Dalam empat laga pertamanya sebagai pelatih sementara Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer menghadapi tim-tim papan bawah. Tottenham Hotspur akan jadi ujian sebenarnya.
NEWCASTLE, KAMIS Pelatih sementara Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, menyatakan ingin menjadi pelatih permanen setelah MU mengalahkan Newcastle United, 2-0, Kamis (3/1/2019) dini hari WIB. Namun, Solskjaer perlu membuktikan sentuhannya sekali lagi di Stadion Wembley ketika MU menghadapi Tottenham Hotspur, Minggu (13/1).
Spurs menjadi tim besar pertama yang akan dihadapi Solskjaer setelah menggantikan peran Jose Mourinho pada Desember 2018. Selain itu, Spurs dan Manchester City juga merupakan dua tim yang sedang bersaing mengejar Liverpool di puncak klasemen Liga Inggris.
Tantangan di Wembley akan jauh lebih berat bagi Solskjaer yang diminta menjadi pelatih sementara MU hingga akhir musim ini. Tekanan yang ia hadapi akan berbeda dibandingkan dengan tekanan yang ia rasakan setelah memenangi empat laga pertamanya melawan empat tim papan bawah, yakni, Cardiff City, Huddersfield Town, Bournemouth, dan terakhir Newcastle. Spurs jauh lebih kuat dengan sejumlah bintang, seperti Harry Kane, Dele Alli, dan Son Heung-min.
Untuk sementara, empat kemenangan pertamanya sebagai pelatih MU itu sudah membuat Solksjaer bisa menyamai rekor Matt Busby, Pelatih MU tahun 1945-1969 dan 1970-1971. Belum ada pelatih MU lainnya, termasuk Alex Ferguson, yang bisa melakukan hal itu.
”Pencapaian ini mungkin akan tercatat dalam buku, tetapi saya sebenarnya tidak memikirkannya,” kata Solskjaer, seperti dikutip laman BBC.
Pelatih asal Norwegia tersebut mengaku hanya memikirkan setiap laga berikutnya. Sebelum menghadapi Spurs, MU akan lebih dulu menghadapi Reading, klub Divisi Championship, liga kasta kedua di Inggris, di Piala FA.
Lebih agresif
Dalam keempat laga pertamanya itu, Solskjaer membuat MU lebih agresif dan mencetak total 14 gol. Beruntung bagi Solskjaer, materi pemain yang dimiliki MU jauh lebih baik dibandingkan dengan materi pemain keempat tim yang sudah dihadapinya.
Jika bisa mempertahankan karakter itu di hadapan tim besar, seperti Spurs, peluang Solskjaer untuk menjadi pelatih permanen akan lebih besar. Apalagi, ia sudah mendapat dukungan dari para pemain.
”Ole memiliki gaya yang berbeda (dibandingkan dengan Mourinho). Kami beradaptasi dan menikmatinya. Itu yang penting,” kata bek MU, Luke Shaw, seperti dikutip laman The Independent.
Meski baru menghadapi tim-tim papan bawah, Solskjaer mengatakan, kemenangan tidak serta-merta mudah diraih. ”Kami memang melawan tim-tim papan bawah, tetapi semua laga perlu dimenangi,” katanya, seperti dikutip laman ESPN.
Empat kemenangan pertama itu penting bagi MU untuk membuka peluang masuk ke posisi empat besar klasemen dan mendapat tiket Liga Champions musim depan.
Setiap kemenangan juga membuat para pemain lebih bersemangat dan bermain lepas. Salah satunya gelandang Paul Pogba yang kini lebih riang dan kembali jadi pemain sentral.
Di kamar ganti dan di tempat latihan, Solskjaer juga punya kemampuan berkomunikasi dengan para pemain muda dan mengeluarkan potensi yang mereka miliki. Marcus Rashford dan Jesse Lingard, dua talenta muda MU, merasa memiliki guru dan sekaligus teman baru.
Pada laga kontra Newcastle, Rashford mencetak satu gol. Sementara striker asal Belgia, Romelu Lukaku, yang dijadikan pemain cadangan oleh Solskjaer justru bisa mencetak gol dalam 38 detik setelah dimainkan pada babak kedua. Gol Lukaku juga berawal dari tendangan bebas Rashford.
Karena itu, mampu mengubah MU yang muram di bawah asuhan Mourinho menjadi MU yang riang dan ofensif membuat Solskjaer disebut memiliki ”Sentuhan Midas”. Seperti dalam cerita, apa pun yang disentuh Midas akan menjadi emas. Para pendukung MU pun berharap sentuhan itu masih ada di Wembley. (DEN)