JAKARTA, KOMPAS--Menciptakan prestasi renang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Atlet perlu menjalani latihan panjang dan mengikuti banyak kejuaraan untuk meningkatkan penampilan dan membangun mental kompetisi.
Perenang nasional Gede Siman Sudartawa dari klub MNA Jakarta menuturkan, dirinya berambisi mengulang pencapaian tujuh tahun lalu saat meraih empat medali emas SEA Games 2011. Namun, hal itu tidak mungkin terwujud tanpa persiapan matang.
”Dulu saya masih bersaing di kelompok umur, ikut banyak kejuaraan di dalam dan luar negeri, termasuk Asian Youth Games 2009. Dengan banyak kejuaraan, penampilan semakin terasah. Seiring bertambah usia, kejuaraan semakin sedikit. Tidak bisa lagi seperti atlet muda,” katanya, seusai tampil pada Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka (IOAC) 2018, di Stadion Akuatik GBK, Jakarta, Minggu (2/12/2018).
Di SEA Games 2011, Siman meraih empat emas nomor 50 meter, 100 m, dan 200 m gaya punggung, serta estafet 4x100 m estafet gaya ganti. Itu adalah medali emas terbanyak Siman selama SEA Games. Pada 2013, Siman mendapat satu emas dan satu perak. Pada 2015 meraih tiga perak dan satu emas, serta satu emas, dua perak, dan satu perunggu pada 2017.
Selain minim kejuaraan, menurut Siman, pendeknya waktu latihan di luar negeri juga membuat penampilan perenang Indonesia kurang maksimal. Untuk menyiapkan Asian Games 2018, misalnya perenang pelatnas hanya berlatih tiga bulan di Amerika Serikat. ”Negara lain melakukan persiapan bertahun-tahun, kami hanya berlatih tiga bulan. Hasil latihannya tentu saja berbeda,” katanya.
Pada 2015, tim renang Indonesia hanya membawa pulang satu medali emas dari SEA Games. Setelah berlatif intensif jangka panjang bersama pelatih Grant Stoelwinder (Australia), prestasi tim ”Merah Putih” meningkat jadi empat emas pada SEA Games 2017.
Siman berharap, persiapan SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020 benar-benar maksimal untuk mencapai target. Kemarin, Siman meraih medali emas 50 m gaya punggung putra dengan waktu 25,58 detik. Perenang Pari Sakti, Dwiki Anugrah meraih perak dengan catatan waktu 27,31 detik. Farrel Armandio yang membela klub Kraken AQ mendapat perunggu (27,62 detik).
Pecah rekor
Perenang klub Belibis, Azzahra Permatahani, tampil memukau memecahkan rekor nasional nomor 200 m gaya ganti perorangan putri dengan catatan waktu 2 menit 16,71 detik. Azzahra mematahkan rekor miliknya sendiri, 2 menit 17,42 detik, yang diciptakan tahun 2017. Perenang klub MNA Surabaya, Ressa Kania Dewi mendapat perak dengan waktu 02 menit 18,85 detik. Perunggu diraih perenang klub Hiu, Adinda Larasati, (2 menit 25,30 detik).
Azzahra menuturkan, dirinya tidak menyangka bisa memecahkan rekor nasional. ”Saya tidak memasang target menembus rekornas. Awalnya hanya ingin memecahkan best time sendiri,” kata Azzahra.
Azzahra juga menjadi yang tercepat di nomor 1.500 m gaya bebas putri dengan waktu 17 menit 25,04 detik. Raina Saumi (ESC) meraih perak dengan waktu 17 menit 31,90 detik. Izzy Dwifaiva (TH), harus puas dengan perunggu dengan waktu 18 menit 11,47 detik.
Di bagian putra, Aflah Fadlan Prawira dari klub Aquarius meraih dua emas di nomor 200 m gaya ganti dan 800 m gaya bebas. Fadlan mengaku puas dengan hasil itu, meski belum bisa melewati catatan waktu terbaiknya di kedua nomor. ”Saya masih berusaha memulihkan kondisi. Setelah Asian Games, saya belum mencapai penampilan terbaik lagi. Semoga setelah ini bisa mencapai puncak di SEA Games 2017,” katanya.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PRSI Wisnu Wardhana mengatakan, kehadiran Azzahra dan Fadlan membangun harapan prestasi Indonesia di nomor renang jarak menengah dan jauh. Namun, mereka harus terus meningkatkan kemampuan. ”Di Asia, lawan terberat Indonesia adalah Vietnam yang mempunyai pembinaan jangka panjang lebih baik,” katanya. (E13)