Pesan Teror ”Citizens”
Manchester City mengumbar teror psikologis kepada pemuncak Liga Inggris, Liverpool FC, Selasa dini hari. City didukung pengalaman dalam menyalip Liverpool di akhir ”garis finis”.
MANCHESTER, SELASA Manchester City terus menekan pesaingnya, Liverpool FC, berkat kemenangan 3-0 atas Wolverhampton Wanderers di Stadion Etihad, Selasa (15/1/2019) dini hari WIB. ”The Citizens” punya kepiawaian merebut gelar juara menjelang finis di Liga Inggris.
City nyaris tidak berkeringat saat melumat Wolverhampton, tim yang menyingkirkan Liverpool FC dari Piala FA. Padahal, tidak tampak para bintang, seperti Kevin de Bruyne dan Sergio Aguero, di daftar tim mula.
Pada laga itu, Manajer Manchester City Pep Guardiola seolah pamer kemewahan skuad timnya. Striker Gabriel Jesus, langganan skuad cadangan dan sempat menderita paceklik gol, misalnya, menggila pada laga itu. Ia memborong dua gol.
Sepasang gol itu menggenapi kebangkitannya pada 2019. Jesus kini telah mengemas tujuh gol pada tiga laga terakhirnya. Padahal, sebelum pergantian tahun, ia hanya bisa membuat tiga gol pada 16 laga.
Jesus mewakili geliat City pada bulan Januari. City Sempat menjalani periode buruk pada Desember lalu, yaitu kalah dua kali beruntun di Liga Inggris. City pada 2019 ini tidak tersentuh. Empat laga, termasuk kontra Liverpool, disapu dengan kemenangan.
Kebangkitan performa Jesus adalah sinyal positif dalam upaya City mempertahankan gelar juara Liga Inggris. Musim lalu, striker asal Brasil itu membuat Guardiola pusing dalam konteks yang positif. Ia sangat produktif saat itu, yaitu mengemas total 13 gol dari 29 laga.
Tingginya produktivitas gol Jesus itu memaksa Guardiola meniadakan istilah pemain utama dan pelapis. Jesus kadang tampil sejak menit awal, di lain kesempatan ia duduk di bangku cadangan buat memberi Aguero ruang di tim utama. Namun, tidak jarang mereka tampil bareng sehingga memaksa Guardiola mengubah taktik.
Kembalinya Jesus dan mulai pulihnya De Bruyne bakal menjadi teror bagi tim mana pun di Liga Inggris. Pada musim ini, City kurang beruntung dengan badai cedera yang bertubi-tubi mendera bintangnya, seperti De Bruyne dan David Silva.
Aguero, De Bruyne, dan Silva belum sekali pun tampil bareng sebagai pemain mula di Liga Inggris musim ini. Padahal, ketiganya adalah para aktor utama dalam mengantarkan City meraih gelar dan sederetan rekor mentereng pada musim lalu.
Bak serigala
Tak ayal, jika mereka semua dalam kondisi prima, Guardiola meyakini City bakal mengudeta Liverpool dari puncak takhta Liga Inggris. Ibarat serigala, City terus mengintai ”The Reds” dan siap menerkamnya saat mereka lengah. City tertinggal 4 poin dari Liverpool.
”Kami harus menunggu. Jika mereka terpeleset, kami bakal memanfaatkannya. Kami hanya bisa mengontrol yang kami bisa, yaitu laga sendiri. Untuk itulah, kami harus memberikan tekanan dengan memenangi laga-laga sendiri,” ujar Guardiola.
Menariknya, situasi mengintai dan memburu tim pemuncak di Liga Inggris bukanlah hal asing bagi tim kaya itu. Dua dari tiga trofi Liga Inggris milik City pada dekade ini diraihnya dalam situasi mirip saat ini.
Pada musim 2011-2012, misalnya, City bersaing sengit dengan rival sekota, Manchester United. Kedua tim silih berganti memuncaki klasemen. City menyalip MU di pekan ke-36 serta mengunci trofi dengan poin serupa rivalnya itu, yaitu 89. City juara secara dramatis karena unggul produktivitas gol.
Situasi yang nyaris sama terulang pada musim 2013-2014. Lebih menariknya lagi, rivalitas pada musim itu melibatkan The Reds. Liverpool, yang ketika itu diasuh Brendan Rodgers, punya peluang menjadi juara. Seperti halnya Mohamed Salah saat ini, mereka dibela penyerang tajam, yaitu Luis Suarez, saat itu.
Liverpool sempat kokoh dan memuncaki Liga Inggris selama sembilan pekan. Mereka bahkan juga jadi juara musim dingin, persis seperti situasi saat ini. Celakanya, Liverpool terpeleset menjelang finis. Mereka disalip City setelah legendanya, Steven Gerrard, tergelincir pada laga kontra Chelsea.
Insiden tidak terlupakan itu berbuah gol Demba Ba. Liverpool pun kalah 0-2 pada laga itu. The Reds terus dihantui kegagalan itu hingga saat ini.
Menurut Yaya Toure, mantan gelandang City yang meraih tiga trofi Liga Inggris, Liverpool kini telah tumbuh menjadi tim menakutkan. Itu menyulitkan City mengejar ambisi mempertahankan gelar juara. Dari total lima trofi Liga Inggris yang mereka koleksi, tidak sekali pun diraih secara beruntun.
Namun, ia percaya, eks timnya itu punya kekuatan menjadi juara. ”Peringkat kedua selalu sulit kami terima. Saya tahu betul mentalitas bekas tim saya. Mereka bakal mati-matian mengejar juara,” ujar Toure dikutip Liverpool Echoe. (AFP/JON)