah mengenal bulu tangkis sejak kecil karena kakaknya lebih dulu menggeluti olahraga ini.
Lalu, pada 2012, pebulu tangkis yang kini berusia 17 tahun itu mendaftar sebagai pemain di PB Djarum. Dia harus mengikuti lima kali audisi sebelum akhirnya diterima pada 2015.
Sejak tahun lalu, Leo/Indah bergabung dengan pelatnas. Leo mengikuti sejumlah kejuaraan level yunior antara lain di Belanda, Jerman, India, dan Malaysia. Puncak keberhasilan Leo/Indah sejauh ini adalah menjadi juara dunia yunior.
Tampil sebagai pemain non-unggulan, pasangan ini bisa menyingkirkan lawan-lawan dengan peringkat lebih baik, termasuk unggulan pertama Guo Xinwa/Liu Xuanxuan.
Sebagai ungkapan rasa syukur, Leo/Indah kemudian mewujudkan nazar dengan berjalan kaki dari arena pertandingan ke hotel yang jaraknya 8,5 kilometer. Leo mengatakan, dirinya diajak Indah untuk bernazar jalan kaki.
“Waktu masuk babak delapan besar, Indah mengajak mewujudkan nazar jalan kaki kalau kami bisa menjadi juara. Waktu itu dia mengirim pesan malam-malam. Saya senang jadi juara, jadi kenapa tidak kami mewujudkan nazar itu,” ujar pebulu tangkis asal Solo, Jateng itu.
Meski sudah menjadi juara dunia, Leo mengatakan masih banyak hal yang harus ditingkatkan. Terutama untuk bermain fokus dan pukulannya tidak mudah mati sendiri. Kemenangan ini, menurut Leo dipersembahkan untuk orang tua yang telah banyak memberikan dukungan.
Indah mengatakan, Leo adalah pemain yang bagus. “Dia bermain di belakang, dan kami bisa saling mengerti pukulan. Jadi pukulan bola-bola tengah selalu nyambung,” katanya.
Menurut Indah kunci kesuksesannya bersama Leo adalah bermain nekat dan tidak takut terhadap lawan.
Kemenangan ini, membuat orang tua Leo dan Indah bahagia. Sri Wahyuni (43), ibunda Leo, menangis sejak putranya bisa menebus babak delapan besar. “Saya tidak menyangka karena dia pemain yang tidak diunggulkan. Saya hanya berdoa agar diberikan hasil yang terbaik. Semoga Tuhan menuntun langkah putra saya agar prestasi ini berlanjut hingga dewasa nanti,” katanya.