GOR Amongrogo, Yogyakarta, bergemuruh kala tim muda Jakarta Garuda memenangi set ketiga untuk unggul 2-1 atas Jakarta Pertamina Energi. Perjuangan Garuda yang sempat tertinggal 0-1, kemudian berbalik unggul 2-1 itu, memikat hati para penonton seri perdana kejuaraan bola voli Proliga 2019, Sabtu (8/12/2018).
Mereka yang sebelumnya mendukung tim putra Pertamina Energi, yang menjadi tuan rumah, berbalik menyemangati Garuda, tim debutan Proliga yang 12 dari 14 pemainnya berusia 20 tahun. Pada set ketiga, keempat, dan kelima, gemuruh tepuk tangan penonton tersalurkan ke anak-anak muda Garuda.
Bahkan, saat Jakarta Garuda menyerah 2-3 (20-25, 25-23, 25-20, 12-25, 14-16), penonton tetap angkat topi dan memberikan tepuk tangan meriah sambil berdiri kepada tim itu.
”Anak-anak muda itu belum ada dosa. Mainnya masih sangat murni. Mereka semangat, berenergi, kompak, dan menghibur. Kalau tuan rumah (Jakarta Pertamina Energi), mainnya justru lembek. Nontonnya jadi bosan,” ujar Fredie Labuem (54), penonton asal Semarang, Jawa Tengah, yang awalnya mendukung tim putra Pertamina Energi.
Jakarta Garuda adalah tim bentukan PB Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia yang punya misi utama sebagai wadah regenerasi atlet voli Tanah Air. Untuk itu, pemain yang direkrut mayoritas berusia di bawah 20 tahun, yakni 16-20 tahun.
Hampir semuanya baru menjalani debut di Proliga. Hanya ada dua pemain berusia lebih dari 20 tahun, yakni kapten Mahendra Rikha Buana (31) dan pemain asing asal Malaysia yang belum bergabung, Sim Jian Qin (23).
Tim muda Garuda bermain energik. Anak-anak muda tersebut selalu meneror lawannya dengan spike cepat nan kuat. Mereka juga bisa melakukan blok pada waktu-waktu yang tepat. Selain itu, mereka sulit dimatikan. Ke mana pun bola berusaha ditempatkan oleh lawan, mereka akan memburu bola itu dan berusaha mengembalikannya.
Pemain termuda di skuad Jakarta Garuda, Alfin Daniel Pratama (16), mengatakan, permainan mereka itu lahir karena kekompakan yang terbangun di antara pemain. Di sisi lain, mereka pun bisa saling percaya sehingga lepas dari tekanan dan sangat menikmati permainan tersebut.
”Mungkin itu terjadi karena kami semua usianya hampir sama. Jadi, tidak ada rasa canggung di antara kami. Permainan pun jadi cepat padu. Situasinya mungkin berbeda kalau kami berada di antara pemain-pemain senior. Pasti ada rasa tidak enak dan main jadi kurang lepas,” kata siswa kelas 2 SMA Antarika, Sidoarjo, Jawa Timur, itu.
Pelatih Jakarta Garuda Eko Waluyo mengatakan, tim itu baru terbentuk sekitar sebulan lalu. Sebelumnya, mereka tersebar di sejumlah klub yang main di Livoli Divisi Utama. Secara keseluruhan, ia menilai, kemampuan para pemainnya sudah cukup bagus. Hanya saja, mental mereka belum terasah.
Pelatih Jakarta Pertamina Energi Putut Marhaento menilai, anak-anak muda Garuda punya potensi untuk berkembang. Namun, mereka harus terus dijaga, terutama jangan cepat puas. ”Di samping itu, mereka juga harus terus dilatih dengan banyak variasi permainan.
Tadi, permainan mereka cenderung sporadis. Lama-lama, permainan itu terbaca sehingga kami bisa menang,” ujar pelatih senior itu. (ADRIAN FAJRIANSYAH)