JAKARTA, KOMPAS Tim-tim di Liga Basket Indonesia atau IBL masih meragukan kualitas pemain debutan yang berasal dari rookie draft. Dalam seri pertama di Semarang, 30 November-1 Desember, hanya 3 dari 11 rookie yang mendapat kesempatan tampil, itu pun dengan menit bermain sangat minim.
Tiga rookie itu adalah Samuel Benedict Pelmelay dari Bank BDP DIY Bima Perkasa Jogja, Daniel Anggoro (Satya Wacana Salatiga), dan Syechfi Nucula Ramadhani (Hangtuah). Delapan rookie lain hanya menjadi cadangan, bahkan beberapa di antaranya tidak didaftarkan sebagai pemain di seri pertama.
Meski tampil, menit bermain ketiga rookie itu sangat minim. Samuel (13 menit 25 detik), Daniel (5 menit 44 detik), dan Syechfi (1 menit 21 detik). Secara total, waktu bermain mereka hanya 20 menit 29 detik dari total 360 menit dalam sembilan laga.
Samuel yang menjadi rookie dengan menit bermain terbanyak sebenarnya mengalami ketimpangan waktu bermain. Dia sempat tampil selama 11 menit 11 detik saat Bima Perkasa menang 67-52 atas Bogor Siliwangi. Namun, dia tampil minim di laga kedua dan tidak tampil di laga ketiga.
Samuel diberikan kesempatan bermain bukan karena berkualitas standar pemain IBL. Pemain asal Universitas Dharma Persada ini dimainkan karena Bima Perkasa kekurangan pemain di posisi point guard.
”Kami tidak memiliki pemain asli di posisi itu. Karena Samuel terlihat cukup bekerja keras saat latihan dan mulai masuk ke sistem kami, ya, saya kasih kesempatan,” kata Pelatih Bima Perkasa Raoul Miguel Hadinoto, Senin (3/12/2018).
Dari segi kualitas, Raoul masih meragukan rookie dalam timnya. Bima Perkasa memiliki rookie selain Samuel, yaitu Faried Andy Brata. Faried tidak dimainkan dalam tiga laga Bima Perkasa di Semarang.
Raoul mengatakan, rookie di timnya belum layak tampil di IBL. Fondasi dasar basket mereka belum kuat. ”Saat datang, mereka tidak tahu cara main yang benar. Kami masih harus mengajari dari awal lagi. Butuh setahun kalau mau mengajari lagi,” ujarnya.
NSH Jakarta pun belum menggunakan dua pemain yang diambil saat rookie draft, Rizky Agung Pranata dan Dio Freedo Putra. Bahkan, keduanya tidak dimasukkan ke daftar pemain di seri pertama.
Pelatih NSH Wahyu Widayat Jati menyatakan, kualitas rookie masih jauh dari harapan. Pemain itu belum siap dari sisi fisik, teknik, dan mental. ”Malahan saat pertama kali latihan, mereka getar karena grogi bisa berlatih dengan tim IBL,” katanya.
Kekurangan
Pihak IBL mengakui, masih banyak kekurangan dalam sistem rookie draft yang pertama ini. Sebab, mereka hanya menyediakan rookie berdasarkan pemain Liga Basket Mahasiswa (Lima) yang mendaftar. Sistem ini tidak dapat memastikan pemain dalam rookie draft adalah yang terbaik di Lima.
”Masalahnya banyak pemain bintang di Lima yang tidak mau dipilih tim kecil karena kekhawatiran pindah kota dan lainnya. Kan, mereka sedang kuliah juga,” kata Direktur IBL Hasan Gozali. Hasan berkomitmen memperbaiki sistem pada musim berikutnya. (KEL)