Turnamen Final BWF World Tour di Guangzhou, China, 12-16 Desember, akan menjadi turnamen penutup tahun 2018. Tunggal putra Jepang, Kento Momota, berpeluang untuk menegaskan dominasinya pada tahun ini.
Tahun 2018 menjadi tahun kebangkitan pebulu tangkis Jepang, Kento Momota. Ia pernah menjalani skors pada April 2016-Juli 2017 karena judi. Namun, setelah itu, Momota kembali bersaing dalam turnamen dan meraih pencapaian terbaiknya tahun ini. Dia meraih tujuh gelar juara dari sembilan final, termasuk menjadi juara Asia dan juara dunia.
Memupuk semangat dan berlatih keras dalam masa skors telah melahirkan konsistensi permainan pada persaingan papan atas dunia. Posisinya dalam peringkat dunia pun melejit, dari urutan ke-48 pada awal 2018 menjadi yang teratas sejak 27 September.
Saat Momota masih menempati peringkat ketujuh menjelang Kejuaraan Dunia di Nanjing, China, 30 Juli-5 Agustus, tunggal putra nomor satu dunia saat itu, Viktor Axelsen (Denmark), menyebut Momota sebagai pemain terbaik.
Ketika menjuarai Indonesia Terbuka di Jakarta, Juli, Momota mengatakan, sejak dalam masa skors, dirinya bertekad menghapus komentar jelek orang-orang tentang dirinya. Nilai peringkat dunianya, 100.870, terpaut jauh dengan Shi Yuqi (China) di peringkat kedua dengan 87.282 poin.
Selisih poin di antara mereka (13.588) setara dengan poin yang didapat jika atlet menjadi juara dunia atau Olimpiade.
Konsistensi permainan Momota—perempat final adalah hasil terburuknya dalam turnamen BWF World Tour— menjadikannya sebagai kandidat terkuat juara Final BWF World Tour di Guangzhou, China, 12-16 Desember. Ini adalah turnamen yang diikuti delapan wakil terbaik dari setiap nomor.
Daftar peringkat disusun berdasarkan poin dari keikutsertaan dalam turnamen BWF World Tour yang terdiri dari 25 turnamen BWF Super 1000 hingga 300 dan 11 turnamen BWF Super 100. Pada tahun-tahun sebelumnya, Final BWF World Tour bernama Final Super Series.
Pada 2018, poin Momota menuju Guangzhou hanya kalah dari Chou Tien Chen (Taiwan) yang lebih banyak mengikuti turnamen BWF World Tour. Ini menjadi hasil terbaik Chou yang lolos ke Final Super Series 2015 dan 2017, masing-masing sebagai unggulan kelima. Chou menjuarai tiga turnamen dari enam final.
Jika mampu mempertahankan konsistensi sejak awal tahun, Chou yang menjadi unggulan pertama dan Momota unggulan kedua bisa bertemu pada laga final di Guangzhou.
Persaingan kedelapan pemain akan dimulai dengan format round robin dalam babak penyisihan yang dibagi dalam dua grup. Setiap juara dan peringkat kedua grup berhak tampil di semifinal.
Pemain lain, Shi Yuqi dan Anthony Sinisuka Ginting, sebenarnya bisa menjadi penghalang jalan Momota dan Chou. Shi Yuqi tertinggal 0-3 dari Momota, tetapi unggul 3-2 atas Chou.
Adapun Anthony unggul 4-3 atas Chou dan tertinggal 3-5 dari Momota. Namun, keduanya kesulitan mempertahankan konsistensi permainan pada level atas di sepanjang musim.
Mengawali musim ini dengan kuat, dengan menjuarai India Terbuka dan All England, Shi Yuqi hanya tampil dalam dua final pada 11 turnamen setelah All England.
Adapun penampilan Anthony menurun setelah dia tampil fenomenal dalam China Terbuka, 18-23 September. Anthony juara setelah mengalahkan nama-nama besar, Lin Dan, Axelsen, Chen Long, Chou, dan Momota.
”Saya memang belum konsisten, tetapi saya senang lolos ke Guangzhou karena pemain yang tampil di sana ibaratnya hasil seleksi selama setahun. Itu akan menjadi tolok ukur kemampuan saya,” kata Anthony yang dua kali mengalahkan Momota dari enam pertemuan pada 2018.
Akankah ada pemain yang bisa menghentikan Momota? Atau, Momota akan menegaskan dominasinya pada tahun 2018 ini? (Yulia Sapthiani)