Persaingan sengit tersaji di Grup C Liga Champions. Tim kaya raya, Paris Saint-Germain, bahkan harus menjalani duel hidup-mati kontra Liverpool. Reputasi para bintang mereka dipertaruhkan.
PARIS, SELASA Paris Saint-Germain dan Liverpool ibarat pinang dibelah dua musim ini. Meskipun berstatus tim penuh bintang, keduanya bak bermuka dua. Hebat di kompetisi lokal, tetapi kurang bertaji di kompetisi Eropa.
Situasi itu membuat persaingan di Grup C Liga Champions musim ini kian sengit. Keempat tim, yaitu PSG, Liverpool, Napoli, dan Red Star Belgrade, memiliki peluang yang sama lolos ke babak 16 besar. Menariknya, baik PSG maupun Liverpool bukanlah pemuncak di grup itu saat ini meskipun berstatus unggulan.
PSG, misalnya, kini bercokol di peringkat ketiga. Mereka tertinggal satu poin dari ”The Reds” dan Napoli, pemuncak Grup C. ”Les Parisiens” hanya mengemas lima poin dari empat laga. Mereka pun kini terancam menjalani musim terburuk di Eropa semenjak beralih status sebagai tim kaya raya dunia menyusul masuknya Oryx Qatar Sports Investment sebagai pemilik baru klub itu, 2011 lalu.
Sejak saat itu PSG selalu, minimal, lolos ke fase 16 besar menyusul kucuran investasi puluhan triliun rupiah untuk membajak para bintang dunia, seperti Angel Di Maria, Neymar, dan Kylian Mbappe Lottin. Tingginya ambisi PSG menjadi juara Eropa itu kini dihadapkan pada realitas ancaman kegagalan prematur.
PSG bakal tersingkir pada fase grup jika takluk dari Liverpool, Kamis (29/11/2018) dini hari WIB, di Stadion Parc des Princes, Paris, dan pada saat yang sama Napoli mengalahkan Red Star. ”Laga ini sangat menentukan. Kami harus tampil sangat bagus. Mengalahkan Liverpool tidak bisa dengan penampilan rata-rata,” ujar Thiago Silva, kapten PSG.
Seperti dikatakan Silva, kiprah PSG di Eropa akhir-akhir ini jauh di bawah rata-rata. Mereka hanya bisa sekali menang dari tujuh laga terakhir di Liga Champions. Empat laga di antaranya berakhir dengan kekalahan, salah satunya dari Liverpool pada duel September lalu. Mereka bahkan tidak sekali pun menang pada dua kali pertemuan kontra Napoli.
Padahal, PSG sangat perkasa di Liga Perancis. Mereka satu-satunya klub elite Eropa yang menjalani laga-laga kompetisi domestik dengan nilai sempurna, yaitu 100 persen menang dari total 14 laga. Mereka ibarat tim ”langit” di Liga Perancis.
Buruknya tingkat persaingan di Liga Perancis ditengarai menjadi salah satu penyebab loyonya penampilan PSG di Liga Champions. Padahal, mereka memiliki amunisi cukup untuk berjaya di Eropa.
Klub ini bergelimang bintang, seperti Neymar, Mbappe, Angel Di Maria, Julian Draxler, dan Edinson Cavani.
Ditertawakan
Mereka dianggap ”dibius” kemapanan karena tidak terbiasa menghadapi lawan-lawan sepadan di liga domestik. Untuk itu, Mbappe berkata, timnya sesekali perlu bertindak seperti tim yang tidak diunggulkan. Itu justru bisa melecut semangat mereka.
”Pada babak penyisihan grup Piala Dunia (2018) lalu, tidak satu pun yang menjagokan kami (Perancis) bakal juara. Saya bahkan ditertawakan ketika berkata target kami adalah juara. Hal serupa bisa terjadi di Liga Champions,” tutur Mbappe.
Pengalaman Mbappe saat menjuarai Piala Dunia Rusia serta menembus semifinal Liga Champions ketika masih berseragam AS Monako dua musim lalu bakal membantu PSG melewati laga sulit kontra Liverpool. Sempat dikabarkan cedera bahu, Mbappe agaknya bakal tampil meskipun belum pulih total.
Setali tiga uang, Neymar juga sempat mengeluhkan sakit paha saat membela Brasil, pekan lalu. Ia pun absen pada laga PSG kontra Toulouse, Sabtu lalu. Namun, Pelatih PSG Thomas Tuechel yakin, Neymar akan pulih dan siap tempur menghadapi Liverpool.
Tuechel membutuhkan kedua bintangnya itu yang mengemas total 13 gol di berbagai kompetisi musim ini. Kehadiran kedua pemain itu dapat memecah konsentrasi pertahanan lawan yang digalang dua bek yang kian padu, Virgil van Dijk dan Joe Gomez.
Seperti halnya PSG, Liverpool juga tampil inkonsisten. Mereka tengah menjalani musim bagus di Liga Inggris. Namun, hal kontras terjadi di Liga Champions. Wakil Inggris itu bak tim lesu ketika tampil di kompetisi Eropa, khususnya saat bertandang. Semua laga tandangnya di Liga Champions musim ini berakhir dengan kekalahan, yaitu 0-1 dari Napoli dan 0-2 dari Red Star.
Serupa dengan PSG, para pemain Liverpool juga perlu mengubah paradigma. Mereka harus lebih percaya diri bertarung meskipun tidak setiap saat didukung puluhan ribu fans-nya, seperti saat tampil di Anfield. (AFP/JON)