Hendra Wijaya Selesaikan Lari Sejauh 2.400 Kilometer
Hyperman Indonesia, Hendra Wijaya (kanan), berhasil menyelesaikan lari sejauh 2.400 kilometer dengan tiba di Palu pada Senin (24/12/2018) pagi. Aksi Hendra merupakan lari amal “Run to Rebuild” untuk korban gempa dan tsunami di Lombok dan Palu. Hendra melangkahkan kakinya mulai dari Bogor menuju Lombok sejauh 1.400 kilometer sejak 17 November hingga 1 Desember lalu.
Oleh
Agus Hermawan
·2 menit baca
KOMPAS, PALU — Hyperman Indonesia, Hendra Wijaya, berhasil menyelesaikan lari sejauh 2.400 kilometer dengan tiba di Palu, Sulawesi Tengah, pada Senin (24/12/2018) pagi. Hendra berlari dalam rangka lari amal Run to Rebuild untuk korban gempa dan tsunami di Lombok dan Palu. Hendra melangkahkan kakinya mulai dari Bogor menuju Lombok sejauh 1.400 kilometer sejak 17 November hingga 1 Desember lalu.
Selanjutnya dia melanjutkan etape kedua yang dimulai dari Makassar, Sulawesi Selatan, 15 Desember hingga hari Senin (24/12/2018) pagi sejauh 900 kilometer. Senin pagi, Hendra yang didampingi sejumlah pelari dan tim pendukung tiba di akhir lari donasinya di Palu.
Hendra secara konsisten berlari setiap hari rata-rata 100 kilometer yang dibagi dalam 24 rute sepanjang perjalanan tersebut. Para pelari dari berbagai komunitas yang tersebar di sepanjang rute lari mendapat kesempatan untuk ikut berlari dalam 14 rute yang disediakan.
Hendra mengatakan, tantangan lari di Jawa menuju Mataram berbeda dibandingkan rute Trans-Sulawesi yang dia tempuh. ”Jalur Trans-Sulawesi terasa lebih segar karena polusi kendaraan dan debu relatif lebih bersih dibandingkan di Jawa,” katanya.
Bagi pelari asal Bogor itu, lari dengan jarak ekstrem bukanlah hal baru.
Bagi pelari asal Bogor itu, lari dengan jarak ekstrem bukanlah hal baru. Kiprahnya yang total membuat namanya dikenal di berbagai kancang lari ultradunia. Walaupun menggunakan dana swadaya, Hendra berhasil mencatatkan nama Indonesia sebagai salah satu negara yang diperhitungkan dalam setiap ajang lari ultra yang diikutinya.
Hendra antara lain pernah mengikuti lari di Pegunungan Himalaya yang dikenal sebagai ”Great Himalaya Race”. Lomba yang berlangsung selama 30 hari tersebut menempuh jarak 1.800 kilometer dengan elevation gain (jumlah tempuh tanjakan) sejauh 9.000 meter.
Menurut Hendra, infrastruktur di Jawa dan Bali lebih bagus dengan jalan-jalan yang lebar dan halus beraspal. ”Namun, jalanan penuh dengan kendaraan besar yang menimbulkan polusi. Sementara di Sulawesi selepas dari Makassar jalanan sangat lengang dan jalanan lebih sempit dibandingkan di Jawa,” katanya.
Selain sambutan masyarakatnya, Hendra mengaku sangat berkesan selama berlari di ruas Mamuju. ”Selain pemandangannya yang indah, menuju Mamuju Tengah dan Utara rute turun naik bukit sepanjang 200 kilometer melewati perkebunan sawit,” kesannya.
Sambutan masyarakat, terutama komunitas lari yang tersebar di sepanjang rute, juga menjadi catatan berkesan bagi pelari yang pernah berlari 566 kilometer di Kutub Utara dalam ajang Likeys 6633 Ultra 2015 itu. Setelah di Krian/Tuban, sambutan menjadi lebih luar biasa karena mendapat dukungan dari Satuan Brimob dan polres-polres di sepanjang rute.
”Mereka, juga para komandan Brimob dan atau kapolres. Selain menyambut dan melepas tim Run to Rebuild, mereka juga mengirimkan anggotanya menemani berlari bersama komunitas lari,” katanya.
Walaupun Hendra Wijaya sudah menyelesaikan larinya, masyarakat yang berminat untuk memberikan donasi untuk rehabilitasi gempa dan tsunami di Lombok dan Palu dapat melalui situs resmi Run to Rebuild, yakni www.runtobuild.com.