JAKARTA, KOMPAS — Dua tim dengan gelar juara Liga Futsal Mahasiswa terbanyak, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhakti Pembangunan (STIE BP) dan Universitas Kristen Indonesia (UKI), berniat menegaskan supremasi mereka di ajang tersebut. Namun, munculnya sejumlah kekuatan baru membuat ambisi kedua tim itu untuk mengulang kejayaan dihadang jalan terjal.
Hari pertama seri 2 Lifuma 2018 menyajikan pertandingan antara STIE BP berhadapan dengan Bina Sarana Informatika (BSI), Rabu (5/12/2018). Keduanya kini menduduki posisi pertama dan kedua di klasemen sementara Grup B.
Pelatih STIE BP, Eka Sanjaya, menuturkan sebagai tim dengan empat gelar juara Lifuma, STIE BP selalu membawa target juara. "Terakhir kami juara pada 2016, sekarang sudah saatnya kami rebut kembali trofi yang lepas itu," ujarnya saat mendampingi anak asuhnya bertanding di GOR Ciracas, Jakarta Timur.
Tim BSI yang tidak membawa target juara di kompetisi tersebut, tampil beringas sejak awal pertandingan. Sebaliknya, STIE BP terlihat gugup dan membuat beberapa kesalahan yang memberi peluang bagi pemain BSI untuk mengacaukan pertahanan mereka.
Para pemain BSI yang bermain menyerang dan membuat sejumlah peluang emas di depan gawang. Namun, penjaga gawang STIE BP, Mochamad Junaedi, tampil gemilang dengan menggagalkan tiga peluang emas BSI.
Seiring bertambahnya waktu, para pemain STIE BP mulai menemukan irama bermain mereka. Memulai serangan dari sayap kiri, mereka mampu menyelesaikan kesempatan dengan menceploskan 4 gol ke gawang lawan.
Melihat gawangnya dikoyak empat kali oleh lawan, pemain BSI tak tinggal diam. Mereka memperkecil ketertinggalan melalui gol Khoilmul Sodiq pada menit ke-28 dan Fanny Febrian pada menit ke-38.
Kedua gol balasan itu sempat membuyarkan konsentrasi pemain STIE BP. Pada awal babak kedua, pemain BSI ganti menguasai pertandingan dengan umpan terukur dan tembakan keras menghujam gawang.
Hal itu memaksa Eka untuk mengubah taktik. Ia memerintahkan pemain bertahan, Farhan Fuadi, untuk maju membantu mempertajam serangan. Dengan begitu, mereka dapat membalikkan tempo permainan dan kembali menekan BSI.
"Kami sempat kehilangan ritme, untungnya Farhan menjalankan instruksi saya dengan baik," ujar Eka. Kreativitas Farhan memang berbuah manis bagi STIE BP. Dia membantu proses terciptanya 3 gol STIE BP yang menutup pertandingan dengan skor 7-2.
Usai pertandingan, Eka menuturkan kunci kemenangan STIE BP adalah regenerasi pemain yang berhasil. Pemain STIE BP sebagian besar terdiri dari pemain campuran yang duduk di semester 2. Diharapkan pada semester 4 mereka telah matang dan memiliki mental bertanding yang mumpuni.
"Peran dan dukungan pihak kampus penting untuk memotivasi pemain mengembangkan bakatnya," kata Eka. Ia meyakini, faktor di luar lapangan sangat berpengaruh pada mental pemain saat bertanding.
Regenerasi tak berhasil
Hal yang berkebalikan justru dialami oleh Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang takluk 1-4 di tangan Universitas Budi Luhur (UBL). Padahal, tahun ini UKI membawa target tinggi untuk mengulang kesuksesan merengkuh podium juara yang terakhir mereka gapai pada 2014.
UKI merupakan tim dengan tradisi juara di Lifuma. Mereka sudah tiga kali duduk sebagai juara pertama di kompetisi tersebut. Namun, regenerasi pemain yang tidak berjalan mulus membuat mereka harus lela selama tiga tahun terakhir tenggelam dalam persaingan juara Lifuma.
Akibat kekalahan itu, UKI harus rela digusur UBL dari peringkat kedua klasemen sementara Grup A. Pada laga melawan UBL itu, pemain UKI bermain tak kreatif dan membiarkan wilayah pertahanannya diobrak-abrik dengan mudah oleh pemain UBL.
Tak mampu menembus pertahanan UBL membuat pemain UKI menjadi frustasi dan bermain keras. Umpan panjang dan tendangan jarak jauh yang diandalkan pemain UKI tak membuahkan hasil bagi mereka. Saat harus duel memperebutkan bola satu lawan satu pun mereka lebih banyak kalah dari lawan.
"Mimpi juara tak pernah kami lupakan, masih ada pertandingan lain bagi kami untuk membuktikan diri," kata Pelatih UKI Surya Darma. Menurut dia, kejayaan masa lalu harus sejenak dilupakan agar pemain bisa bermain lepas dan tak terbebani.
Surya mengatakan regenerasi pemain muda baru saja dilakukan. Butuh waktu bagi pemain muda agar bisa beradaptasi dengan ketatnya atmosfer pertandingan.
Kerja sama tim merupakan aspek yang saat ini sedang diupayakan keras oleh manajer dan tim pelatih UKI. "Nafsu juara harus dikelola dengan baik, salah satunya adalah dengan memulai regenerasi pemain agar tren kemenangan di suatu kompetisi bisa terus terjaga," ujar Surya.(E06)