Liverpool FC butuh lebih dari sekadar kemenangan atas Napoli jika ingin lolos ke babak 16 besar Liga Champions. ”The Reds” ingin menghidupkan memori indah di 2004 pada duel ini.
LIVERPOOL, SENIN Liverpool FC boleh saja tengah berjaya di liga domestik setelah menyalip Manchester City di puncak Liga Inggris, akhir pekan lalu. Namun, di Liga Champions musim ini, mereka tengah ”terjepit”.
”The Reds”, finalis Liga Champions musim lalu, kini berada di peringkat ketiga Grup C dengan nilai 6, di bawah Napoli (9 poin) dan Paris Saint-Germain (8 poin). Grup C ini disebut grup ”neraka” karena sengitnya persaingan. Belum ada satu klub pun di grup ini yang telah memastikan lolos ke babak 16 besar.
Untuk itu, duel kontra Napoli di Anfield, Rabu (12/12/2018) dini hari WIB, bak duel hidup-mati bagi Liverpool. Kemenangan pun bahkan belum tentu cukup bagi mereka untuk lolos ke babak 16 besar.
Liverpool perlu tampil sempurna, yaitu menang tanpa sekali pun kebobolan, pada laga ini. Pilihan lainnya adalah menang dengan keunggulan lebih dari dua gol. Hitung-hitungan itu diperlukan karena Liverpool dengan nilai 6, tertinggal tiga poin dari Napoli. Adapun faktor head to head atau pertemuan tim menjadi penentu tim mana yang berhak lolos. Pada duel sebelumnya di Italia, Liverpool takluk 0-1.
Virgil van Dijk, bek Liverpool, enggan memusingkan permutasi itu menjelang duel kontra Napoli. ”Kami hanya ingin memenangi laga ini, tidak kebobolan, dan mudah-mudahan semuanya lancar. Mereka (Napoli) adalah tim yang sangat bagus. Namun, kami juga demikian,” ujarnya.
Untuk mewujudkan target itu, faktor pertahanan sama pentingnya dengan mencetak gol. Dalam hal ini, Van Dijk akan memegang tanggung jawab besar di lini belakang. Masalahnya, kinerja The Reds di Liga Champions musim ini tidak sebagus musim lalu.
Musim lalu mereka tidak terkalahkan, mulai dari penyisihan grup hingga laga pertama semifinal saat bertemu AS Roma. Musim lalu, pada periode yang sama di penyisihan grup, The Reds tampil ganas dengan mengemas total 16 gol. Adapun musim ini mereka baru mengemas separuhnya, 8 gol, dari lima laga.
Selain itu, Liverpool juga tampil inkonsisten musim ini. Mereka tiga kali kalah, semuanya di laga tandang, termasuk dari tim yang pasti tereliminasi, Red Star Belgrade. Pertahanan mereka sangat rapuh, delapan kali kebobolan, rata-rata 1,4 gol per laga.
Sebaliknya, Napoli kini menjadi kekuatan menakutkan di Liga Champions dengan kehadiran pelatih kaya pengalaman di Eropa, Carlo Ancelotti. ”Partenopei” sangat solid dan belum pernah kalah di Eropa musim ini.
Kepercayaan diri menjadi modal mereka musim ini, termasuk saat mengalahkan Liverpool dan menahan PSG 2-2 di Paris, Oktober lalu. ”Laga ini (kontra Liverpool) datang pada waktu yang tepat, yaitu saat mentalitas kami tengah bagus dan sejumlah pemain beristirahat cukup. Kami tidak akan ’memarkir bus’ di Anfield karena itu tidak sesuai dengan gaya kami,” ujar Ancelotti menebar ancaman, seperti dikutip Football-Italia.
Tuah Anfield
Namun, tidak ada yang perlu ditakuti The Reds atas intimidasi Napoli. Sebaliknya, mereka harus percaya diri. Mereka sebetulnya tidak asing dengan situasi terjepit ini. Mereka pernah mengalami hal serupa pada 2004 silam.
Saat itu, pada laga terakhir pe- nyisihan grup musim 2004-2005, mereka juga dituntut menang dua gol atau lebih atas Olympiakos. Sempat tertinggal 0-1, mereka berbalik unggul 3-1 di Anfield, salah satunya lewat tendangan spektakuler mantan bintangnya, Steven Gerrard.
Liverpool pun melaju ke babak gugur berkat rekor head to head atas wakil Yunani itu. The Reds pun tidak terbendung hingga ke final dan menjadi kampiun. Memori indah itu ingin dihidupkan kembali The Reds di Anfield.
”Sekali lagi, kami meminta Anfield dan suporter untuk membantu kami. Ini sebuah laga yang masif bagi kami,” ujar Manajer Liverpool Juergen Klopp, seperti dikutip dari Goal.
Anfield memang menjadi tuah bagi Liverpool selama ini. Di stadion itu, para pemain The Reds selalu tampil lebih ngotot berkat dukungan masif fans. Mereka tak pernah kalah pada 10 laga terakhir dalam kompetisi level Eropa di stadion itu. (AFP/JON)