Kemenangan atas Tottenham Hotspur menandai kelahiran kembali Manchester United seperti pada era emasnya. Manajer Ole Gunnar Solskjaer mengangkat para bintang MU dari ”kegelapan”.
LONDON, SENIN Sir Alex Ferguson mengumbar senyum di tribune Stadion Wembley, London, saat menyaksikan eks timnya, Manchester United, memecundangi Tottenham Hotspur, 1-0, di Liga Inggris, Senin (14/1/2019) dini hari WIB. Ekspresi bahagia itu menyiratkan masa depan cerah ”Setan Merah” bersama mantan anak asuhnya, Ole Gunnar Solskjaer.
Ferguson, mantan Manajer MU, menjadi saksi terlahirnya kembali Setan Merah seperti ia kenal selama ini. Pada laga itu, khususnya pada babak pertama, MU tampil berani, taktis, dan ofensif. Hal-hal macam itu tidak terlihat ketika MU diasuh Jose Mourinho.
Banyak yang menilai kemenangan itu berkat kiper David de Gea. Kiper kawakan MU itu tampil luar biasa dengan melakukan 11 penyelamatan pada babak kedua. Ini rekor baru di Liga Inggris musim ini. Ia memaksa penyerang Spurs, seperti Harry Kane, frustrasi dan hanya bisa geleng-geleng kepala.
Namun, malam itu sesungguhnya menjadi milik Solskjaer, manajer interim yang hanya diikat kontrak di MU hingga akhir musim ini. Solskjaer memecundangi Mauricio Pochettino, Manajer Spurs, sekaligus kandidat utama Manajer MU musim depan. Pochettino memang sejak lama diincar petinggi MU untuk mengisi posisi manajer.
Taktik yang terkubur
Kemenangan keenam beruntun MU di berbagai kompetisi itu tidak terlepas dari sentuhan Solskjaer. Ia membangkitkan kembali taktik lama yang satu dekade terkubur dalam sejarah MU, yaitu pola formasi berlian alias 4-3-1-2. Taktik itu sempat dipakai MU pada era Ferguson akhir 1990-an hingga 2000-an.
Ia mengorbankan striker termahal MU sepanjang masa, Romelu Lukaku, demi taktik yang sempat membawa Setan Merah ke masa keemasannya itu. Solskjaer menduetkan dua penyerang cepat dan lincah, Marcus Rashford dan Anthony Martial, di depan. Keduanya mengingatkan akan duet ”kembar” Dwight Yorke dan Andy Cole serta Carlos Tevez dan Wayne Rooney pada masa kepemimpinan Ferguson.
Adapun Paul Pogba bak ”reinkarnasi” David Beckham. Ia dipasang di posisi favoritnya, gelandang kiri, tetapi dibebaskan berjelajah saat menyerang. Pogba—yang sempat terbuang pada era Mourinho—tampil mengancam. Ia membuat sejumlah tembakan dan satu asis mematikan berujung gol semata wayang MU pada laga itu.
Pada era Mourinho, Pogba seperti bintang yang terkungkung dalam jeruji. Ia tidak bisa bebas berkreasi karena turut dibebani tugas melapis pertahanan, hal yang tak pernah disukainya. Ia pun dikambinghitamkan Mourinho ketika Setan Merah dibantai Spurs, 0-3, di Old Trafford pada duel Agustus 2018.
Sentuhan Solskjaer juga terlihat pada gol satu-satunya MU di laga itu yang dibuat Rashford pada menit ke-44. Menurut The Mirror, media Inggris, Solskjaer melatih langsung Rashford untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian akhirnya pada pemusatan latihan di Dubai, Uni Emirat Arab, pekan lalu.
Solskjaer, mantan striker MU yang terkenal akan ketajamannya sehingga dijuluki ”Si Pembunuh Berwajah Imut”, tidak sungkan berbagi ilmu dengan para pemainnya. Aspek manajerial lainnya yang menjadi keunggulan Solskjaer dan diakui Ferguson adalah kemampuan analisisnya membaca lawan.
Ia sengaja memakai formasi berlian karena yakin Pochettino menerapkan taktik serupa, yaitu memasang dua striker serta menumpuk pemain di tengah. Taktik itu digunakan Spurs saat menggilas MU, Agustus silam.
Insting Solskjaer terbukti benar. Pochettino, manajer pengagum Ferguson, kembali memainkan taktik itu. Ia pun masuk dalam perangkap Solskjaer yang tak disangka juga memainkan taktik yang sama. Rashford dan Martial mengeksploitasi lubang di pertahanan Spurs yang jarang dikawal bek-bek sayap mereka yang terlalu ofensif dan kerap maju ke depan.
Tak heran, sepanjang babak pertama, Spurs kerap tertekan oleh MU. De Gea bahkan nyaris tidak mengotori tangannya. Sadar kalah taktik, Pochettino lantas mengubah formasi menjadi 4-2-3-1 setelah jeda turun minum. Taktik itu membuat MU berbalik ditekan hebat.
Namun, itu gagal menyelamatkan Spurs berkat penampilan De Gea, kiper yang kembali menikmati atmosfer di MU sejak kehadiran Solskjaer. ”Baik di laga maupun latihan, ia rutin mengamati dan membuat catatan. Kepalanya ibarat diagram berisi bagan analisis soal lawan,” tulis Ferguson tentang Solskjaer dalam buku otobiografinya pada 2013. (JON)