Perbaikan Teknik Dasar Jadi Fokus Pembenahan
JAKARTA, KOMPAS Prestasi yang diraih dalam empat hari Kejuaraan Asia Balap Sepeda Trek 2019 menunjukkan potensi besar atlet-atlet balap sepeda paralimpiade untuk terus berkembang.
Namun, untuk menembus level dunia, para atlet berkebutuhan khusus itu dituntut terus membenahi kemampuan teknik dasar, seperti teknik berdiri dan sprint.
Pada Kejuaraan Asia Balap Sepeda Trek (APC) 2019 di Velodrome Internasional Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (11/1/2019), atlet balap sepeda paralimpiade (paracycling) Indonesia kembali meraih hasil positif. Sri Sugiyanti dan pilotnya, Ni’mal Magfiroh, yang berlomba di nomor 3.000 meter individual pursuit (IP) kategori sepeda buta putri, menyumbangkan perak.
Kendati demikian, masih ada pekerjaan rumah di balik prestasi itu. Sebab, Sri tidak menunjukkan perkembangan berarti. Perak yang diraihnya adalah prestasi yang sama dengan Asian Para Games 2018. Bahkan, atlet asal Grobogan, Jawa Tengah, itu kalah dari lawan yang sama, yakni atlet Malaysia Nur Azlia Syafinaz Zais.
Justru catatan waktu Sri menurun. Pada Asian Para Games 2018, catatan waktu terbaiknya 4 menit 3 detik. Sedangkan di APC 2019 catatan waktu terbaiknya 4 menit 6,818 detik yang dibuat pada babak kualifikasi. Pada final nomor tersebut, catatan waktu Sri turun menjadi 4 menit 7,889 detik.
Sri mengatakan, salah satu masalahnya sekarang adalah teknik dasarnya yang belum terlalu baik, terutama teknik berdiri di awal perlombaan dan sprint. Bahkan, pada final kemarin, ia melakukan kesalahan teknik berdiri yang membuat kakinya menyangkut di pedal sehingga hampir terjatuh.
Kesalahan teknik berdiri itu membuat Sri tertinggal di awal lomba dan sulit mengejar lawan. Apalagi teknik sprintnya juga belum terlalu baik dalam meminimalkan hambatan udara.
”Tiga hal utama menjadi pekerjaan rumah besar saya di tahun ini, yakni memperbaiki teknik berdiri, teknik sprint, dan kekuatan,” ujar Sri yang menjadi atlet paracycling sejak April 2018.
Penurunan performa Sri juga akibat vakum latihan seusai Asian Para Games 2018 pada 6-13 Oktober 2018. Ia baru mulai berlatih lagi pada 26 Desember 2018. ”Di daerah, saya tidak ada rekan berlatih dan tidak ada pembimbing. Jadi, saya tidak banyak berlatih saat kembali ke kampung,” kata Sri.
Pelatih paracycling Indonesia Fadilah Umar menuturkan, untuk meningkatkan kemampuan atlet, Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia harus bekerja sama lebih intens dengan Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia
(PB ISSI) yang memiliki pemahaman lebih baik soal pembinaan atlet balap sepeda.
Atlet paracycling Indonesia punya potensi besar untuk terus berkembang. Dari tujuh medali yang didapat Indonesia pada APC 2019 hingga Jumat, lima di antaranya diraih atlet paracycling.
Selain Sri yang meraih perak, Muhammad Fadli Imammudin menyumbangkan emas dari nomor 4.000 meter individual pursuit (IP) kelompok C4-C5.
Lalu, tiga perunggu dari pasangan Sri Sugiyanti-Magfiroh di nomor tandem, Triyagus Arief Rachman di nomor IP 3.000 m kelompok C1-C3, dan Sufyan Saori di nomor IP 4.000 m kelompok C4-C5.
Sementara dua medali lain disumbangkan oleh atlet normal, yakni pebalap sepeda yunior Angga Dwi Wahyu Prahesta yang meraih emas dari nomor scratch dan Crismonita Dwi Putri yang meraih perunggu di nomor 500 meter individual time trial putri.
Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari mengatakan, jika dibina dengan benar, sedikitnya tiga-empat atlet paracycling Indonesia bisa lolos ke Paralimpiade Tokyo 2020.
Adapun PB ISSI sangat terbuka jika atlet paracycling Indonesia mau ikut bergabung latihan, seperti dilakukan Fadli dan Saori dua bulan terakhir. ”Saya pribadi sangat mewajibkan atlet paracycling Indonesia bergabung dengan PB ISSI,” ujar Okto.
Dari kategori normal, Indonesia menumpukan harapan medali dari atlet nomor sprint 750 meter elite putri Chirsmonita Dwi Putri dan atlet nomor sprint 1.000 meter elite putra Terry Kusuma.
Namun, Chirsmonita hanya mampu mencapai babak perempat final. Sedangkan Terry hanya berada di peringkat keempat pada babak final. Walau demikian, Terry berhasil memperbaiki rekor nasional atas namanya sendiri menjadi 1 menit 3,031 detik. (DRI)