JAKARTA, KOMPAS — Keterbatasan sarana dan kurangnya dukungan pemerintah daerah menyulitkan sebagian tim polo air untuk bersaing pada Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka IOAC 2018. Hingga hari ketiga pertandingan polo air putra, persaingan di puncak klasemen didominasi dua tim, yaitu Jawa Barat dan DKI Jakarta.
DKI Jakarta A, Rabu (5/12/2018), di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, mengalahkan Sumatera Selatan dengan skor akhir 31-1. Hasil serupa diraih Jabar saat mengatasi perlawanan Jawa Timur dengan skor 17-3.
Dominasi kedua tim itu sejak hari pertama menempatkan mereka di urutan teratas klasemen sementara. DKI Jakarta A yang telah memainkan lima pertandingan menempati puncak klasemen dengan poin sepuluh. Adapun Jabar yang baru memainkan empat pertandingan menyusul dengan delapan poin.
Jatim, Merauke, dan Sumsel bersaing ketat untuk merebut posisi ketiga klasemen dengan jumlah poin empat setelah sama-sama meraih dua kemenangan. DKI Jakarta B yang baru mengemas satu kemenangan menempati posisi akhir dengan perolehan dua poin.
Pelatih tim Merauke, Widarsono, di sela-sela pertandingan polo air IOAC, mengatakan, timnya kekurangan sarana dan biaya untuk membangun tim yang kompetitif. Tim ini juga masih kesulitan untuk terlibat dalam berbagai kompetisi karena kekurangan biaya.
Akibatnya, sejak hari pertama kejuaraan, penampilan timnya masih tak konsisten. Anak asuh Widarsono juga belum solid dan cepat lelah karena kurangnya intensitas latihan.
Pelatih Jatim, Bimo Aji, menuturkan, meski saat ini banyak daerah yang mulai fokus membangun tim yunior, dukungan pemerintah daerah melalui pembiayaan dibutuhkan tidak hanya menjelang penyelenggaraan kejuaraan skala nasional, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON).
”Polo air ini olahraga amatir. Harus ada yang berani berkorban. Bukan hanya berkorban untuk melatih saja, melainkan harus keluar uang karena tanpa itu mustahil,” katanya.
Ia menambahkan, dukungan berbagai pihak dibutuhkan untuk membangun tim kuat demi menciptakan persaingan ketat di berbagai level. Persaingan yamg seimbang tidak hanya membantu memopulerkan olahraga ini di masyarakat, tetapi juga memudahkan Indonesia untuk menyeleksi atlet-atlet terbaik tim nasional polo air.
Asisten Pelatih Jabar, Otep Baskara, mengatakan, dominasi Jabar dalam kejuaraan ini bukan semata-mata karena diisi pemain nasional, melainkan karena pembinaan jangka panjang dan dukungan pemerintah provinsi untuk membangun tim yang berkesinambungan.
Otep menilai, sebagian besar tim yang terlibat dalam kejuaraan ini, pemainnya mempunyai kualitas yang cukup bagus, tetapi kurang pengalaman bertanding. ”Kalau dari pengalaman saya, latih tanding itu penting. Selain mengasah mental, juga bisa tahu kekurangan dari tim,” kata mantan atlet nasional polo air itu.
Azzahra terbaik
Dari disiplin renang IOAC 2018 yang berakhir setelah digelar sejak 1 Desember, Azzahra Permatahani dari klub Belibis Pekanbaru terpilih sebagai perenang terbaik kelompok umur satu putri. Perenang berusia 16 tahun itu mendapatkan delapan emas dan dua perak.
Ia juga memecahkan rekor nasional nomor 200 meter gaya ganti perorangan putri miliknya sendiri dengan catatan waktu 2 menit 16,71 detik, Minggu (2/12/2018). Catatan waktu yang ia torehkan sebelumnya 2 menit 17,42 detik pada SEA Games Kuala Lumpur 2017.
Perenang terbaik kelompok umur satu putra diraih perenang Pari Sakti Jakarta, Joe Aditya, dengan raihan dua emas dan dua perak. Adapun perenang senior terbaik diraih Aflah Fadlan Prawira dari klub Aquarius Bandung dengan koleksi tujuh emas. Perenang terbaik senior kategori putri diraih AT Vanessae Evato dari klub Belibis Pekanbaru dengan empat emas dan dua perak.
Untuk kategori klub, juara umum diraih perkumpulan renang Millennium Aquatic Jakarta setelah mampu mengumpulkan 3.309 poin. Hiu Surabaya berada diurutan kedua dengan 1.900 poin dan Bali Pari di peringkat tiga dengan 1.595,5 poin. (STEFANUS ATO)