Kekalahan 1-2 yang dialami Liverpool dari Manchester City, Jumat (4/1/2019) dini hari WIB, sepatutnya mengingatkan ”The Reds” akan jebakan awal tahun, yang beberapa kali menggagalkan mereka tampil sebagai juara Liga Inggris. Setidaknya, Liverpool dua kali ”terpeleset” pada awal tahun dalam dua musim saat mereka nyaris menghapus kemarau prestasi juara liga sejak 1990.
Kedua musim itu adalah 2008-2009 tatkala The Reds dilatih Rafael Benitez, dan 2013-2014 saat dipimpin Brendan Rodgers. Pada 2008-2009, Benitez membawa Liverpool ke puncak klasemen Liga Inggris hingga laga 28 Desember 2008. Pada laga terakhir 2008 itu, Steven Gerrard dan kawan-kawan menang telak 5-1 atas Newcastle United. Liverpool pun menjadi juara paruh musim dan disebut-sebut sebagai kandidat juara.
Namun, bencana bagi Liverpool ternyata dimulai saat laga awal 2009. Di luar dugaan, The Reds tiga kali ditahan imbang lawan-lawan mereka pada Januari 2009. Mereka bermain sama kuat tanpa gol dengan Stoke City pada 11 Januari, lalu dua kali mengakhiri laga dengan hasil 1-1, yakni melawan Everton (20 Januari), dan Wigan Athletic (28 Januari).
Malang tak kuasa ditolak, Manchester United yang musim itu menjadi pesaing utama Liverpool justru menuai banyak kemenangan pada Januari 2009. Posisi MU per akhir Desember 2008 sebenarnya di urutan ketiga, dengan tambahan tiga poin berkat kemenangan 1-0 atas Middlesbrough.
Hanya saja, empat kemenangan pada Januari membuat ”Setan Merah” meraih 12 poin, sekaligus merebut posisi puncak dari Liverpool. Keempat kemenangan itu adalah 3-0 atas Chelsea pada 11 Januari, diikuti menang 1-0 atas Wigan (15 Januari), 1-0 atas Bolton Wanderers (17 Januari), dan menang 5-0 atas West Brom pada 28 Januari.
Setelah itu, MU terus mempertahankan posisi di puncak klasemen. Laga big match kedua tim pada 14 Maret 2009 memang dimenangi oleh Liverpool dengan skor telak 4-1. Namun, hasil itu tidak mampu mengembalikan tim asuhan Benitez tersebut ke puncak klasemen.
Apa daya, Liverpool yang waktu itu diperkuat sejumlah bintang, seperti Jamie Carragher, Gerrard, Javier Mascherano, dan Fernando Torres, harus gigit jari karena gagal merebut trofi Liga Inggris.
inkonsistensi
Asa juara juga menggumpal saat Rodgers membawa tim asuhannya ke puncak pada 21 Desember 2013 berkat kemenangan 3-1 atas Cardiff City. Namun, pada sejumlah laga berikutnya, permainan Liverpool tidak konsisten. Mereka dua kali kalah pada akhir tahun, keduanya dengan skor 1-2, yaitu dari Manchester City pada 27 Desember dan Chelsea (29 Desember).
Kedua hasil negatif itu berdampak pada penurunan posisi Liverpool hingga ke tangga kelima. Mereka lalu mengemas dua kemenangan pada awal tahun, masing-masing 2-0 atas Hull City (1 Januari) dan 5-3 atas Stoke City (12 Januari).
Sialnya, tiga laga berikutnya berakhir dengan dua kali seri dan hanya satu kemenangan. Ditahan seri 2-2 oleh Aston Villa pada 19 Januari, berlanjut kemenangan 4-0 atas Everton, dan seri lagi 1-1 dengan West Brom.
Adapun pesaing utama mereka musim itu, Manchester City, empat kali menang pada Januari 2014. Kemenangan keempat pada Januari, yakni 5-1 atas Tottenham Hotspur, mengantarkan tim ”Biru Langit” ke puncak. Persaingan kedua tim memperebutkan trofi juara masih ketat hingga Maret-April 2014.
The Reds sempat di puncak sejak 30 Maret hingga 27 April meski pada 27 April 2014 mereka takluk 0-2 dari Chelsea. Namun, mereka kemudian ditahan seri 3-3 oleh Crystal Palace (6 Mei 2014). Hasil yang mengecewakan fans karena seharusnya diakhiri kemenangan.
Apalagi, City menang 4-0 atas Aston Villa pada 8 Mei 2014 sekaligus menggusur Liverpool dari puncak. Ketika itu, dengan bintang-bintang seperti Luis Suarez dan Raheem Sterling, The Reds gagal juara.
Kedua musim dengan awal tahun kelabu tersebut patut menjadi catatan buat Liverpool yang kini di puncak klasemen musim 2018-2019. Terlebih, mirip dengan fenomena kedua musim di atas, Liverpool yang sedang di puncak juga tumbang 1-2 dari rival utama pada perebutan gelar musim ini, Manchester City.
Jika tak ingin terjerembab lagi ke problem yang sama, The Reds yang musim ini dilatih Juergen Klopp perlu segera bangkit. Laga mereka berikutnya melawan Brighton and Hove Albion, yang kini di urutan ke-13, harus menjadi pijakan awal untuk kembali ke jalur kemenangan.
Jika gagal bangkit, entah berapa lama lagi fans Liverpool harus menunggu tim pujaan mereka menjadi juara Liga Inggris lagi. (Adi Prinantyo)