JAKARTA, KOMPAS Sepak bola bukan melulu soal kelihaian olah bola atau taktik. Aspek nonteknis, seperti mental dan psikologis, bisa menentukan kemenangan. Hal itu terlihat pada pekan ke-13 Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (25/11/2018).
Pentingnya faktor psikologis itu, antara lain, dirasakan Matador Mekarsari. Tim asal Bogor itu nyaris kalah untuk kedua kali beruntun saat bertemu Buperta Cibubur, kemarin.
Matador, yang dibekap ASIOP Apacinti 1-2 pada laga tunda Rabu lalu awalnya tertekan dan tertinggal satu gol dari Buperta pada babak pertama. Skema serangan mereka pun tidak berjalan lancar karena para pemain tampak sulit fokus dan kurang tenang.
Mereka pun seperti kehilangan akal dan termakan emosi. Sejumlah pemain Matador, seperti Muhammad Afif, Naufal Putra Wahyudi, dan Aril Maulana, silih berganti diganjar kartu kuning. ”Mereka terpancing, terprovokasi lawan, sehingga tampil kurang tenang,” ucap Meika Suwasdika, Pelatih Matador Mekarsari.
Namun, seusai jeda turun minum, Matador bak tim berbeda. Mereka lebih tenang saat ditekan lawan dan menyerang lewat cara-cara cerdik, seperti serangan balik dan umpan terobosan. Mereka pun berbalik unggul 2-1 berkat gol-gol dari Aril dan Naufal.
Gadra MS, kapten Matador, mengungkapkan rahasia di balik kebangkitan timnya pada laga itu. Ia bercerita, pada jeda turun minum, Meika meminta mereka bermain lebih kalem dan menghadapi provokasi suporter lawan dengan kepala dingin.
Wejangan Meika itu langsung menancap di kepala para pemain. Ketenangan membuat Matador tampil lebih terorganisasi dan terpola, khususnya saat menyerang. Sayangnya, kebangkitan psikologis Matador itu dicederai kartu merah Aril pada menit ke-57. Ia diganjar kartu kuning kedua akibat memprotes wasit.
Koleksi satu kartu merah dan empat kartu kuning membuat Matador tercatat sebagai tim dengan kedisiplinan terburuk kedua di Liga Kompas musim ini. Mereka telah mengoleksi total 17 kartu kuning dan satu kartu merah musim ini. Adapun tim teratas dalam hal koleksi kartu adalah Big Stars Babek dengan 21 kartu kuning.
Meika mengakui, letupan emosi saat berlaga menjadi masalah di timnya saat ini. Untuk itu, ia mengubah paradigma dengan meminta pemain tampil lebih lepas dan tenang, tanpa perlu memikirkan hasil akhir laga.
Pendekatan psikologis serupa juga sukses diterapkan Siaga Pratama. Berkat manajemen psikologis yang baik, mereka melanjutkan tren kemenangan dengan membekap Bina Taruna Cibubur 1-0. Sempat berada di papan bawah, tim ini pun kini melesat ke peringkat kelima Liga Kompas berkat kemenangan beruntun di lima laga terakhir.
Tren positif itu berjalan sejak pekan kesembilan, akhir Oktober lalu. Menurut Pelatih Siaga Pratama Iwan Darmanto, kunci di balik konsistensi performa Pratama dalam sebulan terakhir ini adalah motivasi dan mental.
Ia berkata, oleh pelatih terdahulu, para pemain Pratama jarang dibekali suntikan motivasi. Selain banyak memotivasi, Iwan juga tidak membebani timnya dengan kemenangan atau beban lainnya. Hal itu membuat pemain tampil lepas dan memberikan kemampuan terbaiknya.
”Pemain muda itu sangat bergairah dan energik. Kekuatan yang mereka hasilkan sangat besar jika diberikan cambukan motivasi,” ujarnya. Kekuatan mental serupa juga membuat tim Salfas Soccer bangkit dari ketertinggalan saat membekap Benteng Muda IFA 3-2. (IGA/E06/JON)