Pendulum kini berayun ke kubu Persija Jakarta setelah PSM Makassar bermain 0-0 di markas Bhayangkara FC. Gelar juara Liga 1 pun harus ditentukan di laga terakhir musim ini.
Jakarta, Kompas Langkah PSM Makassar untuk merebut gelar juara Go-Jek Liga 1 musim 2018 semakin berat setelah ditahan Bhayangkara FC, 0-0, di Stadion PTIK, Jakarta Selatan, Senin (3/12/2018). Hasil imbang ini menguntungkan Persija Jakarta yang memuncaki klasemen dengan nilai 59, satu poin di atas PSM di peringkat kedua.
Namun, untuk memastikan gelar juara, Persija tetap membutuhkan kemenangan di laga terakhir musim ini kontra Mitra Kukar pada Minggu (9/12). Awalnya, laga ini akan digelar pada Sabtu, tetapi kemudian digeser bersamaan dengan laga terakhir PSM kontra PSMS Medan.
Apabila Persija mengalahkan Mitra Kukar dan finis dengan 62 poin, PSM sudah tidak bisa mengejarnya. Pada laga terakhir nanti, Persija mendapat keuntungan karena menjadi tuan rumah. Motivasi ”Macan Kemayoran” akan sangat tinggi dan tentu akan mendapat dukungan ribuan suporter fanatik. Namun, Mitra Kukar yang terancam terdegradasi akan memberikan perlawanan sengit untuk menyelamatkan diri.
Meski situasi ini kurang menguntungkan bagi PSM, Pelatih PSM Makassar Robert Rene Alberts belum menyerah karena peluang juara masih ada. ”Saya selalu optimistis,” kata pelatih asal Belanda tersebut.
Alberts optimistis karena memiliki skuad dengan materi pemain yang bagus. Timnya juga telah tampil maksimal saat melawan Bhayangkara. Pemain PSM total melakukan 12 tembakan, sedangkan Bhayangkara sebanyak tujuh tembakan.
Laga yang berlangsung di lapangan yang basah karena hujan ini juga berlangsung keras. Sepanjang laga, total terjadi 39 pelanggaran. Wasit Hadiyana asal Jawa Barat juga mengeluarkan dua kartu merah dan delapan kartu kuning.
Dua kartu merah itu diberikan kepada pemain Bhayangkara, Elio Bruino Teixeira Martins, dan pemain PSM, Hasim Kipuw, secara bersamaan pada menit ke-58. Kedua pemain itu berkelahi setelah berebut bola.
Kepemimpinan wasit
Namun, Alberts juga menilai keputusan wasit malam itu tidak adil. Selain menganggap wasit menoleransi beberapa pelanggaran yang terjadi, Alberts juga mempertanyakan keputusan wasit yang hanya memberikan dua menit waktu tambahan setelah 90 menit waktu normal. Padahal, sepanjang laga kerap terjadi jeda karena ada pelanggaran atau pemain yang cedera.
”Saya tidak tahu bagaimana membahasakan semua ini tanpa menyinggung siapa pun,” kata Alberts ketika mengomentari pertanyaan mengenai jalannya laga-laga di Liga 1 ini.
Alberts pun sempat menyinggung kejanggalan yang terjadi saat Bali United menjamu Persija, Minggu (2/12) malam. Dalam laga yang dimenangi Persija, 2-1, itu, tidak ada kejelasan mengenai pemberian waktu tambahan laga.
Sejumlah penonton yang menyaksikan laga Bhayangkara kontra PSM kemarin juga menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan wasit. Selain meneriakkan kata ”mafia”, penonton juga sempat melempar botol-botol minuman ke arah lapangan.
Malam itu, Stadion PTIK penuh dan dipadati 2.137 penonton. Sejumlah penonton lain bernyanyi dengan gembira seusai laga sambil sesekali mengacungkan tangan yang membentuk simbol huruf ”J” yang menjadi kebiasaan suporter Persija.
Pelatih Bhayangkara FC Simon McMenemy pun merasakan kekecewaan kubu PSM. ”Saya tahu betul apa yang dirasakan Alberts. Saya ikut bersimpati dan saya juga mempertanyakan mengapa hanya ada tambahan waktu dua menit,” kata pelatih asal Skotlandia itu.
Sama seperti Alberts, Simon mengakui, laga malam itu sangat bagus dan menghibur. Namun, di sisi lain Simon kecewa karena ketika kedua tim bermain bagus dan laga berakhir imbang, hasil laga itu justru dinikmati tim lain.
Jelas yang dimaksud tim lain oleh Simon adalah Persija. Pada laga ini, Bhayangkara mengincar tiga poin supaya bisa finis di posisi ketiga. (DEN)