JAKARTA, KOMPAS - Kesuksesan Indonesia menyelenggarakan Asian Games 2018 tidak hanya mewariskan prestasi dari berbagai cabang olahraga, tetapi juga meninggalkan berbagai arena pertandingan berstandar internasional yang perlu dijaga dan dirawat. Pemeliharaan berbagai stadion olahraga di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta itu, membutuhkan biaya mahal.
Tantangan perawatan semakin besar karena tidak semua arena mampu menutupi biaya pemeliharaan setelah dibuka untuk umum dan dikomersialkan.
Manajer Umum Stadion Akuatik Gelora Bung Karno (GBK) Abdal Hiyaririjal, Rabu (26/12/2018), mengatakan, meski stadion ini dimanfaatkan publik, pendapatan dari sejak dikomersiilkan pasca-Asian Para Games 2018 belum mampu memenuhi biaya pemeliharaan stadion itu.
"Satu bulan kami hanya dapat sekitar 100 sampai 300 juta (rupiah). Sedangkan pengeluaran setiap bulan sekitar satu miliar rupiah," kata Abdal.
Ia menambahkan, pengeluaran terbesar ada pada pemeliharaan kualitas air dari stadion yang memiliki empat kolam, yaitu polo air, tanding, pemanasan, dan loncat indah. Biaya paling besar dibutuhkan untuk menjernihkan air menggunakan klorin yang diimpor dari Spanyol.
Selain itu, kolam yang dilengkapi dengan pompa (dosing pump) untuk menginjeksi bahan kimia penjernih air, fitur ultraviolet, dan tangki penyaringan air, setiap bulan menghabiskan energi listrik Rp 100 juta. Hal ini karena setiap perangkat pembersih air yang menggunakan tenaga listrik itu harus beroperasi penuh selama 24 jam.
Stadion lain yang belum berfungsi maksimal, yaitu Stadion Bisbol dan Stadion Hoki. Salah satu staf pengelola stadion Bisbol, Djamil, mengatakan, stadion ini hanya digunakan salah satu klub bisbol di Jakarta dan komunitas bisbol asal Korea setiap hari Minggu.
"Mungkin karena olahraga ini mahal, makanya sedikit sekali yang berminat. Atlet nasional juga selama ini latihannya masih di Rawamangun (Jakarta Timur)," ujar Djamil.
Masih mencukupi
Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Kompleks (PKK) GBK Gatot Tetuko, menambahkan, meski belum semua stadion olahraga di kawasan GBK dimanfaatkan secara maksimal, namun secara keseluruhan pendapatan dari pemanfaatan stadion lain seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno, Istora Senayan, dan arena rugbi masih mampu menutupi biaya operasional stadion lain yang membutuhkan biaya perawatan besar.
Hal itu, kata Gatot, tidak terlepas dari perencanaan awal sebelum renovasi berbagai arena stadion, yaitu setiap stadion didesain bersifat multifungsi dan mudah untuk dirawat. Sebagian besar stadion di GBK direnovasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sejak 2016, dan seusai Asian Games pengelolaannya sepenuhnya menjadi tanggungjawab PKK GBK secara mandiri.
"Sejak Asian Games kawasan GBK ramai terus. Plaza dan hampir semua stadion juga selalu ada kegiatan. Jadi kalau seperti itu kami optimistis 2019 lebih meningkat," kata Gatot.
Ia juga berharap partisipasi berbagai cabang olahraga dalam menyelenggarakan kejuaraan terus ditingkatkan. Tujuannya untuk menarik minat pengunjung ke GBK, agar upaya mengkomersialkan seluruh kawasan GBK dapat tercapai pada tahun 2019 nanti.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto, pada Selasa (18/12/2018), mengatakan, warisan Asian Games berupa infrastruktur tidak perlu dikhawatirkan karena terjaga dengan baik. Fokus pemerintah saat ini, mendorong berbagai cabang olahraga untuk terus mempersiapkan atlet muda Indonesia agar warisan prestasi tetap terjaga di Asian Games berikutnya.
"Dari aspek infrastruktur saya kira tidak ada persoalan. Laporan dari pengelola Gelora Bung Karno, pasca Asian Games penggunaan GBK lebih bergairah. Dari aspek komersial juga pendapatannya lebih bagus," ujar Gatot.
Ia menambahkan, arena pertandingan yang dikelola Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, yaitu Jakarta Internasional Velodrome dan Equestrian Park juga tidak menjadi beban bagi pemerintah daerah. Warisan itu akan sering digunakan untuk berbagai kejuaraan dan bermanfaat bagi publik, serta memberi keuntungan komersiil.
"Kalau dari aspek prestasi itu ranah kami untuk tetap dijaga. Publik itu tidak mau tahu bagaimana persiapannya, tetapi setelah Asian Games pun bagi mereka prestasi harus tetap bagus," tegas Gatot. (STEFANUS ATO)