JAKARTA, KOMPAS — Azzahra Permatahani baru berusia 16 tahun. Tubuhnya juga mungil. Namun, atlet dari klub Belibis, Pekanbaru, ini menyimpan mimpi besar untuk menjadi perenang dunia. Selain berlatih keras, Azzahra juga dituntut mengasah mental juara.
Tampil di Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka (IOAC), di Stadion Akuatik GBK, Senayan, Jakarta, Senin (3/12/2018), Azzahra menyabet emas pada nomor 200 meter gaya kupu-kupu dengan catatan waktu 2 menit 16,39 detik.
Azzahra tampil lebih baik daripada perenang Aquarius, Bandung, Adinda Kusuma Ningrum, dengan catatan waktu 2 menit 18,37 detik. Sementara Hanna Christina dari Paswind, Solo, meraih perunggu (2 menit 26,04 detik).
Sebelumnya, Azzahra juga meraih emas dan memecahkan rekor nasional pada nomor 200 meter gaya ganti. Perenang yang mewakili Indonesia di Olimpiade Remaja 2018 ini juga meraih emas di nomor 1.500 meter gaya bebas dan perak di nomor 200 meter gaya dada.
Bagi Azzahra, Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka cukup penting. Selain menjadi ajang seleksi tim nasional menuju SEA Games 2019, hasil kejuaraan ini juga tercatat pada Federasi Renang Internasional (FINA) sehingga membuka peluangnya tampil di Kejuaraan Dunia.
Sejauh ini, Azzahra cukup puas dengan penampilan di kejuaraan. ”Apalagi kemarin bisa memecahkan rekor nasional. Saya sangat puas,” ujarnya.
Selanjutnya, Azzahra menyimpan ambisi untuk mempertajam rekor pribadinya di ajang yang lebih tinggi, yaitu SEA Games 2019. ”Dengan mempunyai best time, pasti medali akan ikut dengan sendirinya. Best time itu menjadi acuan pribadi. Kalau renang bisa bagus, nanti pasti mendapatkan medali,” ujarnya.
Di ajang olahraga multicabang Asia Tenggara yang akan bergulir di Filipina tahun depan, Azzahra akan berhadapan dengan lawan-lawan tangguh dari Vietnam dan Singapura.
Berhadapan dengan lawan-lawan yang lebih senior, Azzahra tidak takut. Selain berlatih keras, dia juga akan fokus untuk mengasah mentalnya. ”Kadang-kadang saya masih grogi. Ketika ada perenang senior yang penampilannya lebih cepat, saya merasa minder karena masih kecil,” kata Azzahra.
Namun, dia berusaha mengatasi tekanan dengan menampilkan yang terbaik. Kehebatan perenang-perenang senior justru dijadikan motivasi untuk tampil lebih baik. ”Prinsip saya, kalau ada yang berenangnya lebih bagus, saya harus cari tahu kenapa dia begitu. Saya harus cari tahu dan pelajari sebagai bahan untuk memperbaiki diri,” ujar Azzahra.
Prinsip saya, kalau ada yang berenangnya lebih bagus, saya harus cari tahu kenapa dia begitu. Saya harus cari tahu dan pelajari sebagai bahan untuk memperbaiki diri.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Harlin E Rahardjo mengatakan, Azzahra memang harus meningkatkan mental juara dan rasa percaya diri.
”Ketika tampil di Asian Games dan Olimpiade Remaja, Azzahra tidak bisa menciptakan rekor pribadi terbaik. Kemungkinan karena dia masih gugup bertemu perenang-perenang senior. Hal itu kemudian memengaruhi penampilannya,” tutur Harlin.
Apabila bisa mengasah mental juara, Harlin percaya, Azzahra bisa menjadi perenang andalan Indonesia. Selain itu, Azzahra juga harus mengatur pola makan agar kekuatan ototnya meningkat.
Selanjutnya, ucap Harlin, Azzahra dan beberapa perenang yunior akan disiapkan tampil di Kejuaraan Dunia Yunior. Berdasarkan catatan waktu, menurut dia, Azzahra menempati peringkat delapan besar dunia yunior. ”Dengan persiapan maksimal, tidak menutup kemungkinan dia bisa jadi juara,” ujar Harlin.