JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pemuda dan Olahraga mempertimbangkan usulan pengurus cabang yang keberatan dengan instruksi atlet elite tidak disarankan tampil pada SEA Games 2019. Tidak semua cabang siap dengan pelapis yang mampu bersaing di pesta olahraga Asia Tenggara itu.
Plt Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora Chandra Bhakti dihubungi dari Jakarta, Kamis (10/1/2019), mengatakan, sejumlah cabang telah menyatakan keberatan dengan instruksi Menpora Imam Nahrawi itu pada pertemuan pengurus cabang dan Menpora, Senin (7/1/2019).
Pengurus cabang beralasan tidak semua cabang memiliki atlet pelapis yang punya kemampuan mendekati atlet elite. Apalagi, mereka mengincar prestasi tertinggi di SEA Games. Kemenpora juga tidak mau malu jika terperosok di SEA Games mengingat Indonesia cukup berprestasi di Asian Games 2018 dan berada di peringkat empat Asia dengan 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
”Walaupun hanya menjadi target antara, tetapi kita juga tidak boleh mengabaikan prestasi di SEA Games,” ujarnya.
Chandra menyampaikan, Kemenpora tidak akan terlampau ketat meminta cabang menggunakan atlet pelapis pada SEA Games Filipina 2019. Hanya cabang prioritas yang bisa meraih emas yang wajib menggunakan atlet pelapis. Proporsinya pun hanya sekitar 60 persen dari total atlet yang akan dikirim ke SEA Games. Sebanyak 40 persen diisi atlet elite untuk mempertahankan prestasi di SEA Games.
Kemenpora masih harus memastikan berapa banyak cabang prioritas di SEA Games 2019. Semua itu masih menunggu semua cabang menyerahkan proposal usulan anggaran 2019. Sejauh ini, baru sekitar 20 cabang yang telah menyerahkan proposal. Namun, sebagai gambaran, Indonesia menargetkan meraih minimal 45-47 emas dari sekitar 20 cabang olahraga.
”Untuk cabang lain, mereka tidak diwajibkan dengan instruksi wajib menggunakan atlet pelapis. Sebab, dengan atlet elitenya saja, mereka masih sulit bersaing di SEA Games,” kata Chandra.
Sulit diterapkan
Menpora Imam Nahrawi meminta atlet elite yang meraih medali pada Asian Games 2018 tidak lagi turun di SEA Games, apalagi Pekan Olahraga Nasional. Mereka diminta fokus meningkatkan level kemampuan untuk bersaing di tingkat Asia, pada Olimpiade Tokyo 2020, dan kejuaraan dunia masing-masing.
”Atlet-atlet elite tidak usah lagi, lah, main di PON atau SEA Games. Biarlah mereka fokus di level kejuaraan lebih tinggi. PON dan SEA Games cukup untuk atlet pelapis agar mereka punya kesempatan berkembang. Ini penting untuk regenerasi,” kata Menpora, beberapa waktu lalu.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya menyatakan, Kemenpora tidak bisa menerapkan instruksi itu secara menyeluruh. Di angkat besi, kemampuan atlet pelapis dan atlet elitenya masih jauh.
Kalau dipaksakan menurunkan atlet pelapis, angkat besi Indonesia tidak akan mungkin bisa bersaing di SEA Games. ”Bisa ditempeleng kita oleh pesaing kalau menurunkan pakai atlet pelapis,” katanya.
Lagi pula, menurut Alamsyah, ajang multicabang serendah apa pun levelnya bukan tempat uji coba karena mempertaruhkan nama bangsa. Persaingan angkat besi di Asia Tenggara cukup sengit. ”Saingan di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina, adalah pesaing di Olimpiade sehingga SEA Games juga menjadi tolok ukur kemampuan kita,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Wakil Ketua PB PODSI Budiman Setiawan. Dia mengatakan, cabang dayung akan menurunkan atlet terbaik di SEA Games. ”Kami tidak mau memalukan nama Indonesia. Jadi, kami tetap menurunkan atlet terbaik untuk mengejar target medali,” katanya.
Budiman menjelaskan, PB PODSI akan tetap memprioritaskan regenerasi atlet. Untuk itu, mereka akan memanggil 35 atlet rowing yunior untuk bergabung di pelatnas. Apabila memang ada di antara atlet itu bisa mendayung lebih cepat dari atlet elite/seniornya, bukan tidak mungkin mereka akan turun di SEA Games nanti. ”Regenerasi itu pasti akan diperhatikan untuk prestasi jangka panjang. Namun, untuk saat ini, atlet-atlet terbaik yang harus diturunkan,” katanya. (DRI/DNA)