Pencarian Jati Diri Satria Muda
SURAKARTA, KOMPAS – Pil pahit kembali ditelan Satria Muda Pertamina Jakarta setelah kekalahan atas Stapac Jakarta, 78-85, lewat drama perpajangan pada Seri IV IBL di GOR Sritex Arena, Surakarta, , Sabtu (12/1/2019). Sang juara bertahan masih mencari masalah utama rekor buruk musim ini dan penyebab selalu kalah dari tim racikan Giedrius “Ghibbi” Zibenas.
Tim asuhan Youbel Sondakh sudah tiga kali kalah dari Stapac setelah ditangani Ghibbi. Kekalahan pertama diderita pada semifinal turnamen pramusim, 63-70, dan kekalahan kedua pada seri kedua di Jakarta, 63-66.
Kekalahan ini juga membuat Satria Muda kalah dua kali beruntun di Solo, meyusul kekalahan dari Prawira Bandung, 77-79. Memasuki paruh musim, dari delapan laga rekor kemenangan Satria Muda hanya 50 persen. Saat yang sama musim lalu, mereka meraih 88,8 persen kemenangan.
“Masalah kami musim ini adalah belum menjadi satu tim. Kami masih berharap bisa menyelesaikan masalah ini pada sisa musim. Saya penasaran belum bisa mengalahkan Stapac. Hari ini nyaris menang, tetapi kami kehilangan momentum pada akhir pertandingan," kata Youbel.
Penampilan luar biasa duet Satria Muda, Dior Lowhorn dan Jamarr Andre Johnson, yang total mencatatkan 58 poin, 24 rebound, dan 7 steal, belum cukup menghadirkan kemenangan. Padahal mereka sempat unggul 70-65 saat kuarter keempat tersisa kurang dari dua menit.
Namun, pemain senior Satria Muda, Arki Wisnu kembali mengulangi kesalahan seperti pada pertemuan pertama di seri kedua. Dia terkena foul out saat waktu tersisa satu menit. Pemain Satria Muda pun kehilangan pemimpin di lapangan.
Guard Stapac Abraham Damar Grahita dan Kendall Yancy lalu mengambil alih permainan lewat poin cepat, membuat laga berakhir imbang, 70-70. Pada babak perpanjangan waktu, momentum berada di Stapac. Abraham yang sedang \'panas\' mencetak lima poin dan dua asis untuk mebawa timnya menang 85-78.
Salah satu masalah terbesar Satria Muda adalah kurang tajamnya pemain cadangan. Hanya Vamiga Michel dan Arki yang mampu menyumbang poin, itu pun hanya enam poin. Berbanding terbalik dengan cadangan Stapac yang menyumbang 29 poin.
Hal itu membuat produktivitas Satria Muda menurun musim ini. Mereka baru mencetak 74 point per game (ppg) dibandingkan rata-rata 83 ppg musim lalu. Rata-rata kemasukan juga meningkat dari 62,5 ppg musim lalu, menjadi 68 ppg musim ini.
Sebaliknya, Stapac menjalani musim nyaris sempurna di bawah Ghibbi. Setelah kekalahan di laga pertama atas Bogor Siliwangi, Stapac mencatatkan sembilan kemenangan beruntun. Dua kemenangan di antaranya melawan juara bertahan. Mereka kokoh di puncak klasemen Divisi Putih.
“Hormat kepada Satria Muda. Tetapi hari ini pemain kami sempurna menjalani sistem yang saya berikan. Mereka bermain sangat detail dan itu berjalan di menit kritis," tutur pelatih All-Star Ghibbi.
Pemain nasional Kaleb Ramot Gemilang kembali menjadi pemain terbaik bagi Stapac. Kaleb mencetak 18 poin dan 5 rebound. "Harus diakui mereka lebih siap dari sebelumnya," tuturnya.
Lapangan berbahaya
Petaka menimpa Pelita Jaya pada hari terakhir Seri IV IBL. Selain kalah melawan Bima Perkasa 67-72, pemain andalan mereka Wayne Bradford harus ditandu keluar lapangan saat kuarter kedua. Bradford cedera parah karena terpeleset di bawah ring.
Bradford terbaring di lapangan, tangannya memengangi lutut kanan. Dia mengerang sangat kencang sampai terdengar ke tribun penonton. Wajah para pemain lain terlihat memucat melihat kondisi Bradford.
Pelatih Pelita Jaya Fictor Roring mengatakan, belum mengetahui kondisi cedera pemainnya. Namun, hampir pasti Bradford tidak bisa main pada sisa musim. “Sedang diperiksa. Kemungkinan besar lutut, ACL. Hampir pasti out pada sisa musim. Kami harus siap-siap mencari pengganti.” kata Ito, sapaan Fictor.
Ito menambahkan, Bradford cedera karena kondisi lapangan yang sangat licin . Hal itu membuat pemain sering terjatuh. Pemain pun harus berhati-hati saat berlari ataupun melompat. Kondisi itu dialami semua tim yang berlaga di GOR Sritex.
“Ini harus jadi pelajaran ke depan buat liga. Seharusnya mereka bisa pastikan lapangan aman untuk pemain. Selain bisa menyebabkan pemain cedera, permainan juga terganggu,” tegas Ito.
Direktur IBL Hasan Gozali menuturkan kondisi lapangan licin karena GOR baru direnovasi. Kondisi cat yang masih baru diperburuk dengan lapangan yang lembab. “Ini karena lembab. Terutama kalau hujan deras,” katanya.
Untuk mengatasi itu, IBL menyiapkan dua petugas di masing-masing ring untuk mengepel area bawah ring yang paling licin. Petugas mengepel lapangan setiap timeout dan bola keluar lapangan.
All-star
Hari Minggu ini, IBL akan menggelar All-Star 2019. Sepuluh pemain terbaik pilihan penggemar dari masing-masing Divisi Merah dan Divisi Putih akan bertarung. Pelatih NSH Jakarta Wahyu Widayat Jati menahkodai Divisi Merah, sementara pelatih Stapac Jakarta Giedrius Zibenas memimpin Divisi Putih.
Wahyu mengatakan, tidak mementingkan kemenangan pada laga All-Star. “Tidak ada sesuatu yang luar biasa untuk dimenankan. Ini hanya permainan. Dan kami hanya akan fokus untuk menghibur penonton,” kata mantan pelatih nasional itu.
Sama halnya dengan Ghibbi. Dia bahkan belum memikirkan harus berbuat apa untuk laga All-star. “Kami hanya bisa berjanji tidak akan bermain bertahan,” lanjutnya.
Divisi Merah didominasi oleh pemain Satria Muda yaitu Lowhorn, Jamarr, Arki, dan Hardianus. Sementara itu, Divisi Putih didominasi oleh pemain Pelita Jaya, Wayne Bradford, Kore White, Adhi Pratama, dan Andakara Prastawa.
Pemain veteran Kelly Purwanto juga turut serta membela Divisi Putih. Pemain asal Bogor Siliwangi berjanji mengeluarkan teknik-teknik dribel terbaiknya. “Ya ini harus bagus karena tahun lalu kan saya tidak terpilih. Seperti kata penggemar, No Kelly No Party,” ucapnya.
Selain pertandingan All-Star, IBL juga menyelenggarakan kontes Slam Dunk, Three Point, dan Skill Challenge. Di Slam Dunk terdapat pemain yang baru kembali bergabung ke IBL, Brachon Griffin, dari Prawira Bandung. Sementara itu, idola baru dari Bima Perkasa Jogja, David Atkinson, mengikuti kontes Three Point.