Rawat Tradisi Prestasi
Atlet-atlet muda bulu tangkis Indonesia ditantang untuk tampil konsisten di jalur prestasi hingga level senior. Mereka pun menyiapkan diri dengan menempa diri di berbagai tingkat kejuaraan.
JAKARTA, KOMPAS Prestasi tim bulu tangkis Indonesia pada Kejuaraan Dunia Yunior 2018 selayaknya dijadikan cambuk bagi para pebulu tangkis belia untuk tampil lebih baik di tingkat senior.
Di ajang prestisius itu, selain memastikan prestasi di sektor ganda berlanjut, tim Indonesia juga diingatkan pada pekerjaan rumah untuk mencetak pemain- pemain elite di nomor tunggal putra dan putri.
Pada Kejuaraan Dunia Yunior 2018 yang berlangsung di Markham, Ontario, Kanada, Minggu (18/11/2018), tim ”Merah Putih” merebut medali emas kategori perseorangan melalui pasangan ganda campuran Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil.
Tampil sebagai pemain non-unggulan, Leo/Indah justru bisa mengalahkan pasangan yang lebih senior, Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti.
Pasangan Rehan/Fadia merupakan pemegang gelar peringkat kedua Kejuaraan Dunia Yunior 2017. Tahun ini menjadi kesempatan terakhir Rehan/Fadia bermain di level yunior karena usia mereka sudah 19 tahun. Selanjutnya, prestasi Rehan/Fadia akan diuji di level senior.
Selain medali emas dan perak di sektor ganda campuran, Indonesia juga membawa pulang dua medali perunggu di sektor ganda putri melalui Siti Fadia/Agatha Imanuella dan Ribka Sugiarto/Febriana Dwipuji Kusuma.
Indonesia juga merebut medali perunggu di kategori beregu campuran. Pencapaian pada Kejuaraan Dunia Yunior itu diapresiasi Djarum Foundation.
Bonus diberikan kepada tujuh atlet asal PB Djarum yang nilainya mencapai Rp 180 juta. Bonus diserahkan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat, Senin (26/11).
Ini yang keenam kali Djarum Foundation memberikan penghargaan kepada atlet-atlet berprestasi pada tahun 2018. Sebelumnya, penghargaan juga diberikan setelah pencapaian atlet di All England, Indonesia Terbuka, Indonesia Masters, Asian Games, dan Kejuaraan Asia Yunior.
Pekerjaan rumah
Menurut Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin, hasil Kejuaraan Dunia Yunior 2018 menunjukkan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah mencetak pebulu tangkis andal di tunggal.
”Tahun ini pemain tunggal baru bisa menembus delapan besar dunia. Mudah-mudahan selanjutnya pemain tunggal bisa berprestasi lebih baik dan pemain ganda bisa mencapai prestasi-prestasi lebih tinggi,” katanya.
Menurut Yoppy, PB Djarum telah berusaha maksimal mencetak pemain-pemain tunggal, tetapi memang prestasi mereka belum terlihat. Sejauh ini ada 4-5 pemain tunggal yang cukup baik. Para pemain yunior ini akan diuji dalam sejumlah kejuaraan di tingkat Asia dan dunia.
Prestasi yang diraih pebulu tangkis pada Kejuaraan Dunia Yunior merupakan buah pembinaan yang dijalani 4-5 tahun terakhir. Yoppy bangga dengan prestasi para pemain. Namun, diharapkan agar prestasi ini tak berhenti di sini.
”Mereka harus terus berjuang meraih prestasi-prestasi selanjutnya,” ujar Yoppy. Indah mengatakan, dirinya tak menyangka bisa jadi juara dunia yunior.
Apalagi, pelatih ganda campuran Amon Santoso baru memasangkan dirinya dengan Leo sekitar sebulan menjelang kejuaraan. ”Kunci kesuksesan kami adalah bermain berani dan nekat.
Mental tak boleh ciut duluan menghadapi lawan-lawan tangguh,” ujar Indah yang mempersembahkan medali emas untuk orangtuanya.
Adapun Rehan menuturkan, walau masih ada rasa tidak puas, ia bersyukur bisa mempertahankan posisi sebagai peringkat kedua. ”Ke depannya saya harus lebih maju lagi. Harus latihan lebih baik, meningkatkan fisik dan mental.
Di level senior, saya bisa saja berhadapan dengan lawan yang levelnya lebih tinggi sejak babak pertama,” katanya.
Rehan dan pasangannya, Fadia, tak mau terburu-buru mencetak prestasi tinggi. Mereka ingin mendapatkan gelar-gelar bulu tangkis bergengsi secara bertahap. ”Kami ingin mencetak prestasi mulai dari BWF World Tour 100 dan BWF World Tour 300,” kata Rehan. (DNA/E06)