Mengejar Prestasi demi ”Schumi”
Tahun baru adalah musim dan semangat baru di Formula 1. Tiga bulan menjelang balapan perdana musim 2019, Maret mendatang di Australia, tim-tim dan para pebalap mulai bersiap-siap. Menariknya, persaingan pada tahun ini kental diwarnai nuansa pengaruh legenda F1, Michael Schumacher.
Di kubu Scuderia Ferrari, misalnya, banyak fans meyakini 2019 ini bakal menjadi milik mereka. Telah satu dekade lamanya tim tersukses tersebut berpuasa gelar juara dunia, baik pada kategori pebalap maupun konstruktor. Bagi para tifosi alias pendukung Ferrari, situasi saat ini mirip dengan awal masa keemasan Ferrari, pertengahan 1990-an, yaitu saat masih dibela Schumacher.
Pendukung Ferrari bak mengalami deja vu dengan sejarah pada dua dekade lalu. Sebelum menancapkan dominasinya di F1 pada kurun 2000 hingga 2004, Schumacher harus menanti lama, yaitu lima tahun, untuk meraih gelar juara bersama tim ”Kuda Jingkrak”. Pebalap asal Jerman itu bergabung dengan Ferrari pada 1996, tetapi baru bisa mengakhiri paceklik trofi tim itu tahun 2000.
Harapan pencinta Ferrari itu kini disandangkan kepada yuniornya yang juga kebetulan pebalap Jerman, Sebastian Vettel. Serupa ”Schumi”—sapaan Schumacher—Vettel telah menanti lima musim untuk meraih impian terbesarnya, yaitu menjadi juara bersama tim yang sangat dicintainya, Ferrari.
Identik dengan Schumi, Vettel disebut sebagai pebalap berbakat dan pernah meraih gelar juara dunia sebelum bergabung dengan tim Italia itu.
”Sebastian harus meraih gelar juara tahun ini jika ingin dikenang sebagai pahlawan oleh tifosi Ferrari. Harapan serupa sempat disandangkan kepada Schumacher dulu. Pada 1997, setelah insiden tabrakan dengan Jacques Villeneuve di Jerez, Spanyol, banyak tifosi ingin pebalap baru.
Namun, Anda tahu sendiri, Schumacher lantas juara dunia lima kali beruntun mulai 2000. Menariknya, situasi ini identik dengan Vettel. Tahun ini musim kelimanya di Ferrari dan ia belum banyak dicintai fans Ferrari,” ujar Carlo Vanzini, pengamat F1 di Sky Sports, Selasa (1/1/2019).
Potensi juara itu terlihat pada musim lalu. Saat itu, untuk kali pertama dalam setengah dekade, Ferrari memiliki mobil yang cukup cepat untuk bersaing dengan tim superior saat ini, Mercedes AMG Petronas. Vettel pun sempat memenangi dua seri perdana, yaitu di Australia dan Bahrain.
Sayang, kinerjanya dan tim Ferrari jeblok pada paruh musim kedua. Juara dunia empat kali itu harus finis kedua di belakang andalan Mercedes, Lewis Hamilton, pada klasemen akhir pebalap.
Vettel juga punya motivasi khusus untuk meraih mimpi tersebut. Penggemar berat Schumi itu ingin merunut jejak sekaligus membahagiakan idola sekaligus mentornya tersebut, yang hingga kini masih terbaring tidak berdaya akibat gegar otak dalam musibah kecelakaan ski, setengah dekade silam. Satu gelar juara dunia lagi, Vettel akan menyamai pencapaian Hamilton, yaitu pebalap F1 tersukses yang masih aktif dengan lima trofi.
Menurut Anthony Davidson, mantan pebalap F1, Vettel adalah cetak biru Schumi. Nyaris seluruh gerak-gerik mantan pebalap Red Bull Racing itu berkiblat ke Schumi. Vettel memiliki keterikatan emosional dengan Schumi. Mantan pebalap Ferrari itu adalah alasan Vettel terjun ke F1. Vettel bahkan memasang poster Schumi di kamar tidurnya saat masih kecil.
”Saya berharap ia (Schumacher) terus berjuang dengan kondisinya dan kembali pulih. Saya sungguh merindukannya. Michael telah lama di Maranello (markas Ferrari). Jiwanya kini bahkan masih melayang-layang di tim (Ferrari),” ujar Vettel sentimentil, seperti dikutip Autoweek.
Namun, mimpi Vettel itu bakal mendapatkan perlawanan sengit dari Hamilton, rival utamanya dari tim Mercedes. Seperti Schumi, Hamilton ingin menancapkan dominasinya di F1.
Meskipun mengakui Schumi belum tergoyahkan sebagai pebalap F1 terhebat sepanjang masa, Hamilton yang empat kali juara dunia bersama Mercedes dan sekali dengan McLaren berupaya menyejajarkan namanya dengan sosok yang dikaguminya itu.
Saat ini, dalam hal koleksi trofi juara dunia, hanya Schumi yang bisa melampauinya, yaitu dengan total tujuh gelar. Belum ada pebalap lain yang bisa menandinginya. Raihan satu trofi juara dunia akan membuatnya kian mendekati rekor Schumi yang tidak tertandingi dalam satu setengah dekade.
Satu trofi lagi juga bakal membuat Mercedes menyamai rekor Ferrari bersama Schumi sebagai tim juara konstruktor secara beruntun terbanyak, yaitu enam kali pada kurun 1999-2004.
”Saya beruntung bisa melihat dan bekerja dengan Michael Schumacher. Kita juga pernah melihat hal-hal hebat lainnya pada Ayrton Senna (legenda F1 lainnya). Saya melihat kombinasi keduanya pada Hamilton,” ungkap Ross Brawn, mantan Direktur Teknik Ferrari dan Mercedes AMG, memuji bakat Hamilton.
Penerus Schumi
Di luar F1 dan persaingan Hamilton-Vettel, ada satu lagi pebalap yang patut disorot selama musim 2019 ini. Pebalap itu adalah pewaris sah Schumi, Mick Schumacher. Jiwa dan semangat Schumi mengalir di nadi pebalap 19 tahun itu.
Mick merunut jejak karier ayahnya itu. Pada 2018, ia menjuarai Formula 3 Eropa. Prestasinya itu membuatnya naik jenjang ke Formula 2 bersama tim Prema pada musim 2019 ini.
Dalam dua tiga tahun ke depan, Mick diyakini bakal segera tampil di F1. Tim-tim besar, seperti Ferrari dan Mercedes, pun kini tengah memantaunya. Menurut Toto Wolf, bos Mercedes, Mick memiliki masa depan cerah di F1 seperti ayahnya.
”Ia mewarisi hal luar biasa dari ayahnya, pebalap F1 tersukses sepanjang masa. Ia bakal segera tampil di F2. Ini tidak mudah karena banyak pebalap berpengalaman di sana. Namun, tidak diragukan, ia memiliki potensi untuk sukses di F1. Barangkali ia akan bergabung dengan kami, bisa juga tidak,” tutur Wolf dikutip Sporting News. (JON)