Jakarta, Kompas -- Tim nasional renang paralimpiade mulai menyusun strategi untuk bisa tampil di ajang Paralimpiade Tokyo 2020. Pekan ini, tiga perenang yaitu Jendi Pangabean (S9), Fajar Nur Hardianto (S7), dan Rianti (S6) berangkat menjalani training camp di Korea Selatan. Selanjutnya, para perenang akan menjalani sejumlah kejuaraan internasional untuk mengumpulkan poin peringkat dunia dan menembus limit waktu yang ditetapkan.
Koordinator pelatih tim renang paralimpiade Indonesia, Dimin BA, mengatakan, saat ini pihaknya sedang merancang program untuk memastikan atlet tampil di Paralimpiade Tokyo. “Kami menjadikan limit waktu di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016 sebagai acuan. Hal itu disebabkan belum ada pengumuman limit waktu yang harus ditembus atlet menuju Tokyo 2020,” kata Dimin dari Solo, Jateng, Minggu (25/11/2018).
Berdasarkan limit waktu di Paralimpiade Rio, ada lima perenang putra dan dua perenang putri Indonesia yang berpotensi tampil di ajang olahraga multicabang empat tahunan itu. Perenang putra yaitu Jendi, beserta Zaki Zulkarnain (S10) Guntur (S8), Marinus M Yowei (S13), dan Muhammad Bejita (S14). Adapun perenang putri adalah Syuci Indriani (S14) dan Laura Aurelia Dinda (S5).
Menurut Dimin, aturan sebelumnya atlet hanya dituntut menembus limit waktu demi tampil di Paralimpiade. Namun, untuk Tokyo 2020, para perenang juga dituntut mempunyai poin peringkat tinggi yang didapat dari sejumlah ajang kualifikasi individu dalam seri kejuaraan dunia.
“Salah satu kejuaraan yang kami incar adalah seri dunia di Berlin, Jerman, pada Juni mendatang. Secara waktu penyelenggaraan, kejuaraan ini sesuai dengan periodesasi latihan atlet,” katanya.
Pelatnas renang tim Indonesia akan mulai bergulir pada awal Januari. Ada 35-40 atlet yang diproyeksikan mengikuti pelatnas. Mereka akan disiapkan untuk membela Indonesia pada ajang ASEAN Para Games 2019 dan Paralimpiade 2020.
Latihan atlet akan dimulai dengan persiapan umum, yaitu pengkondisian dan peningkatan stamina tubuh. Selanjutnya, secara bertahap atlet berlatih kecepatan menjelang kompetisi. Oleh karena itu, menurut Dimin, uji coba kejuaraan akan dimulai para pertengahan tahun depan.
Saat ini, atlet-atlet berlatih mandiri di daerah masing-masing. Tiga atlet yang terpilih, yaitu Jendi Pangabean (S9), Fajar Nur Hardianto (S7), dan Rianti (S6) akan menjalani training camp di Incheon, Korsel, selama tiga hari. Mereka berlatih atas undangan pemerintah Korsel.
Jendi berharap agar selama berada di Korsel dirinya mendapakan ilmu yang bisa diterapkan di Indonesia. “Saya tidak punya target khusus, hanya menjalani program latihan yang diberikan oleh tim Korsel,” katanya.
Menurut Jendi, sepanjang musim depan dirinya akan menghadapi tantangan yang cukup berat untuk mengumpulkan poin menuju Paralimpiade 2020 sekaligus mempertahankan posisi Indonesia sebagai juara umum di ASEAN Para Games 2019.
“Untuk Paralimpiade Tokyo, saya fokus bermain di nomor 100 meter gaya punggung. Secara limit waktu sebenarnya saya sudah lolos. Tetapi, saya harus mengumpulkan poin agar masuk peringkat dunia. Mudah-mudahan saja dengan program latihan yang ada saya bisa lolos,” kata dia.
Sementara itu, Syuci Indriani (S14) harus menghadapi tantangan berlatih dan belajar di waktu bersamaan. Bulan depan, perenang berusia 17 tahun itu akan menjalani ujian sekolah di SMA Olahraga 3 Pekan Baru. “Kadang-kadang saya ngantuk karena harus membagi waktu antara belajar dan berlatih. Tetapi, karena sudah kelas 3 SMA, saya harus semangat,” kata peraih empat medali emas Asian Para Games 2018 itu. (DNA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.