ABU DHABI, RABU Sebagian besar petenis mungkin enggan jika harus berhadapan dengan Rafael Nadal dan Novak Djokovic dalam satu turnamen. Namun, Kevin Anderson justru menantikan momen tersebut. Anderson berharap bisa melawan Nadal, lalu Djokovic, di Abu Dhabi.
Anderson, petenis Afrika Selatan berperingkat keenam dunia, menjadi salah satu dari enam petenis putra peserta turnamen ekshibisi Mubadala di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 27-29 Desember.
Jika menang atas Hyeon Chung (Korea Selatan) pada pertandingan pertama hari Kamis (27/12/2018), Anderson akan bertemu Nadal, yang mendapat bye pada babak pertama, keesokan harinya.
Setelah itu, Anderson berpeluang melawan Djokovic pada final jika petenis Serbia tersebut menang atas pemenang pertandingan Dominic Thiem melawan Karen Khachanov.
Anderson menilai, jika kesempatan melawan Nadal dan Djokovic bisa terwujud, itu akan membantu meningkatkan kepercayaan diri untuk menjuarai turnamen Grand Slam pada 2019.
”Salah satu target saya pada 2019 adalah bisa mendapat hasil lebih baik melawan petenis-petenis top, seperti Nadal dan Djokovic, dalam kejuaraan besar. Jadi, jika lebih sering melawan mereka, peluang saya untuk menang dalam kejuaraan besar akan lebih besar,” kata Anderson, dikutip dari surat kabar di Abu Dhabi, The National.
Anderson, yang datang ke Abu Dhabi sebagai juara bertahan, meraih hasil terbaiknya sebagai petenis profesional pada 2018. Dia mencapai peringkat tertinggi, yaitu posisi kelima, pada 16 Juli.
Anderson, juga, untuk kedua kalinya tampil pada final Grand Slam, yaitu di Wimbledon. Final pertama dicapai ketika Anderson tampil pada AS Terbuka 2017.
Namun, atlet yang memulai karier sebagai petenis tingkat universitas (NCAA) itu belum bisa menyaingi petenis-petenis top dunia. Anderson selalu kalah dalam lima pertandingan melawan Nadal, memiliki statistik pertemuan 1-8 dengan Djokovic, dan 1-5 dengan Federer.
Kekalahan dari Nadal dan Djokovic di antaranya dialami pada final Grand Slam, Anderson dikalahkan Nadal pada final AS Terbuka 2017 dan kalah dari Djokovic pada final Wimbledon 2018.
Untuk itu, Anderson pun sangat menantikan kesempatan bertemu Nadal dan Djokovic di Abu Dhabi sekaligus mengulang prestasinya tahun lalu. Pada turnamen Mubadala 2017, Anderson menjadi juara setelah mengalahkan Pablo Carreno Busta, Dominic Thiem, dan Roberto Bautista Agut.
Anderson menilai, meski berstatus ekshibisi, turnamen Mubadala adalah turnamen yang tepat untuk dijadikan pemanasan menjelang Grand Slam Australia Terbuka 2019 pada 14-27 Januari.
Mubadala digelar dua pekan menjelang Australia Terbuka di tempat bercuaca panas, seperti yang akan dirasakan petenis di Australia Terbuka. Apalagi, Mubadala menyajikan persaingan tinggi dengan kehadiran empat dari 10 peringkat teratas dunia.
”Meski turnamen ekshibisi, semua petenis menjalaninya dengan serius karena ini berlangsung setelah musim libur dan sebelum Australia Terbuka. Ini menjadi momen yang bagus untuk kembali merasakan suasana kompetisi,” kata Anderson.
Rivalitas Williams
Selain enam pemain putra, turnamen juga diwarnai kehadiran Williams bersaudara, Serena dan Venus. Keduanya akan berhadapan pada hari pertama turnamen.
Ini menjadi keikutsertaan kedua Serena setelah 2017 yang menjadi momen spesial baginya. Musim lalu, saat berhadapan dengan Jelena Ostapenko dalam pertandingan ekshibisi, menjadi momen kembalinya Serena ke kompetisi setelah melahirkan putri pertamanya, Alexis Olympia, pada September 2017.
Diundang untuk berhadapan dengan Venus pada tahun ini, Serena pun sangat bersemangat. ”Ini akan menjadi pertandingan menarik. Saya senang kami telah menjadi rival yang saling menghormati,” kata Serena yang telah 30 kali berhadapan dengan Venus dan menang dalam 18 pertandingan.
Serena yang meraih 23 gelar Grand Slam berambisi menyamai prestasi Margaret Court untuk meraih 24 gelar Grand Slam. Kembali ke lapangan setelah melahirkan, dia tampil pada final Wimbledon, tetapi kalah dari Angelique Kerber. (IYA)