Efek Perubahan ”Roster”
Tiga dari 10 tim IBL mengganti ”roster” atau susunan pemain dan pelatih sebelum seri kedua Jakarta digelar. Perombakan itu langsung berdampak pada penampilan tim.
JAKARTA, KOMPAS Setelah pergantian pelatih, Pelita Jaya Basketball takluk dua kali beruntun pada laga perdana Liga Basket Indonesia atau IBL 2018-2019. Pelatih baru, Fictor Gideon Roring, belum mampu menunjukkan taring tim finalis IBL dua musim terakhir itu.
Pelita Jaya mengganti pelatih tepat sebelum digelarnya seri kedua IBL di Jakarta pada 7-9 Desember. Fictor ”Ito” Roring yang musim lalu menjabat Manajer Pelita Jaya diberikan jabatan arsitek tim.
Pelatih dua musim terakhir, Johannis Winar ”Ahang”, tetap di tim ini, tetapi sebagai asisten pelatih. Langkah ini diambil manajemen Pelita Jaya setelah mengevaluasi hasil di final IBL musim lalu dan turnamen pramusim IBL, Oktober lalu.
Perombakan ini berdampak kurang baik di seri Jakarta. Tim yang pada musim reguler lalu memiliki rekor 17 menang dan 1 kalah harus kalah dua kali berturut-turut. Mereka kalah dari juara bertahan Satria Muda Pertamina Jakarta, 53-70, dan tim papan bawah Satya Wacana Salatiga, 91-96.
Hasil ini cukup miris. Musim ini kedalaman skuad Pelita Jaya lebih baik. Mereka menghadirkan pemain nasional Andakara Prastawa dan pemain asing Kore White. Sementara itu, tim tetap diperkuat pemain nasional, Xaverius Prawiro, Adhi Pratama, Valentino Wuwungan, dan Ponsianus Nyoman Indrawan.
Hasil seri kedua itu, kata Ito, sangat mengecewakan, terutama ketika kalah dari Satya Wacana. Dalam laga itu, Pelita Jaya sudah unggul 78-69 dengan delapan kali tembakan tiga angka pada kuarter ketiga. Namun, juara IBL 2016-2017 itu kehilangan momentum pada kuarter terakhir.
”Memang harus diakui, pertahanan kami sangat buruk dalam dua pertandingan itu. Kami pasti evaluasi total untuk menatap seri berikutnya,” ujar Ito.
Pelita Jaya bermasalah dengan persiapan. Ito dan empat penggawa tim baru mempersiapkan seri kedua kurang dari sepekan. Sebelumnya, pada akhir November hingga awal Desember, mereka membela tim nasional dalam prakualifikasi Kejuaraan Asia FIBA 2021.
Ito meyakini, timnya akan segera menemukan penampilan terbaik tanpa waktu adaptasi yang lama. ”Gaya permainan saya dengan Ahang sama saja. Kan, saat jadi manajer, saya selalu mendampingi juga saat latihan dan pertandingan,” ucapnya.
Penggantian jitu
Selain pelatih, tim-tim di IBL juga mengganti pemain asingnya. Satya Wacana mengganti Ronald Whitaker dengan Raymond Miller Jr, sementara Stapac mengganti Jordin Mayes dengan Kendal Lee Yancy.
Berbeda dengan Pelita Jaya, perubahan pemain di kubu Satya Wacana berbuah manis. Terbukti dalam seri Jakarta, mereka mampu mengalahkan Pelita Jaya dan mengimbangi Satria Muda sebelum kalah 76-86.
Hasil ini cukup timpang dengan seri pertama IBL di Semarang. Satya Wacana dikalahkan tim papan bawah, Bank BPD DIY Bima Perkasa Jogja, 62-97.
”Keputusan mengganti pemain asing sangat tepat. Miller adalah pemain yang sangat dibutuhkan, selain berposisi center, dia juga mau berbagi pengalaman dengan pemain lokal,” ucap Pelatih Satya Wacana Efri Meldi.
Satya Wacana mengganti Whitaker karena tidak sesuai kriteria yang diinginkan. Awalnya, pada IBL Draft, tinggi badan Whitaker diketahui 2,08 meter. Namun, ketika sampai, tingginya hanya 1,98 meter dan lebih berposisi sebagai forward. Adapun Miller berposisi center dengan tinggi 2 meter.
”Momentumnya saat itu sangat pas. Si Whitaker kena ejected pada pertandingan kedua. Setelah itu, saya langsung minta manajemen mencarikan pemain baru,” kata Meldi.
Meski baru bergabung, Miller sudah menghasilkan 15 poin per gim, 17 rebound per gim, dan 3 blok per gim dalam dua laga. Sementara itu, Stapac merasakan dampak kehadiran Yancy karena dia belum siap bermain.
Namun, Yancy menjanjikan untuk Stapac. Ia merupakan juara NBA G-League musim lalu bersama tim afiliasi San Antonio Spurs, Austin Spurs. (KEL)