JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelari yang ikut serta dalam ajang 2XU Compression Run 2018 membuktikan, olahraga lari tak melulu soal menorehkan catatan waktu terbaik. Mereka yang tetap berlari hingga garis finis meskipun telah melampaui batas waktu menunjukkan semangat pantang menyerah yang layak diteladani.
Pada tahun ini, total jumlah pelari 2XU Compression Run (2XU CR) mencapai 8.450 pelari, terdiri dari 4300 pelari setengah maraton, 2.450 pelari 10K, dan 1.700 pelari 5K. Pada ajang lari yang yang diselenggarakan di bilangan Scientia Square Park Summarecon, Serpong, Tangerang, Minggu (2/12/2018) itu, waktu tempuh setiap kategori ditargetkan berturut-turut, yaitu 3,5 jam untuk setengah maraton, 2 jam untuk 10K, dan 1 jam untuk 5K.
Widy Yusuf (45), pelari kategori 5K asal Jakarta, tiba di garis finis delapan menit lebih lama dari batas waktu (cut off time). Meskipun finis sebagai salah satu pelari 5 K di urutan paling buncit, raut wajah Widy tak menunjukkan kekecewaan sedikit pun.
Ajang 2XU CR itu merupakan pengalaman pertama Widy mengikuti lomba lari. Menurut dia, pengalaman mengenal diri saat berlari menuju garis finis lebih berkesan dari pada sensasi saat menyentuh garis finis itu sendiri.
"Yang penting jangan memaksakan diri," ujar Widy menirukan pesan salah satu temannya yang lebih dulu terjun di dunia lari. Pesan itu selalu terngiang di telinga Widy setiap kali merasakan lelah luar biasa di tengah perjalanan.
Hal serupa juga dialami oleh Nadra Tholib (65), pelari asal Cibubur, yang mengikuti kategori 10K. Sama seperti Widy, ia juga gagal mencapai garis finis di bawah batas waktu. Ia tiba di garis finis 12 menit lebih lama dari batas waktu yang ditentukan.
"Tentu tidak puas dan ada rasa kecewa, tetapi di atas semua itu saya tetap bahagia," kata Nadra sambil mengunyah pisang sesaat setelah finis. Kegagalan Nadra pada hari itu, justru memacunya untuk kembali pada kemudian hari dan menyiapkan diri lebih matang untuk menghadapi lomba lari 10K agar dapat finis di bawah 2 jam.
Pada sepanjang perlombaan, Nadra berjuang melawan rasa sakit di lutut kanan yang mengalami cedera beberapa waktu lalu. "Kalau sudah tua, sakit lebih sering datang. Yang penting jangan lalu menyerah jika rasa sakit itu mendera," ujarnya.
Adapun Elena Trisnawati (57), pelari asal Jakarta yang mengikuti nomor setengah maraton, finis dua menit lebih lama dari batas waktu yang sudah ditetapkan yaitu 3,5 jam. "Tadi di Km 17 mulai terasa lelah sekali. Setelah itu saya hanya berusaha menjaga ritme lari saja dan tak terlalu bernafsu mengejar catatan waktu," katanya.
Penanggung jawab manajemen 2XU CR dari Run Id, Bertha Gani, mengimbau, pelari harus menyadari batas kemampuan dan tidak memaksa diri untuk menyelesaikan rute apabila tubuh telah memberikan sinyal tanda tak mampu. “Keselamatan itu prioritas utama dalam olahraga apa pun,” ujarnya sebelum melepas para pelari di garis start.
Bertha menjelaskan, olahraga lari memang tidak bebas dari risiko. Bahaya cedera atau bahkan kematian selalu mengintai pelari. Namun, menurut dia, risiko itu bisa dihindari jika pelari tidak memaksakan ego melebihi kemampuan tubuh.
Sementara itu, menurut Christin Iskandar, peyelenggara 2XU CR, pada ajang itu penyelenggara menyediakan tim medis yang terdiri atas 5 dokter dan 40 petugas medis. Sejumlah 5 ambulans dan 5 sepeda motor medis juga disediakan. Mobil ambulans bersifat menunggu, sedangkan sepeda motor akan bergerak mengampiri pelari yang mengalami masalah kesehatan. Selain itu, stasiun air juga ada di setiap 2 kilometer pada semua kelas lomba. (PANDU WIYOGA)