Satria Muda Pertamina Jakarta dan Pelita Jaya Basketball menguasai IBL dalam dua musim terakhir. Rivalitas dua tim Ibu Kota ini masih akan tersaji pada IBL musim 2018-2019 dengan intensitas yang lebih tinggi.
JAKARTA, KOMPAS Pembalasan dendam Satria Muda tuntas setelah menjuarai IBL musim lalu lewat kemenangan pada gim ketiga di kandang Pelita Jaya. Hasil itu membalas kekecewaan saat Pelita Jaya merayakan juara pada musim 2016-2017 di Britama Arena, markas Satria Muda.
Kemenangan menumbuhkan kepercayaan diri tinggi di tubuh Satria Muda. Namun, jelang musim baru, mereka terguncang. Pemain senior Christian Ronaldo Sitepu atau Dodo memutuskan pensiun. Pemain center itu mengakhiri pengabdiannya selama 12 tahun dengan sumbangsih delapan juara liga.
Kehilangan pemain berusia 32 tahun itu berdampak signifikan. Meski hanya bermain rata-rata 17 menit per gim dengan 6,4 poin per gim (ppg) dan 4,3 rebound per gim (rpg) dalam musim reguler, Dodo merupakan roh Satria Muda.
Kepemimpinannya di dalam dan luar lapangan memberikan energi besar kepada tim. Asisten pelatih Satria Muda, Ismael, mengatakan, kepergian Dodo akan berpengaruh pada mental tim. Biasanya Dodo yang membangunkan mental pemain sejak pemanasan hingga saat momen penting dalam laga.
”Jarang ada pemain seperti ini. Yang menjadi panutan anak muda juga senior dalam tim,” ujarnya.
Sosok kepemimpinan Dodo kemungkinan besar digantikan Arki Dikania Wisnu. Masalahnya, Arki sering berkutat dengan cedera. Ia hanya tampil 8 kali dari 17 laga musim reguler.
Satria Muda berharap mentalitas pemain muda mulai matang. Asa muncul pada Hardianus (26), Muhammad Dhiya’ul Haq (26), dan Avan Seputra (24) yang baru dipanggil membela tim nasional ke ajang kualifikasi FIBA Asia 2021.
”Kita berharap setelah dari timnas, mereka dapat pengalaman dan kedewasaan lebih, terutama Yayak (Dhiya’ul Haq) yang baru pertama kali,” ucap Ismael.
Yayak menjanjikan musim ini. Center setinggi 2,01 meter tersebut hanya tampil 55 menit sepanjang musim lalu dengan 1,75 ppg dan 2,6 rpg. Namun, pada Turnamen Pramusim Go-Jek, ia meyakinkan dengan 9,25 ppg dan 5,25 rpg.
Secara permainan, forward muda nasional Kevin Yonas Sitorus (24) akan mengisi kehilangan Dodo. Tipe keduanya sama, pemain big man yang memiliki kecepatan dan kemampuan tembakan tiga angka.
”Saya bisa main di posisi 4 dan 5. Tipenya sama big man shooting. Tugas itu harus saya maksimalkan musim ini,” kata Kevin yang mencatatkan 5,2 ppg dan 3 rpg musim lalu.
Satria Muda tak banyak mengubah komposisi tim pada musim ini, hanya menambah Kristian Liem, center asal Stapac Jakarta. Tim asuhan Youbel Sondah ini menjadi satu-satunya tim yang tidak mengganti pemain asing, tetap dengan duet Dior Lowhorn dan Jamarr Johnson.
”Dengan komposisi yang sama. Kami tidak perlu adaptasi lebih. Tinggal fokus meningkatkan kualitas permainan,” ucap Ismael.
Duet Lowhorn dan Johnson jadi ancaman bagi tim-tim IBL lain. Lowhorn bisa dikatakan center terbaik di IBL. Ia hampir selalu mencetak double-double. Pada musim reguler, pemain asal Amerika Serikat itu menciptakan 21,4 ppg (peringkat ke-9) dan 11,9 rpg (peringkat ke-6).
Johnson adalah pemain khusus laga besar. Dalam dua final di IBL, bersama Satria Muda tahun lalu dan CLS Knights pada 2015, ia menjadi penentu kemenangan dan menjadi MVP Finals.
Pelita Jaya
Pada awal musim baru, Pelita Jaya pun berbenah setelah kekalahan di final lalu. Mereka memboyong duo Stapac Jakarta, Andakara Prastawa dan Kore White. Kehadiran dua pemain ini membawa romansa reuni juara.
White menjadi tulang punggung Pelita Jaya saat juara pada musim 2016-2017 sebelum pindah musim berikutnya. Prastawa akan bermain kembali bersama seniornya, Xaverius Prawiro. Kekompakan dua guard ini menghasilkan gelar juara liga untuk Stapac pada 2013 dan 2014.
Asisten pelatih Pelita Jaya, Faisal J Achmad, mengatakan, Prastawa dan White membuat tim menjadi lebih solid, khususnya dalam penyerangan. Prastawa merupakan salah satu penembak terbaik di liga. Musim lalu, hanya dengan 20 menit per gim dari bangku cadangan, ia mencetak 8,1 ppg dan 3,1 apg (asis per gim).
White adalah big man lengkap. Ia bisa bermain di posisi ke-4 dan ke-5. Akurasi tembakan tiga angkanya 31 persen, sangat baik untuk pemain setinggi 2,03 meter. Ia mencatat double-double rata- rata per gim pada musim lalu dengan 16,5 ppg dan 10,4 rpg. ”White tipe pemain yang ngemong, mau terlibat membantu pemain lokal,” kata Faisal.
White akan berduet jadi fondasi tim bersama salah satu pemain terbaik IBL, Wayne Bradford, pencetak angka terbanyak di tim. Musim lalu, Bradford yang menjalani tahun pertama di Indonesia menghasilkan 20 ppg, 3,5 apg, 6 rpg.
Performanya meningkat saat play off menjadi 25 ppg, 4,1 apg, 7,3 rpg. Pelita Jaya kehilangan dua pemain musim ini, CJ Giles dan Daniel Wenas.
Kepergian Giles akan berpengaruh pada kualitas pertahanan. Giles adalah pemain bertahan terbaik musim lalu, dengan 14,71 rpg dan 2,94 blok per gim (bpg). Kekuatan pertahanan ini belum mampu digantikan White ataupun pemain nasional Adhi Pratama yang musim lalu hanya mencatatkan 4,5 rpg.
Satria Muda dan Pelita Jaya tidak tampil di seri pertama IBL musim 2018-2019 di Semarang pada 30 November 2018. Mereka mendapat dispensasi tidak tampil karena masing-masing lima pemain dan satu pelatih dipanggil timnas untuk kualifikasi FIBA Asia. Keduanya baru akan tampil di seri Jakarta pada 7 Desember. (KEL)